XXIII

24 5 0
                                    


.

Happy reading

.

"Mengapa mereka sejahat ini padaku?! Katakan apa kesalahanku pada mereka? Apa hanya karena aku dilimpahi kekayaan? Jika iya lebih baik aku membuangnya! Karena hal itu aku kehilangan kasih sayang kedua orang tuaku, karena itu aku harus menanggung kedengkian orang lain, karena itu aku harus kehilangan rabbitku!"

"Mengapa kalian mengambil sesuatu dariku?!"

Niks menangis, tangannya memeluk erat rabbit-kelincinya yang sudah tidak bernapas, dada Niks kembang-kempis dia sangat shock dengan apa yang terjadi. Perasaanya sesak bagaikan ditikam puluhan pisau belati.

Bayangkan perasaanmu ketika kehilangan peliharaan yang sudah dianggap sebagai sahabat, yang menemani dikala sedih dan kesepian mati dengan mengenaskan.

Hal itu memunculkan perasaan negatif dari hati Niks, gadis lugu dan polos itu tidak seharusnya mendapatkan perlakuan yang kejam seperti ini.

"Bunuh! Hancurkan mereka! Aku benci aku ingin mereka mati, musnah saja kalian babi-babi busuk!"

Sepanjang waktu Niks selalu mengutuk orang-orang disekitarnya, dia tidak terima kelincinya diperlakukan seperti itu.

Niks Sudah tidak peduli lagi akan kasih sayang dari orang tuanya, malahan dia berharap orang tuanya segera mati karena jika dia melihat wajah mereka membuat Niks ingin mencabik-cabiknya.

"Mati! Saja kalian, dasar tidak berguna, kalian hanya mahkluk rendahan yang tidak berguna, babi busuk!" Maki Niks. Matanya amat sangat memancarkan kebencian.

Hari-hari berlalu Niks lewati dengan sumpah serapahnya terhadap manusia, Niks benar-benar membenci segalanya bahkan dirinya, dia benci dengan manusia.

"Apa kau ingin berubah?"

"Yaa."

"Menjadi apa?"

"Seseorang yang bisa membunuh mereka dengan ucapan."

"Ohh, kau ingin sihir kutukan? Kau yakin? Bahkan harus menjual jiwamu dan berhenti menjadi manusia?"

"Yaa."

"Aku suka denganmu karena kebencianmu membuatku kenyang. Baiklah lagipula orang itu menginginkanmu."

"Namaku Irai aku ingin kau menghapus nama Bluebell dari hidupmu, buang semuanya karena mulai saat ini kau akan abadi."

Irai menyerahkan sebuah boneka berbentuk kelinci kepada Niks, melihat rupa boneka itu membuat Niks tersenyum kembali.

"Ada harga yang harus diambil dari hal itu."

"Apa itu?"

Irai mendekat ke arah Niks, tangannya menyentuh mata kiri Niks, "aku menyukai matamu, maka berikanlah."

Tanpa menunggu jawaban dari Niks, Irai membuka paksa mata itu agar terbuka lebar, tangannya menelusup masuk melalui kelopak mata bagian atas dan bawah, mata itu membola lebar.

Leonthopodion. [ON•GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang