XVII

42 7 0
                                    


.

Happy Reading

.

"Kau menungguku? Apa aku terlalu lama?" Tanya Iris yang tergesa-gesa datang.

Alister menggeleng, "tidak, aku baru saja tiba."

"Syukurlah. Ayo!" Tanpa basa-basi Iris menarik tangan Alister untuk pergi ke perpustakaan yang ada di balai desa.

"Ah!"

°°°

"Apa yang kau bicarakan dengan Castor?"

"Tidak ada apa-apa, dia hanya menanyakan beberapa pertanyaan tentang asal-usulku."

Iris ber-oh-ria, dia tidak terlalu penasaran tentang topik yang di bicarakan mereka, baginya mereka juga punya privasi, hanya karena mereka laki-laki bukan berarti mereka tidak punya rahasia kan?

Mereka berdua pun sampai di desa, "Ayo masuk, kau pasti akan terkejut melihat itu."

Iris lebih dulu masuk ke dalam, di iringi oleh Alister dengan tatapan herannya. Dia bingung melihat kondisi tempat itu yang berdebu dan berantakan.

Kriett, brakk!

Pintu di buka, menampilkan rak-rak buku yang tersusun rapi, dengan jejeran yang sangat banyak. Membuat Alister tercengang, tentu saja jika dilihat dari luar tempat itu berantakan tapi siapa yang akan menyangka isi dari dalam begitu bersih dan rapi.

Dengan mata yang memandang ke segala arah Alister berdecak kagum, "woah, bagaimana bisa buku-bukunya sebanyak itu?"

Iris tersenyum. "Tentulah, karena buku-buku ini telah di kumpulkan kami selama 2 tahun belakangan ini, ketika mereka bertarung dengan Erubus, mereka menemukan sebuah buku dan mereka pungut untuk di simpan disini."

"Semuanya adalah kerja keras mereka yang bertarung, untukku yang tidak bisa bertarung secara fisik aku berusaha mempelajari sihir yang bisa membantu mereka, aku tidak ingin menjadi beban mereka, ah! Ada hal yang lebih menarik."

Iris berjalan lebih dulu menuju cahaya yang berwarna biru terang, di belakangnya Alister tetap mengikuti.

"Lihatlah, benda yang selalu kami jaga tidak peduli hidup ataupun mati, crystal Adelweiss."

Alister terkejut, mata birunya bersinar ketika menatap crystal itu.

"Huh?"

____

"Gio sialan! Kembalikan Tiara ku! Jika tidak aku akan memukulmu!"

"Hahaha, coba saja ambil sendiri Ana, wlee."

Ana menggembung kan pipinya ketika melihat Gio memeletkan lidahnya pada Ana.

"Awas kau! Akan ku adukan pada bunda!" Ancam Ana.

Gio berhenti berlari, "curang kau main adu-adu dasar pengecut."

"Biarin, sini Tiara ku. Gara-gara kau kita akan terlambat."

"Biarkan saja, lagipula aku malas untuk pergi ke pesta itu, terlalu banyak orang terasa pengap dan sesak."

Leonthopodion. [ON•GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang