Calon Menantu

2.9K 519 75
                                    

Ale cemberut kesal karena dibangunkan pagi-pagi sekali. Ia menatap kedua orangtuanya yang baru pulang dari perjalanan bisnis dan langsung mengajaknya pergi kerumah teman mereka.

"Ngantuk papi, ini mau kemana sih?" Keluh Ale didalam mobil.

"Ngerusuh dirumah temannya papi." Jawab papi Ale.

"Harus banget pagi-pagi gini, pi?"

"Biar waktu ngerusuh disana lebih lama sayang."

Ale manggut-manggut mendengar perkataan papi nya. Ia menatap mami nya dan memeluknya dari belakang kursi mobil.

"Mi, papi kuker." Ucap Ale.

"Kuker? Apa itu sayang?" Tanya mami Ale bingung.

"Kurang kerjaan." Jawab Ale

"Daripada kurang belaian." Celetuk papi Ale.

"Adit!" Tegur mami Ale.

"Iya Alin, sayangku."

Alin mencubit perut Adit. Ia sangat kesal karena berani mengatakan hal-hal yang menurutnya belum pantas didengar oleh Ale.

"Hah.. papi jablay." Desah Ale.

"Heh! Siapa yang ngajarin lo ngomong gitu?!" Selidik Adit.

"Papi-papi kurang kerjaan." Jawab Ale.

"Wah! Pintar sekali! Gue doakan lo dapat jodoh yang good looking!"

"Amin."

Alin menggelengkan kepalanya melihat tingkah laku suami dan anak semata wayangnya yang sangat aneh. Ia tersenyum dengan kehangatan keluarga kecilnya dan rasa saling menyayangi yang mereka berikan, meskipun ia dan Adit tidak bisa menemani hari-hari Ale seperti orangtua pada umumnya akibat dari bisnis mereka.

"Teman papi dan mami punya dua anak sayang. Kalau gak salah, anaknya yang pertama seumuran sama kamu." Ucap Alin.

"Beneran, mi?" Tanya Ale.

"Iya sayang, dan anak keduanya lebih kecil satu tahun umurnya dari kamu."

"Junior." Sombong Ale.

"Gegayaan lo junior. Lo juga masih bocil." Sela Adit.

"Dih, lo juga masih bocil!" Balas Alin.

Adit dan Ale langsung saling menatap. Mereka berdua langsung diam ketika mendengar kata lo dari perkataan Alin. Kalau sudah mengeluarkan kata-kata itu, sudah dipastikan kalau Alin sudah dalam mode siaga satu!

"Papi sih." Bisik Ale.

"Elo dong." Jawab Adit ikut berbisik.

"Lah? Kan papi yang mancing duluan."

"Papi kebawa susana."

"Suasana apaan, pi?"

"Suasana merindu."

"Dih, papi jablay."

"Daripada lo kurang belaian."

Alin merentangkan semua jari-jarinya kedepan. Ia mengetuk satu persatu jari-jarinya dan menampilkan senyun yang sangat mengerikan dihadapan suami dan anaknya.

"Pilih kiri atau kanan?" Tanya Alin.

"Ki-kiri/ka-kanan." Jawab Adit dan Ale tergagu.

"Gak kompak ya. Jadi, pilih kiri atau kanan?" Tanya Alin kembali.

"Ka-kanan/ki-kiri."

Ale dan Adit menelan salivanya sendiri dengan susah payah. Mereka langsung mengambil posisi duduk dengan manis dan kalem dikursi mereka. Sedangkan Adit, ia terduduk kaku sambil fokus menyetir. sementara Ale, ia sudah menutup kedua telinganya dengan kedua tangannya.

My Ale! (Side Story Of Raka)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang