PENGKHIANAT

2.1K 436 270
                                    

Chapter 18 - Pengkhianat

"Dia bersama kalian, tapi dia juga membantu kami."

*****

Ketika hendak turun ke lantai dua, Semi, Shirabu, Aone, dan juga Yaku muncul dari arah ruang musik. Kenma yang melihatnya meminta Shinsuke untuk berhenti sejenak, menunggu teman-temannya sampai.

"Kak, turunin gue." Pinta Kenma yang langsung dituruti oleh Shinsuke. Kedua kakinya memang masih terasa lemas, tapi ia tidak nyaman jika digendong terus-menerus.

"Pintunya gabisa dibuka." Raut wajah Semi terlihat amat putus asa. Ia tahu betul kalau Oikawa dan Iwaizumi mungkin kesulitan didalam sana.

"Hey, hey, hey... Gausah ragu, pecahin aja kacanya." Sambar Bokuto yang sudah mengangkat tangannya yang terkepal itu.

"Ruang musik itu kedap suara, kacanya juga tebal dan susah dipecahinnya." Jelas Yaku membuat Bokuto segera mengangguk-angguk. Ia tidak kepikiran sampai kesitu.

"Tsukishima?" Pandangan Semi teralih kepada Tsukishima yang masih dipapah oleh Suna dan Futakuchi. Darahnya masih merembes meskipun luka di bagian wajahnya itu sudah ditutup sementara menggunakan kain yang ada di ruangan tata busana. "... Kita harus panggil ambulans sekarang."   Kata Semi dengan nada bicaranya yang terdengar begitu panik. Ia merogoh saku Hoodie, mencari-cari ponselnya untuk segera memanggil ambulans.

Tapi kemudian Shinsuke menghentikannya.

"Lebih baik pesan taxi online. Kita harus prioritasin Tsuki yang luka parah." Ucap Shinsuke dengan penuh kehati-hatian. Ia tahu kalau hati Semi sangatlah gundah sekarang, tapi risiko yang datang nantinya akan lebih besar apabila mereka memanggil ambulans. "... Tenang aja, Goshiki dan Kunimi bisa nunggu." Tambah Shinsuke lagi.

"Mereka kenapa?" Tanya Tsukishima dengan mata tertutup. Seluruh tubuhnya memang sudah tak bertenaga, tapi rasa khawatir mendadak muncul usai mendengar Shinsuke berucap.

Semua yang ada disana saling melempar pandang. Melihat hal itu, Akaashi, Kenma, dan juga Tsukishima paham betul kalau Kunimi dan Goshiki kemungkinan tertimpa hal buruk.

"Dimana mereka sekarang?"  Tanya Kenma.

Aone menunjuk kearah bawah tangga, kemudian menunjukkan dua jemarinya yang terbuka. Menandakan kalau Kunimi dan Goshiki ada di bawah tangga, tepatnya di lantai dua.

Mata Akaashi terbesit pada ruangan yang jauh darinya. Tempat yang bersebelahan dengan ruang musik. Tepat di lantainya, ada banyak ceceran darah yang berderet sampai ke belokan tangga satunya.

Akaashi enggan untuk bertanya. Ia ingat kalau Aone berkata Kunimi dan Goshiki ada di lantai dua, yang berarti darah di lantai itu kemungkinan milik salah satu dari mereka.

"Ah, sudah sampai-!" Kata Bokuto sembari menatap kearah layar ponselnya.

"Siapa?" Tanya semuanya serempak.

"Taxi online. Tsukishima kasihan loh." Bokuto berjalan, bergantian memapah tubuh Tsukishima bersama Aone.

"Kak Bokuto, berani memangnya?" Tanya Akaashi dengan sedikit rasa khawatir. Ia bahkan terkejut karena Bokuto berinisiatif memesan taxi online untuk Tsukishima.

"Gue gamau takut lagi, Akaashi." Kata Bokuto sebelum menuruni tangga. Ia menoleh, menatap temannya satu-persatu. "... Badan gue besar, dan kita banyak dapet serangan fisik dari barang-barang yang dikendaliin hantu-hantu itu. Kalau gue takut terus, kemungkinan gue sendiri bisa mati. Jujur, gue gamau liat temen-temen gue mati didepan mata gue secara langsung... Jadi, gue sama Aone bakal nganter Tsukishima sebentar dan balik lagi kesini. Kalian harus rajin ngabarin di grup." Senyum lebar milik Bokuto membuat seluruh teman-temannya sumringah.

Bloody Mary - Haikyuu [ END ] ✓Where stories live. Discover now