PROLOG

353 28 0
                                    


.

Happy Reading

.

Di tengah kekacauan yang melanda sebuah negeri seorang profesor sedang bekerja di labnya tanpa terganggu oleh suara kekacauan itu, hujan sedang mengguyur semua tempat, suara gemuruh petir tidak menggangu konsentrasi profesor itu.

Dia dengan fokus memperhatikan sebuah tabung yang berisi air berwarna biru, agak keruh namun isinya masih dapat terlihat.

Didalam tabung itu terdapat seorang gadis berambut coklat, tubuhnya tertekuk, dan matanya tertutup.

"Semoga saja percobaan yang ke-1000 ini berhasil jika tidak seluruh negeri akan hancur." Gumam profesor itu, wajahnya kelihatan sangat lelah, dimatanya terdapat lingkaran hitam yang menandakan dia kurang tidur.

"Aku harus segera meyuntikkan cairan bunga Adelweiss ini, semoga dengan bunga ini kau dapat bergerak....Leora."

Dengan tergesa-gesa profesor itu menyuntikkan cairan berwarna putih itu ke dalam tabung gadis yang dia panggil Leora, sebuah reaksi terjadi tabung itu mengeluarkan cahaya keemasan yang terang.

Duarrr!

Tanpa diduga tabungnya pecah membuat seluruh isinya keluar, begitupun dengan Leora.

Profesor itu mendekat, menyentuh pipi pucat Leora yang terasa dingin.

"Mustahil! Harusnya ini berhasil dengan memakai bunga Adelweiss yang sudah susah payah kudapatkan." Kata profesor itu.

"Apa yang salah! Sial!"

Tangannya mengusap wajahnya dengan kasar, dia telah berusaha keras untuk mendapatkan bunga Adelweiss yang terkenal akan keabadiannya, dia berharap dengan bunga itu Leora dapat hidup tapi nyatanya dia gagal.

"Waktu ku sudah menipis, jika begini terus maka negeri ini akan hancur." Gumam profesor.

Dia terus mengoceh mengatakan bahwa dia gagal, tanpa menyadari salah satu jari kiri Leora bergerak.

Sedikit demi sedikit mata Leora terbuka menampilkan mata berwana emas dengan pupil seperti mata Naga.

"Ugh!" Erangan keluar dari mulut Leora mengejutkan profesor itu.

Matanya terbelalak melihat Leora yang bangun sambil memegang kepalanya, rambut coklat panjangnya menjuntai menutupi separuh wajahnya.

"Ka-mu siapa?" Suara halus terdengar dari mulut Leora, mata emasnya menatap waspada orang di depannya.

Profesor yang menyadari jika percobaan yang ke-1000 nya berhasil tersenyum dengan haru, air mata menetes dibalik kacamatanya.

"Selamat datang di dunia ini Leora sang pelindung."

°°°

"Profesor, apakah suatu saat negeri ini akan terlihat indah?" Tanya seorang gadis kepada pria paruh baya yang duduk di sampingnya.

Saat ini mereka berada di lereng gunung yang jarang dilewati oleh orang-orang. Di tempat itu mereka dapat melihat seluruh Negeri yang sangat kacau, penuh darah, dan tangisan.

"Tentu saja Leora, dan untuk mewujudkannya kau ada untuk menghancurkan makhluk-makhluk itu." Jawab pria di sebelahnya.

Mata gadis itu menyipit menatap tajam. "Jika hal itu terjadi nama apa yang akan profesor berikan untuk Negeri ini?"

Profesor tersenyum lembut, "Leonthopodion nama lain dari bunga Adelweiss."

Leora terkejut, "Kenapa profesor memberikan nama itu." Gadis itu menatap wajah profesor.

"Karena kau lahir berkat bunga itu, dan juga makna dari bunga itu."

Mengerti maksud dari profesor, Leora tersenyum kecil matanya bersinar saat tanpa sengaja tersorot cahaya matahari.

"Aku bersumpah, Leonthopodion akan terjadi. Itulah sumpah dari sang pelindung untukmu profesor."

°°°

"Tidakk! Aku tidak akan meninggalkan mu profesor!"

Leora memegang tangan profesor yang penuh akan darah berasal dari dadanya.

"Pe-rgilah Leora ingat sumpahmu, kau telah kuajari se-mua hal yang kutahu, k-ini kau harus membuktikan bahwa sem-ua itu berguna." Kata profesor itu dengan lirih.

Leora menangis mendengar nya, "Hiks aku tidak mau profesor meninggalkanku!"

Uhukk!

Profesor memuntahkan darah segar dari mulutnya hal itu menandakan bahwa dia tidak akan bertahan lama.

"Leora gu-nakanlah kekuatanmu untuk meno-long orang lain, jangan pernah mengg-unakan kekuatanmu untuk kejahatan, kau mengertikan Leora maka dar-i itu PERGI!"

Dengan ragu Leora mengangguk, dia melepaskan tangan profesor lalu kemudian berdiri untuk pergi.

Dengan perasaan campur aduk Leora meninggalkan profesor yang telah dikepung oleh makhluk-makhluk berwarna hitam dengan wujud yang menyeramkan.

Leora berlari dengan cepat menghiraukan semuanya, sepanjang dia berlari air matanya selalu menetes.

'Hiks, profesor aku akan menjadi kuat untuk mewujudkan sumpahku.'

Karena hal itu Leora berhasil memunculkan sebuah tanduk kecil dikepalanya yang menandakan bahwa kekuatan naganya telah aktif akibat rasa sakitnya, dia menghilang membawa tanggung jawab dan perintah.

°°°

Tanggal, 17 Juli 2022
Jam, 07.26

Leonthopodion. [ON•GOING]Where stories live. Discover now