TOILET LANTAI DUA

2.8K 506 191
                                    

Chapter 6 - Toilet lantai dua

"Teruslah menebak, siapa pelakunya."

*****

"Cuma perasaan gue doang, atau emang kali ini lo banyak diem, ya?" Suna membuyarkan lamunan Oikawa. ia datang dengan potongan kayu bakar dengan ukuran sedang.

Oikawa tak menjawabnya, dan terus melakukan aktivitasnya- yaitu menyusun kayu bakar itu secara bertumpuk. Nenek tua itu berkata, bahwa ia akan melakukan ritual untuk berhubungan langsung dengan roh yang sedang mengganggu seisi akademi. maka dari itu, sang nenek meminta Pak Guru Keishin unuk menyiapkan beberapa bahan sebagai persyaratan, supaya ritual itu berjalan dengan lancar.

"Oy... lo sakit ya, Kak?" Suna kebingungan. ia yakin kalau Oikawa sedang tidak baik-baik saja. wajah Oikawa tampak sedikit pucat, juga lelah. selama berada didalam organisasi yang sama, Suna tahu betul kalau Oikawa adalah sosok kakak kelas yang cerewet, juga bsemangat.

"hawa-nya nggak nyaman, tapi gak mungkin kalau gue ninggalin anggota OSIS lainnya buat ngurus ini semua."      Oikawa menepuk-nepuk telapak tangannya yang sedikit kotor karena terkena serpihan-serpihan kayu.      "... Menurut lo, apa cara ini bakal berhasil?"      Tanya oikawa kemudian.

Suna tampak berpikir, lalu melihat kearah lain- dimana ada Sakusa yang sedang berjalan mendekat dengan tiga ekor ayam jantan di tangannya. Jika ditanya bagaimana cara Sakusa membawanya, ia mengikat kaki ayam-ayam itu, kemudian mengangkanya secara bersamaan.

Nenek tua itu bilang, ia butuh darah makhluk hidup untuk memulai ritualnya. Karena tidak mungkin jika menggunakan darah manusia, maka penggantinya adalah hewan yang mudah didapatkan.

"ano... Sakusa..." Panggil Suna, tepat setelah Sakusa sampai tepat dihadapan mereka berdua.

"Ya?" Jawab Sakusa, setelah meletakkan ketiga ayam itu didalam sebuah kandang rotan. bentuknya mirip seperti tudung saji.

"darimana lo kenal nenek tua itu?" Tanya Suna.

"Oy, sopan dikit, lah. nenek itu bukan orang sembarangan." Oikawa menyikut lengan Suna, sementara yang ditegur malah memutar bola mata- tanda tidak peduli.

"emh..."      Sakusa sedang memikirkan jawban yang tepat.      "... lo pernah kerumah si Kembar, nggak?"      tanya Sakusa kemudian. atas pertanyaan itu, Suna membalasnya dengan sebuah decikan keras. ia kesal karena Sakusa malah balik bertanya.

"ya... pernah sekali." Jawab Suna mulai malas berbicara dengan Sakusa.

"ada salah satu jalur, yang bisa kita lewatin buat sampe ke kota tempat si kembar tinggal. Disana itu ada desa terpencil yang letaknya dihimpit oleh hutan-hutan, dan desa itu terkenal dengan orang-orang tuanya yang mampu berkomunikasi dengan makhluk astral." Jelas Sakusa usai memastikan tidak ada orang lain lagi disekitar mereka bertiga. Ada, tapi semuanya sedang sibuk dengan kegiatan masing-masing.

"Kok bisa tau?" Pertanyaan Suna membuat Sakusa bergidik kecil. Ia mungkin tidak menyangka kalau Suna akan menghujaninya dengan pertanyaan-pertanyaan itu.

"Kejadiannya sih baru, pas liburan semester kemarin."  Sakusa mulai menyamankan posisi. Mereka bertiga masih berjongkok tepat di hadapan tumpukan kayu.

"Liburan semester? Lo kerumah si kembar?" Tanya Oikawa, memotong kalimat Sakusa.

Yang ditanya mengangguk.

"Selama liburan semester kemarin, gue emang ngehabisin waktu dirumah si kembar. Kita bertiga hampir kecelakaan karena lewat jalanan hutan itu. Mau gimana lagi, kalau lewat jalan lain macetnya parah... Jadinya sopir si kembar inisiatif buat motong jalan, lewat situ." Sakusa mulai bercerita cukup panjang. Ia menurunkan maskernya karena mulai merasa kehabisan udara.

Bloody Mary - Haikyuu [ END ] ✓Where stories live. Discover now