XXXV

8 0 0
                                    


Theia tersenyum kecil melihat senyum temannya. "Yaa, aku pulang."

"Pergilah, bersihkan dirimu dulu baru setelah itu kita bermain lagi."

Theia mengangguk.

"Aku akan memanggilkan pelayan untukmu."

°°°

"Theia? Sudah selesai?"

"Sedikit lagi." Theia melangkah keluar dari dalam kamar mandi dengan sehelai handuk membungkus tubuh kecilnya. Seluruh tubuhnya basah, begitupun rambutnya.

"Ahh! Rambutmu! Pelayan tolong berikan handuk pada Theia!"

Para pelayan perempuan yang sedari tadi ada dibelakang Irai, bergegas memberikan handuk.

Saat ketika salah seorang pelayan sampai didepan Theia, dia terlihat gemetar, membuat baki yang berisi handuk sedikit bergoyang.

Theia yang melihat itu menyipitkan matanya, tangannya mengambil handuk itu. "Pergilah."

Pelayan itu menunduk lalu kemudian pergi menjauh dari Theia.

Setelahnya Theia mulai mengeringkan rambutnya, dia duduk di meja rias dengan cermin besar. Sembari mengeringkan rambutnya Theia melihat pantulan Irai yang berbicara pada para pelayan yang menyiapkan keperluan mandinya.

Para pelayan itu tidak terlihat takut dengan Irai, mereka malah akrab. Hal itu membuat Theia iri kepada Irai, kemanapun Irai pergi dia selalu disambut dengan tawa bahagia orang lain, tidak sepertinya yang selalu disuguhkan tubuh gemetar orang lain.

Perlakuan itu secara tidak langsung seperti mengatakan Theia adalah seorang mahkluk yang menakutkan.

Karena melamun Theia tidak menyadari keberadaan Irai yang tepat berada di belakangnya.

"Theia?" Panggil Irai lembut.

"Ah!" Theia tersentak, matanya melebar karena terkejut, sejenak Theia meredakan degup jantungnya yang berpacu cepat, "kau mengagetkanku."

"Padahal aku memanggilmu dengan pelan, apa yang kau pikirkan hingga tidak sadar jika aku sudah ada di sampingmu?"

Theia menggeleng pelan, "tidak ada apa-apa."

"Kau terlihat berbohong!" Irai menyipitkan matanya, dia menatap curiga ke arah pantulan wajah Theia di cermin, lalu kemudian secara perlahan Irai menghembuskan napasnya. "Huhh~sudahlah lupakan saja, kemari kan rambutmu, biar aku yang menyisirkannya, sudah lama aku ingin melakukannya!" Pekik Irai, wajahnya menyiratkan kebahagian kala menyentuh rambut Theia yang sangat panjang dan berkilau.

"Wahh..lihat rambutmu sudah seperti emas! Begitu berkilau." Puji Irai, tangannya dengan lembut menyisir setiap helai rambut Theia. Dia sangat teliti dan hati-hati saat menyisirnya, takut akan merusak rambut indah itu.

"Kau menyukainya?" Tanya Theia, wajahnya mendongak menatap wajah Irai pada pantulan cermin.

Dengan antusias Irai mengangguk, "sangat!"

"Ambil saja, aku akan memberikannya."

"Hah?"

Leonthopodion. [ON•GOING]Where stories live. Discover now