USHIJIMA, DIKAMBINGHITAMKAN

1.5K 336 69
                                    

Chapter 31 - Ushijima, Dikambinghitamkan

Sejak kematian Nishinoya dan Tanaka, banyak siswa kelas satu yang mengundurkan diri. Pengurangan jumlah siswa yang ekstrem itu membuat Atsumu ketakutan kalau-kalau perbuatan mereka ketahuan.

Sampai saat ini, Sakusa memang bermain dengan amat rapi. Ia bisa leluasa kemanapun tanpa ketahuan oleh orang lain.

Hanya saja, bagi Atsumu tindakannya kali ini terlalu gegabah. Jarak kematian antara Tanaka dan Nishinoya terlalu dekat, dan siapapun pasti akan mulai curiga. Peka akan kejanggalan yang ada.

"Ya gabisa lah... Masa Lo mau nyerah sih?!" Sakusa membentak, begitu mendengar Atsumu yang meminta kepadanya untuk berhenti membunuh siapapun.

"Kita harus jeda lah, Mi... Orang laen pastinya masih was-was sama keadaan sekarang." Ucap Atsumu, mencoba untuk meyakinkan Sakusa.

Osamu tak ikut campur dalam perdebatan itu. Ia masih asyik bergelut dengan buku-buku catatannya, sembari mendengarkan alunan musik ringan dengan earphone. Meskipun volumenya tak penuh, karena Osamu masih ingin menyimak pembicaraan Atsumu dan Sakusa.

Dipikir lagi, Osamu masih saja serius menjalani kehidupannya. Meskipun ia sendiri sadar, kalau dirinya sudah mati.

Dari cara Atsumu membantah, sepertinya Osamu tahu- alasan ia ingin berhenti sejenak.

Jelas, ada seseorang yang dikhawatirkan oleh Atsumu.

"gausah pilih kasih. Mikirin Shin mulu Lo!" Lagi-lagi Sakusa membentak.

Atsumu tahu kalau Shinsuke akan menjadi incaran Sakusa selanjutnya. Intinya, Sakusa paling mengawasinya karena memiliki sesuatu yang menjaga Shinsuke saat Sakusa hendak menyerang.

"Bukan gitu... Tapi Kak Shin nggak salah apa-apa Mi..." Atsumu gelisah. Pikirannya terbaca jelas oleh Sakusa.

"ya harusnya dia ga asal megang-megang apalagi mau ngerusak cermin lah. Ga heran kalo Shin bakal luka, atau mungkin aja bakalan mati." Balas Sakusa, tetap mempertahankan keputusannya untuk membunuh Shinsuke pada kesempatan yang akan datang.

"Tai, Lo! Egois!" Kesal permohonannya tak kunjung didengar, Atsumu segera melangkah keluar kamar- membanting pintunya kuat-kuat.

BLAMM!!

Habis bagaimana. Sakusa memiliki keyakinan itu. Keyakinan bahwa Shinsuke akan menjadi penghambat besar dalam rencana-rencana selanjutnya.

"Ga heran kalo ada yang ngelindungin Kak Shin. Dia orang baik sih." Sambar Osamu, melepas earphone yang bertengger pada daun telinganya.

Kedua tangan Osamu terangkat tinggi-tinggi, membuat otot-ototnya kembali meregang dan tidak kaku.

"Baik.. baik..! Shin aja gak ada disaat lo berdua sudah kayak gini!" Kata Sakusa, dengan nada sedikit sewot.

Baik Atsumu maupun Osamu, keduanya malah berpihak kepada Shinsuke. Jelas saja kalau Sakusa merasa usahanya tidak dihargai.

Padahal, Sakusa yang sudah repot-repot merubah jadwal dimana-mana.

Sakusa yang sudah mondar-mandir membunuh orang lain demi menambah waktu hidup bagi Osamu.

Sakusa yang mati-matian meminta uang kepada keluarganya, demi anggaran untuk membeli cermin yang sekarang dipasang pada setiap sudut gedung sekolah dan asrama.

"Iyasih, Kak Shin gabakal bantu..." Sambung Osamu, memutar kursi yang ia duduki.

"Nah, akhirnya Lo sependapat sama gue." Sakusa merasa sedikit lega.

Dahi Osamu berkerut. Ia bahkan belum selesai dengan kalimatnya.

"Soalnya Kak Shin pasti tau, tindakan kayak gini itu namanya ngelawan Tuhan." Sambung Osamu, mulai bangkit dari posisi duduknya. Ia berjalan, ikut meninggalkan Sakusa sendirian disana.

Bloody Mary - Haikyuu [ END ] ✓Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon