HIDUP KEMBALI

1.7K 368 107
                                    

Chapter 27 - Hidup Kembali

Osamu terjaga sekarang. Begitu ia membuka matanya, hal yang pertama dilihat adalah seisi ruangan yang sangat tidak asing baginya. Ia ingat dengan jelas, dimana ia berada sekarang.

Tapi ini bukan kamarnya, melainkan kamar Atsumu yang berada didalam rumah milik kedua orangtuanya.

"Apa? Tapikan..." Osamu yang kala itu masih sedikit terkejut, langsung bangun dari posisi tidurnya. Ia meneliti mulai dari sepanjang lengan, hingga meraba-rabanya wajahnya sendiri. "... Gak, gue... gue jatuh ke jurang." Batin Osamu kemudian.

CKLAKK!

Suara gagang pintu yang bergerak, membuat Osamu segera menoleh. Tak lama kemudian, ia mendapati sosok Atsumu yang muncul dari sana- disusul dengan Sakusa yang ikut melambai-lambai tanda menyapa.

"Nyenyak gak tidurnya?" Gumam Atsumu, memberikan segelas air mineral yang ia bawa.

Osamu masih belum menjawabnya. Ia hanya merespon dengan mengambil air yang diberikan oleh Atsumu. Sembari meminumnya pelan-pelan, Osamu berpikir tentang kejadian ketika ia jatuh ke dalam jurang.

Dikatakan mimpi-pun, hal itu terasa begitu nyata bagi Osamu. Ia yakin kalau tubuhnya menghantam bebatuan, terguling, dan tulang-tulangnya juga sepertinya patah.

Lalu apa yang terjadi sekarang? Osamu malah bangun dengan tubuh yang tak meninggalkan bekas luka sedikitpun.

Mata Osamu melirik, melihat Sakusa dan Atsumu yang sepertinya tak berniat menjelaskan apapun.

"Mungkin gue cuma lelah..." Batin Osamu kemudian. Ia memegang kepalanya yang terasa pening, mengansumsikan kalau apa yang terjadi hanyalah halusinasinya.

Mungkin saja, Osamu memang lelah- lalu kembali terlelap dan membayangkan kejadian-kejadian buruk.

Osamu meletakkan gelas miliknya di meja yang terletak tepat disamping ranjang.

"Lo nggak harus nyelametin gue, Sam..." Gumam Atsumu yang langsung menggenggam sepasang tangan milik Osamu.

Ya, Atsumu tak berniat menyembunyikan apa yang sudah terjadi. Meskipun ia tahu, mungkin Osamu akan menolaknya.

Tapi, Atsumu lebih tidak tega jika harus berbohong.

"Kok...?" Osamu tampak kebingungan sekarang.

Tak lama kemudian, sosok gadis yang amat cantik muncul tepat dari belakang tubuh Sakusa. Ia melayang sedikit mendekat, lalu menunjuk kearah lemari besar- dimana ada cermin yang terpasang di bagian pintunya.

Osamu mengikuti kemana arah jari telunjuk gadis itu bergerak. Sepasang matanya tertuju pada pantulan dirinya sendiri yang ada didalam cermin.

Mary. Ia menjentikkan jarinya, dan sosok Osamu yang bersimbah darah terpampang didalam cermin itu.

"Hoek!!" Sontak, usai melihatnya- Osamu tak dapat menahan rasa mual didalam perutnya.

"Lo bakal baik-baik aja, Sam... Lo hidup sekarang."  Sebisa mungkin, Atsumu berusaha untuk menenangkan Osamu. Tapi kemudian Osamu menggeleng kuat-kuat.

"Biarin gue mati... Tsumu... tolong..." Pinta Osamu dengan genggamannya yang bergetar. Ia terlalu takut, bahkan untuk sekadar menatap rupanya sendiri di cermin.

Adiknya menangis, lalu apa yang dilakukan oleh Atsumu selanjutnya. Hatinya terasa begitu patah. Ia hanya menatap Sakusa dengan pandangan bingung.

Sakusa menyerngit. Baginya Osamu benar-benar menyusahkan.

"Effort Atsumu udah sejauh ini. Gabisa apa Lo hargai?" Ketus Sakusa kemudian. Ia menarik kerah kaos yang Osamu kenakan dengan hati-hati, memintanya untuk menegakkan pandangan.

"Ini cara Atsumu buat bales budi karena Lo udah nyelametin dia." Sambung Sakusa lagi, dengan kalimat-kalimat manipulatif yang terus ia lontarkan kepada Osamu.

"Parah sih kalo lo malah nolak." Bahu Sakusa terangkat sejenak. Sementara Osamu masih melemparkan pandangan tak suka kepadanya.

Terbesit didalam pikiran Osamu, kalau Sakusa mengambil kesempatan ini untuk mengendalikannya. Disatu sisi, Osamu tidak tega melihat raut wajah Atsumu yang tampak kecewa. Ia sendiri pastinya setuju dengan apa yang diucapkan oleh Sakusa.

"Biarin gue mati, kalau gue udah beneran capek ngikutin permainan Lo berdua." Pinta Osamu usai memutuskannya dengan amat berat hati.

Atsumu mengangguk dengan riang.

"Bayarannya apa? Sampe gue bisa balik idup kek gini." Tanya Osamu, yang masih penasaran. Ia wajib mendapatkan penjelasan tentang semua yang telah terjadi selama ia tak sadarkan diri.

Dari beberapa cerita-cerita hantu yang pernah Osamu baca. Biasanya, makhluk-makhluk ghaib itu akan meminta bayaran atas bantuannya.

"Nyawa orang laen." Jawab Sakusa.

Dahi Osamu berkerut. Ia tidak mengerti mengapa mereka berdua bisa setuju dengan kesepakatan yang tidak menguntungkan mereka sama sekali.

Mau dilihat dari sudut manapun, makhluk-makhluk itu hanya memperalat mereka untuk menjadi seorang pembunuh.

"Tapi, mi... Gimana cara kita ngebunuh supaya gak ketahuan?" Atsumu bergeser ke tengah ranjang. Menyamankan dirinya diatas sana.

Sakusa mondar-mandir sejenak. Pertanyaan Atsumu barusan benar-benar berguna. Tentunya, mereka harus memikirkan strategi agar tindakan mereka tidak mudah dibongkar oleh orang lain.

Kedua kaki Sakusa berhenti, tepat dihadapan cermin. Ia mendapatkan ide, dimana nantinya mereka akan membutuhkan kekuatan Mary untuk menjalankannya.

"Target kita anak-anak asrama." Kata Sakusa, lalu duduk ditepi ranjang. Menurutnya, akan lebih mudah jika targetnya ialah siswa akademi.

Sebagai seorang anggota OSIS dan siswa yang memiliki pengaruh besar di sekolah. Sakusa yakin, kalau ia bisa menciptakan tempat untuk memudahkan aksi mereka bertiga nantinya.

"Moga Lo berdua cepet sadar, deh." Osamu menyingkirkan selimut yang menutup tubuhnya. Usai sampai dirumah, ia belum bertemu dengan kedua orangtuanya.

Menurut Osamu, ia bisa gila jika terus mendengarkan rencana-rencana busuk Sakusa dan Atsumu.

Akhirnya, Osamu memilih untuk keluar dari ruangan itu. Menemui kedua orangtuanya.

Osamu akan melihat, bagaimana kehidupan keduanya berjalan nanti.

BLAM-!

Pintu kamar itu dibanting kuat-kuat oleh Osamu.

"Duh... Ngambek dia." Atsumu menepuk dahinya. Ia merebahkan tubuh diatas ranjang itu.

Sakusa bergerak. Ia tak bisa menahan gairah yang munguasai tubuhnya dikala itu. Atsumu sedang berbaring disana, dan menurutnya ini adalah kesempatan yang cukup bagus.

"Mary..." Gumam Sakusa pelan.

"Ya?" Sahut Mary.

"Tolong kunci pintunya."

.
.
.
.
.
To be continued

Bloody Mary update 3 kali dalam dua hari ini. Readers pasti lagi full senyum. wkwkwk...😆

Btw, cuacanya lagi panas banget disini. Author gabisa nahan diri supaya ga minum air dingin. =w= 😵

Omong-omong, makasi yang udah ngetag di tiktok dan request bikin fanfic ini itu... Nanti author satuin idenya di Backroom aja yah. 😗

Makasi juga yang udah ngekontenin fanfic author di tiktok. Seneng banget!  💖💖💖

Sampe ketemu di chapter selanjutnya -!

Bloody Mary - Haikyuu [ END ] ✓Where stories live. Discover now