SHINSUKE, DAN KAKEK TUA

2.2K 502 70
                                    

Chapter 9 - Shinsuke, dan kakek tua

"Dia terlalu baik, dia juga dilindungi. Dia, harus disingkirkan."

*****

Pukul delapan, lewat empat puluh menit. Shinsuke keluar dari kamarnya, berjalan-jalan disepanjang lorong asrama lantai tiga. Masih ada duapuluh menit sebelum bel malam dibunyikan.

Langkah kaki Shinsuke bergerak dengan santai. Ia tidak merasa takut sedikitpun meski sebagian besar pintu-pintu ruangan disana sudah tertutup rapat.

Sembari memperhatikan ponselnya, salah satu tangan Shinsuke merogoh saku celana. Ia takut lupa membawa uang tip untuk driver pesan-antar yang tadi menghubunginya. Driver itu berkata, kalau ia sudah ada didepan gerbang akademi- membawa pesanan milik Shinsuke.

Jarak minimarket yang cukup jauh membuat Shinsuke lebih memilih untuk menggunakan jasa pesan antar.

"Loh, Osamu?" Langkah Shinsuke terhenti ketika ia mendapati Osamu berdiri tepat di lantai paling bawah. Dengan jaket tebal yang Osamu kenakan, ia masih tampak kedinginan.

"Eh, Kak Shin... Mau kemana kak?" Tanya Osamu.

Shinsuke menjawabnya, dengan menunjukkan layar ponsel miliknya kepada Osamu. Dengan begitu, Osamu paham kalau Shinsuke hendak mengambil pesanan.

"Mau nemenin? Yuk." Ajak Shinsuke.

Osamu terlihat ragu. Ia masih saja memalingkan pandang kekiri dan kanan, seolah tengah mencari sesuatu. Tapi, kemudian Osamu mengangguk. Ia berjalan bersama dengan Shinsuke.

Jika Semi melihat apa yang Shinsuke lakukan, mungkin saja ia akan marah. Jelas-jelas Shinsuke sudah tahu kalau Osamu terlibat dalam pembunuhan teman-temannya, tapi Shinsuke malah berjalan dengan Osamu seolah tidak mengetahui apa-apa.

Tapi sebaliknya, menurut Shinsuke- yang ia lakukan adalah cara yang paling terbaik. Shinsuke adalah tipikal orang yang peduli kepada orang lain. Apabila tadi ia tidak berinisiatif untuk mengajak Osamu, mungkin saja- Osamu akan curiga.

"Nungguin siapa diluar? Atsumu?" Shinsuke melilitkan syal yang jatuh dari sisi pundaknya.

Osamu mengangguk.

"Iya, padahal ini udah malam. Uhuk... Uhuk..." Osamu berhenti, lalu menyapu hidungnya yang lagi-lagi mengeluarkan darah.

Disaat itu, Shinsuke tidak membawa sapu tangan. Ia lalu dengan sukarela melepas syal pada lehernya. Shinsuke berkata kalau Osamu bisa menggunakan kain syal itu untuk menyeka darahnya yang masih saja mengalir.

Buru-buru, Shinsuke mengambil pesanan miliknya. Ia sampai lupa memberikan uang tip lagi kepada driver yang mengantarkannya. Yang ada dipikiran Shinsuke ialah, ia ingin mengantarkan Osamu kembali ke kamarnya.

"Hey, masih sakit?" Shinsuke tahu, tidak ada yang salah dengan pengelihatannya. Ia tahu kalau Osamu yang ia lihat saat ini sudah semakin aneh. Kondisi tubuhnya mulai pucat, hingga terlihat urat-urat tipis yang berwarna merah.

"Sakit kak... Ugh... Sakit banget." Rintih Osamu.

Tanpa pikir panjang, Shinsuke berjongkok dihadapan Osamu. Ia meminta Osamu untuk segera naik, karena Shinsuke akan menggendongnya.

"Gue... Gue berat, kak." Gumam Osamu. Sepertinya, ia menolak karena malu.

"Ah, kayak sama siapa aja." Canda Shinsuke. Ia menyerahkan sekantung besar makanan yang tadi ia pesan kepada Osamu. Shinsuke meminta tolong kepada Osamu untuk membawanya, karena kedua tangannya akan ia gunakan untuk menopang tubuh Osamu.

Tidak ada pilihan lain, Osamu juga melirik kearah jam tangannya- dimana tinggal sepuluh menit tersisa sebelum bel berbunyi.

Osamu menepis perasaan ketidak'enakannya itu, kemudian naik ke gendongan belakang Shinsuke.

Bloody Mary - Haikyuu [ END ] ✓Where stories live. Discover now