XXVIII

19 4 0
                                    


.

Happy Reading

.

"Ana? Apa menurutmu aku cantik?" Tanya seorang gadis yang memiliki rambut coklat nan panjang, mata emasnya yang bagaikan emas murni menelisik wajah gadis di depannya.

Gadis yang bernama Tana, sang Dewi Fortuna, orang-orang menyebutnya Dewi keberuntungan. Rambut emas Tana berkibaran tersapu oleh angin, terlihat berkilauan lebih dari permata.

Tana memiringkan kepalanya, kedua tangan ramping nan lentik itu menyentuh wajah Theia, gadis yang menanyakan keraguan hatinya.

"Tidak ada yang kurang dari wajahmu, kamu cantik, bahkan lebih cantik dari bunga apapun. Sungguh! Kecantikanmu sangatlah unik!" Puji Tana, perkataanya tidak menyiratkan kebohongan apapun.

Theia menyentuh tangan Tana yang ada di pipinya, "begitukah?"

"Iya!"

"Tapi mengapa orang-orang...takut melihatku?" Mata Theia memantulkan kesedihan, perasaannya kalut, dia belum terbiasa melihat beberapa orang bergetar ketakutan saat melihatnya, kebanyakan orang itu adalah pelayannya.

Dahi Tana mengerut, terlihat sekali Tana menahan emosinya, dia merasa sedih saat menyadari makna tersembunyi dibalik pertanyaan Theia, sahabatnya.

Tana masih mengingat pertemuan mereka 5 tahun yang lalu, saat ketika perjamuan pesta, Theia tidak sengaja terjatuh di depannya dan Gio saat mereka berdebat. Hingga secara perlahan waktu memberi kesempatan mereka berkenalan, dari situlah Tana tahu, banyak orang yang takut melihat Theia.

Sebab rumor yang mengatakan bahwa dia...penyihir Naga berselimut darah ungu, membantai habis para monster dunia bawah tanpa ampun.

Rumor itu muncul lalu menjalar seperti api ke seluruh penjuru negeri, hingga Theia dikenal penyihir Naga, sekaligus pelayan Dewa Hades, penguasa dunia bawah.

"Kamu tidak menakutkan, Theia. Percayalah padaku, orang-orang itu hanya menghormati mu. Kaulah pelindung mereka."

Huhh~

"Jika kamu berniat menghiburku, itu tidak dapat terjadi. Karena aku tahu jika aku adalah moster buruk rupa."

Tak!

Tana menyentak lengannya Theia, membuat tubuh Theia limbung ke samping, "siapa orang yang berani mengatakan kamu moster buruk rupa!!? Biarkan aku yang menghabisinya!"

Mata sayu Theia menatap langsung mata merah milik Tana, mata Theia terlihat mati, warna mata emas itu memang berkilauan, namun tidak terlihat hidup, rasanya mata itu mirip seperti mata boneka.

"Aku yang mengatakannya.."

"A-pa maksudmu?"

"Habisi aku Tana...tidak ada gunanya keabadian jika aku terasa hampa, aku bahkan tidak dapat melihat bagaimana penampilanku walau aku bercermin, lagipula pendosa sepertiku yang bahkan tidak bisa mencintai siapapun masih serakah ingin meraup semuanya. Tolong aku Tana..."

Leonthopodion. [ON•GOING]Where stories live. Discover now