MANEKIN

2.1K 485 200
                                    

Chapter 17 - Manekin

Entah apa yang terjadi, tapi lampu didalam ruangan tata busana sempat berkedip beberapa kali sebelum akhirnya padam total.

Akaashi, Kenma, dan Juga Tsukishima masih bersembunyi dibalik meja guru yang terletak pada bagian depan ruangan itu. Mereka terpaksa mengintip untuk memastikan dimana hantu wanita itu berada.

"Mary ngga curang kok. Hihihi... Ayo keluar." Seru hantu bernama Mary itu. Ia melayang, lalu duduk pada salah satu meja yang terletak di paling ujung belakang.

Usai saling melempar pandang, mereka bertiga berdiri perlahan-lahan. Kemunculan Akaashi, Kenma, dan Tsukishima membuat Mary segera melemparkan seutas senyum.

Iya, senyuman yang mengerikkan.

"Akaashi, ada apa?" Bisik Kenma usai matanya melirik. Akaashi terhuyung kecil dan segera memegang keningnya sendiri.

"Biar gimanapun kita ini cuma manusia biasa." Seru Akaashi sembari menatap lagi sosok hantu dihadapannya. Dimana senyum yang ia lemparkan tadi berubah menjadi amat mengerikkan. Bibir mary robek, begitu lebar hingga gigi gerahamnya terpampang begitu jelas.

Secara spesifik, manusia biasa tidak dapat melihat makhluk tak kasat mata. Bahkan sekadar merasakan hawa keberadaannya-pun terbilang sulit.

Mereka bertiga sudah dapat kabarnya, bahwa seorang Semi Eita dan Oikawa Tooru yang memiliki mata batin-pun masih kesulitan menghemat energinya.

Maka itu, amat tidak heran jika tubuh Akaashi mengalami syok lebih cepat. Apalagi, ruangan yang mereka pijak memiliki energi negatif yang membuat mereka bertiga merasa sesak berada disana.

"Gimana... Kalau kita ubah permainannyah...?" Tanya Mary dengar suaranya yang riang. Khas seperti seorang gadis kecil.

"Mau main? Bibir Lo dulu tuh betulin." Sambar Tsukishima yang sudah mulai muak dengan suasana dikala itu. Ia yakin kalau batinnya masih sanggup untuk bertahan, tapi tubuhnya seolah menolak untuk sekadar berdiri.

Kalimat itu masuk kedalam pendengaran Mary. Kepalanya ia telengkan dengan tajam kearah kiri, dan dilihat dari sudut manapun- lehernya menekuk terlalu dalam, hingga menghasilnya bunyi "krek-!".

"Yang pakai kacamata bakal cacat loh... Atau mati?" Kata Mary santai, kemudian mulai menyeringai lagi. Kedua pupilnya yang kecil terkunci menatap Tsukishima.

Tak ingin ada situasi buruk yang terjadi lagi, Kenma memutuskan untuk segera mengambil tindakan.

"Jadi, apa yang kita mainkan?" Tanya Kenma.

"Tangkap aku." Jawab Mary singkat.

Akaashi segera mengangkat tangan kanannya. Sementara tangan yang lainnya sibuk mengelus dada. Oksigen disana terasa begitu tipis, membuat paru-paru Akaashi terasa begitu sakit.

"Anda bukanlah sesuatu yang mudah disentuh oleh kami. Mengapa anda membuat permainan yang hanya menguntungkan diri anda sendiri?"  Pertanyaan Akaashi langsung membuat Kenma dan Tsukishima ikut tersadar. Kepekaan Akaashi benar-benar menguntungkan mereka.

Mary turun dari atas meja yang ia duduki. Wajahnya terlihat lesu, seolah dirinya tengah merasakan sedih yang mendalam.

"Mary adalah cermin... Dimana ada cermin, maka disitulah Mary berada... Kalian, dan yang lain sudah menghancurkan Mary, sedikit demi sedikit...."    Ungkap Mary, memulai sandiwaranya dengan begitu sempurna. Ia bergerak ke pojok ruangan, dimana ada cermin terakhir tempatnya keluar tadi.    "... Berhasil menyentuh cermin ini, sama saja menyentuh Mary." Sambungnya, kali ini dengan suara yang lebih lembut.

Kenma merasa sepasang telinga miliknya mulai pekak meskipun di ruangan itu suasananya begitu tenang. Iya, isi kepalanya-lah yang penuh dan membuat kebisingan sendiri.

Bloody Mary - Haikyuu [ END ] ✓Where stories live. Discover now