XXXVI

14 0 0
                                    

"Aku merindukanmu!" Pekik gadis kecil dengan nama Tana, dia langsung memeluk Theia. Hal itu cukup membuat Theia tersentak kecil.

"Aku juga!" Anak laki-laki yang bersama Tana juga ikut memeluk Theia, namanya Ambrogio.

"Kalian saling mengenal?"

°°°

"Namaku Irailey Quora, siapa kalian?" Irai tersenyum sembari memperkenalkan dirinya pada Gio dan Tana.

Dahi Tana mengerut, ekspresi wajahnya sarat akan ketidaksukaan pada Irai, "berani sekali kau berbicara seperti itu, kita tidak sedekat itu sampai kau menggunakan bahasa non formal pada kami." Terang Tana tanpa basa-basi sedikitpun.

Irai terlihat terkejut mendengarnya, "b—bukan begitu maksudku, aku pikir kita bisa menjadi teman jika kalian adalah temannya Theia."

"Aku tidak berniat menjadi temanmu." Kata Tana.

"Ana, Ken—"

"Tia, ikuti kami, ada sesuatu yang harus kami beritahu padamu. Dan tentu saja hanya kau yang ikut." Kata Gio.

Irai yang berniat ingin meminta ikut, mengurungkan niatnya melihat tatapan tajam Gio padanya. Irai tersenyum pada Theia, "tidak apa-apa, pergi saja. Aku akan menunggumu disini."

Theia mengangguk. Lalu berjalan mengikuti Gio dan Tana.

Saat ketika mereka berada di balkon, Theia menatap Gio dan Tana dengan tajam.

"Mengapa kalian kasar pada Irai, dia adalah temanku tidak ada salahnya dia menjadi teman kalian juga."

"Tia! Kau tidak mengerti, apa kau tidak tahu, dia itu adalah iblis! Dia akan mengkhianati mu! Iblis tidak dapat dipercaya!" balas Tana. Tangannya memegang bahu Theia.

Mata mereka bertemu, "maaf Ana, aku percaya pada Irai, walaupun dia adalah iblis tetapi dia berbeda, lalu tuan Hades juga mempercayainya, maka aku juga akan mempercayainya!"

"Tia! Padahal kau yang paling tahu seperti apa sifat para iblis, menjauhlah darinya, aku merasakan firasat buruk." Kata Gio.

Theia menghela nafasnya, tangannya menepis tangan Tana, " maaf sekali, putri Tana dan pangeran Ambrogio. Jika anda tidak bisa menerima Irai maka saya juga tidak bisa menerima anda berdua." Mata Theia berkilat.

Baik Tana maupun Gio terkejut melihat reaksi dari Theia. Apalagi ketika dia menggunakan bahasa formal pada mereka.

"Tia!"

"Maafkan saya." Theia menunduk, lalu berbalik pergi tanpa menunggu balasan dari mereka.

"Tia!"

"Theia!"

Langkah Theia tidak terhenti, walau berat Theia berusaha menghiraukan panggilan teman pertamanya, dia merasa sedih jika mereka tidak bisa menerima Irai. Theia berpikir apa salahnya berteman dengan iblis, lagipula dirinya adalah monster yang ditakuti rakyat serta pelayannya.

Theia berpikir jika Tana dan Gio tidak mengerti perasaannya, karena mereka adalah Dewa dan Dewi dunia atas, sedangkan ia hanyalah penjaga perbatasan. Posisinya bahkan lebih rendah dari pelayan yang ada di Latinis.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 14 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Leonthopodion. [ON•GOING]Where stories live. Discover now