OVERTHINKING

2.2K 466 168
                                    

Chapter 11 -  Overthinking

"Sekarang tinggal engkau sendirian. Suna Rintaro."

*****

Shinsuke sedikit tenang selama berjalan bersama dengan Sakusa. Maksudnya, ia tidak merasakan ancaman apapun yang kiranya akan dilakukan oleh Sakusa kepadanya.

Tapi, Shinsuke tahu- kalau sedaritadi Sakusa melirik kearah belakang Shinsuke selama beberapa kali.

Usai mengetahi kalau dirinya memiliki Khodam penjaga, Shinsuke tidak heran kalau Sakusa terus-menerus meliriknya.

"Omi, apa manfaatnya Lo lakukan ini semua?" Shinsuke sudah tidak tahan membungkam mulutnya. Sesaat sebelum ia memasuki ruangan, ia memutuskan untuk langsung bertanya kepada Sakusa.

"Oh, gue nggak percaya kalau ternyata Lo berani tanya secara langsung." Sakusa menurunkan masker yang ia kenakan. Ia tampak menggigit bibir bawahnya, seperti sedang menahan diri untuk mengatakan alasan dirinya berbuat demikian.

"Kalau nggak mau jawab gak apa-apa. Kita semua bakal maksa Lo supaya mau bicara nantinya." Kata Shinsuke, lalu membuka pintu kamarnya itu.

"Coba aja. Itu juga kalau kalian masih bisa kembali hidup-hidup." Perkataan Sakusa terasa sedikit ambigu. Ia segera berlalu dari sana, sembari melambai-lambai kecil kearah Shinsuke.

Ucapan Sakusa barusan seperti tanda, kalau dirinya mencetuskan peluru peperangan. Jelas saja hal itu membuat Shinsuke khawatir, karena Oikawa, Iwaizumi, dan juga Semi memang belum kembali sedaritadi.

"Kakek?" Shinsuke terkejut. Tepat setelah ia menutup pintu kamarnya dan berbalik, ternyata ada sosok kakek tua yang duduk di ranjang tempat tidurnya.

"Berhati-hatilah, Shin... Ini bukan duniamu." Gumam kakek itu dengan sedikit terbata-bata. Kerutan yang tercipta karena senyuman itu muncul, membuat Shinsuke merasa tetap tenang bersamanya.

"Tapi, ini kamar saya, kek." Jawab Shinsuke lembut. Ia duduk di lantai, tepat menghadap kakek itu.

"Ruangan yang kamu masuki ini cuma ilusi yang dibuat temanmu dan makhluk-makhluk jahat itu, Le. Sudah saya peringati untuk tidak mengganggumu, tapi mereka malah melibatkanmu semakin jauh." Kakek itu mendengus kasar, nada bicaranya memiliki aksen Jawa yang begitu kental. Menurut Shinsuke, kakek ini mungkin adalah leluhurnya yang menjaga setiap keturunannya hingga di zaman modern seperti sekarang.

"Kakek, apa ada cara untuk keluar dari sini?"  Tanya Shinsuke.

Sang kakek menatapnya sejenak, kemudian mengangguk kecil. Sangat mudah baginya untuk mengajak Shinsuke kembali ke dunianya, tapi firasatnya mengatakan- kalau akan terjadi kekacauan sebentar lagi.

"Akan aman jika kamu tetap tinggal disini sementara." Jawab kakek itu kemudian. Kakek tahu, kalau Shinsuke diberitahu- ia pasti memilih untuk menolong teman-temannya.

"Kakek, apa kamu menyembunyikan sesuatu dariku?" Shinsuke tertawa kecil, sementara sang kakek tidak bisa menahan raut pasrahnya itu. Ia tahu kalau cucu-nya bukanlah orang yang mudah ditipu.

"Mereka adalah temanku yang berharga, kek. Jadi, maukah kamu membantu mereka?" Pinta Shinsuke dengan sedikit memelas, membuat sang kakek tak kuasa untuk menolak permintaan cucu-nya itu.

"Baiklah... Tapi berjanjilah, untuk tidak gegabah." Sang kakek berdiri, dan ketika ia membuka telapak tangannya- muncul sebuah keris yang benar-benar bersinar. Mata Shinsuke sendiri rasanya agak kesilauan.

"Gunakan ini untuk menjaga dirimu." Kakek memberikan keris miliknya kepada Shinsuke.

"Bagaimana denganmu, kek?" Tanya Sinsuke setelah menerima keris pemberian kakeknya. Bobot keris itu mulanya terasa begitu berat, tapi mendadak ringat seperti memegang gumpalan kapas.

Bloody Mary - Haikyuu [ END ] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang