XV

34 7 0
                                    


.

Happy reading

.

"Leora! Bukankah aku sudah memperingatkanmu untuk tidak aneh-aneh! Sekarang apa lagi! Anak siapa yang kau bawa ini!" Seperti yang diduga oleh Leora, setelah dia pulang, dia langsung di sembur oleh Omelan Agatha.

Bukan Leora namanya jika dia mendengarkan perkataan Agatha, dia malah menghiraukannya.

"LEORA!"

"Huhh~Ayolah Agatha, dia ini hanya anak kecil namanya Alister, aku yang bertanggung jawab akan dirinya jadi terimalah dia disini, lagipula Castor pasti akan mengizinkannya." Bujuk Leora.

"Sudahlah Agatha, Leora tidak akan mendengar perkataanmu biarkan anak itu disini." Maia juga membantu Leora untuk membujuk Agatha.

"Castor yang akan memutuskan apakah anak itu boleh berada disini, jadi jangan salahkan aku jika Castor menolaknya!" Peringat Agatha.

Kepala Agatha jadi pusing memikirkan masalah baru yang di buat oleh Leora.

"Huhh, kau pikir anak manusia itu kucing apa yang seenaknya saja untuk di adopsi lalu di pelihara." Keluhnya lagi.

Leora mendelik mendengarnya, "Tidak usah di dengarkan yah Alister, dia memang seperti itu." Bisiknya.

Alister yang hanya memandang mereka menjadi bingung, dia tidak terlalu mengerti akan perkataan-perkataan itu.

"Ayo! Aku akan menunjukkan kamarmu, jadi ikuti aku." Leora mengapit lengan Alister, lalu mengajaknya ke atas.

Sepeninggal Leora dan Alister, Agatha memijit pelipisnya.

"Maia, apalagi yang anak itu buat? Setiap kali dia pergi selalu terlibat bencana."

Maia yang tengah duduk bersama Iris, mendongak menatap Agatha.

"Ketika aku berpisah dengan Leora, aku pergi ke tempat lain, jadi aku tidak tahu. Namun ketika aku kembali Alister sudah bersama Leora."

"Biarkan saja Agatha." Kata Iris.

Agatha kembali menghela napasnya, dia duduk menghadap Iris dan Maia, tangannya mengambil beberapa cemilan di meja itu.

"Bagaimana?" Tiba-tiba Iris bertanya pada Maia.

"Huh?" Maia menoleh, dia memegang secangkir teh hangat beraroma melati.

"Kondisi kota, apa baik-baik saja?"

"Aman, kurasa." Setelah mengatakan itu, Maia menyesap sedikit tehnya.

"Semua warga kota terlihat baik-baik saja, bahkan ketika aku melewati gang sempit. Tapi aku tidak tahu jika di luar dari tembok kota."

Tak.

Maia meletakkan cangkir itu dengan pelan ke meja, jari kecilnya kembali mengambil cemilan.

Agatha yang sedang fokus mengunyah sambil menatap Maia dan Iris berbicara hanya mengerutkan dahinya. Secepat mungkin dia menyelesaikan kunyahan nya agar bisa menimpali perkataan Maia.

Glek.

"Huh, aku merasa aneh jika di kota tidak ada keributan yang dipicu oleh erubus, bukan berarti aku ingin ada pertempuran tapi bukankah aneh jika keadaannya terlalu tenang?"

Iris mengangguk, "benar, aku memiliki firasat sebuah badai akan datang menimpa kita semua, sebelum itu aku harap kita sudah siap."

Mendengar perkataan Iris, Agatha dan Maia menatap satu sama lain. Ekspresi mereka menjadi keruh.

Leonthopodion. [ON•GOING]Onde histórias criam vida. Descubra agora