RUANG KESENIAN

2.2K 438 252
                                    

Chapter 16 - Ruang Kesenian

Pukul 20 : 40 malam, di lantai tiga gedung sekolah.

Oikawa terduduk tepat didepan sebuah kelas. Iwaizumi yang baru saja selesai mengunci pintunya langsung menghampiri Oikawa.

Sebagai teman dekatnya, Iwaizumi tahu betul kalau Oikawa sudah mencapai kapasitasnya. Keadaan malam pastinya membuat makhluk tak kasat mata leluasa berkeliaran. Entah sudah berapa banyak makhluk yang dilihat oleh Oikawa.

"Sabar, okay...?" Iwaizumi merogoh Sling bag yang ia kenakan, lalu mengeluarkan plester pereda demam yang ia bawa.

Kedua mata Oikawa menatapnya sendu, ia merasa tubuhnya masih tidak leluasa di gerakkan. Beberapa bagian tubuhnya masih sedikit nyeri, ditambah hantu-hantu yang menampakkan diri membuat Oikawa tak ingin lagi mengangkat kedua kelopak matanya.

"Iwa, sorry gue malah ngerepotin kek gini." Ada hawa dingin yang meresap pada dahinya setelah Iwaizumi menempelkan plester pereda demam disana.

Iwaizumi segera menggeleng. Justru kelebihan Oikawa benar-benar membantunya.

Sejak awal sampai di lantai tiga, Oikawa sudah berpesan untuk tidak sembarang berjalan dan menyentuh sesuatu.

Oikawa juga menyarankan, akan lebih baik jika menghancurkan cermin-cermin yang ada pada ruang kelas- karena tak banyak hantu yang bersemayam disana.

Atas bantuan Oikawa, Kunimi dan Goshiki tidak ragu untuk masuk kedalam ruang kelas yang lainnya. Mereka sudah menghancurkam cermin di sebelas ruangan.

Empat kelas, dua tangga menuju lantai empat, dua toilet, satu gudang, dan ruang mading.

Itu artinya, masih tersisa kurang dari lima ruangan lagi- dimana salah satunya adalah ruangan teater yang terhubung langsung ke lantai tiga.

"Kak, cermin di ruang gym udah kita pecahin." Lapor Goshiki dengan penuh semangat. Ia masih menggendong ransel yang berisi batu-batu.

Iya, karena tak berani mendekat langsung kehadapan cermin- Goshiki menggunakan batu untuk menghancurkannya dari jarak jauh.

"Bagus, sankyuu Goshiki." Sahut Iwaizumi sembari tersenyum.

Karena baru saja mendapat pujian, Goshiki merasa senang sekali. Ia sampai melompat-lompat kecil karena tidak sabar untuk menuju ruangan selanjutnya.

"Ewwh..." Lain halnya dengan Goshiki, Kunimi tak henti-hentinya membersihkan kedua tangannya dengan tissue. Ia menggulung lengan kaosnya, karena ada darah yang mengenai sepanjang lengannya itu.

"Itu lebam kenapa?" Pandangan Iwaizumi terpeleset pada lengan Goshiki dan Kunimi yang tampak lebam dan mulai membiru.

"Setan di mini gym pada iseng... Masa gue sama Kunimi dilempar pake barbel." Keluh Goshiki sembari mengelus-elus lengannya.

Kunimi masih terkekeh. Ia ingat betapa kacaunya ketika peralatan didalam mini gym terlempar ke segala arah.

"Perlu diobatin dulu?" Iwaizumi tampak khawatir. Biasanya lebam akan terasa semakin nyeri ketika sudah semakin lama. Sakitnya akan terasa sampai menyentuh tulang.

Kunimi dan Goshiki menggeleng. Mereka tidak ingin membuat kakak kelasnya itu khawatir.

"Chill, kak... Kita berdua kan anak silat." Sahut Goshiki sembari memasang kuda-kuda disana. Memberi tanda kalau ia dan Kunimi mampu menjaga dirinya sendiri.

Kunimi tak lagi merasa takut, ia hanya jijik karena darah yang terciprat itu sangat berbau busuk.

"Kak Oikawa kenapa ini?" Goshiki terlihat khawatir, dan langsung berjongkok di dekat Oikawa.

Bloody Mary - Haikyuu [ END ] ✓Where stories live. Discover now