📌IlaGas-02📌

98.9K 9.1K 299
                                    

Oke semua, ini akan lanjut terus sampai tamat kalau target cepat penuh.

200 vote dan 75 komen.
...........................................................

"Kenapa kamu pacaran sama dia? Kamu itu milik abang!"

"Abang,"

"Ya?"

"Menangislah, aku ingin melihat wajahmu kalau menangis."

[02-Incest Brother]

Bel pulang sudah melolong panjang beberapa menit silam, Ilara dan kedua temannya pun sudah di koridor sekolah menuju gerbang depan dekat parkiran.

"Lo serius ini Il? Gimana kalau bang Liaro ngamuk terus nantangin si Ragas adu tembak?" tanya Dewina masih merasa khawatir.

Ilara mengibas pelan "Itu tak akan terjadi, biar aku yang urus."

Mereka berjalan keluar dari gedung sekolah dan berhenti di area parkiran, ternyata disana sangat ramai dan berisik.

Bukan karena murid-murid berebut ingin pulang, tapi karena melihat Ragas bersama beberapa puluh anggota nya memenuhi area parkir dengan motor mereka.

Melihat Ilara keluar gedung, Ragas sontak tersenyum tipis.

"Gila, Ilara dikawal anggota Ragas, itu pun masih sedikit," gumam Jivia.

Ilara tersenyum saja, dia berjalan mendekati Ragas yang berdiri bersandar dimotor sport hitam miliknya.

Dia membuka pelukan, menjadi kode agar Ilara masuk kesana, tapi Ilara justru merengkuh pinggang Ragas lembut.

"Pulang bareng gue, baby girl." bisik Ragas dengan suara dalamnya, berat dan agak serak.

Sudut bibir kanan Ilara naik, dia mengelus pinggang Ragas pelan "Tapi aku bawa motor sendiri, little boy." jawabnya.

"Gak masalah, gue nanti disebelah lo dan anggota gue ngawal dibelakang."

"Oke, ah iya ngomong-ngomong nanti malam kamu ada acara?"

"Ada sih, Geng Iaros mau nantangin geng gue buat balapan, yang kalah nanti disuruh ngumpulin sampah satu Jakarta."

Ilara mengangguk paham "Hati-hati yah, pastiin kamu menang."

"Tentu, gue Ragas, gak mungkin gue kalah."

"Bagus little boy." Ilara mengusap gemas rambut hitam berponi Ragas, lalu mencubit pipinya lembut.

"Udah, gausah elus-elus gue, buruan naik ke motor lo."

"Iya sabar."

"Lo naik motor apa?"

"Motor Scoopy warna hitam itu, mommy dan daddy gak mungkin izinin anak kesayangan mereka naik motor gede."

Ragas tertawa gemas, dia mencubit kedua pipi Ilara lembut "Lucu banget, Aya gue."

"Kenapa panggil Aya?"

"Lo manggil gue Heska, dan gue manggil lo Aya, panggilan kesayangan."

Ilara tertawa, lucu sekali sih, dia mencubit gemas hidung mancung Ragas.

"Babi lah, gini amat jomblo." gumam Handi.

"Sabar ya jones." celetuk Alkio

"Lo juga jomblo." sahut Egal.

"Ya gue tau."

"Eja juga jomblo." ujar Egal lagi.

"Gue diam padahal, kena juga."

"Lo itu nistaable," ejek Johan.

Handi menahan tubuh Eja yang hendak menerjang Johan, dan mengamankan bocil Spongebob itu agar tak mengamuk.

"Udahan, ayo buruan pulang."

Ilara mengangguk, dia berjalan menuju motornya.

Dan hari ini, Ilara sedikit tak percaya jika dia akan pulang dikawal puluhan anggota motor Ragas, agak merasa spesial dia.

.....

"Gue balik ya."

"Heska, bisa gak aku minta sesuatu sama kamu?"

"Mau apa? Emas? Saham? Uang?"

"Bukan, aku cuma mau kamu itu, jangan lupa berdoa sebelum balapan, sama belikan aku permen milkita ya."

Ragas tertawa lagi, ada-ada saja permintaan gadis ini, lucu, Ragas jadi makin suka.

"Iya Aya, bakal gue beliin dan gue bakal berdoa dulu sebelum balapan, gih masuk."

"Kamu pergi dulu, baru aku masuk."

"Oke gue ngalah, gue pulang dulu yaaa."

"Iya Heska, hati-hati little boy~"

Heska melajukan motornya pergi dari depan pagar rumah Ilara, setelah motor Heska dan geng nya pergi barulah Ilara masuk.

Dia melihat saudara satu-satunya itu menatapnya tajam penuh amarah.

Tapi Ilara justru tersenyum manis dan berlari kecil kearah Liaro, dia memeluk Liaro erat.

"Abang, Ilara kangen sama abang~" ujarnya manja.

Cara ampuh agar Liaro tak marah adalah dengan memanjakan dan bermanja padanya.

Dan lihatlah, wajah ketatnya mulai melembut dan dia membalas pelukan Ilara.

"Kenapa kamu pacaran sama dia? Kamu itu milik abang!"

"Abang,"

"Ya?"

"Menangislah, aku ingin melihat wajahmu kalau menangis." pinta Ilara seraya mengelus dada Liaro pelan.

Menatapnya dari bawah dengan tatapan lembut yang menghipnotis Liaro.

"Kamu..sesuka itu sama tangisan aku?" cicit Liaro.

Liaro, usia 18 tahun, kelas 3 SMK di SMK 4 Nusantara.

"Tentu saja, tangisanmu menjadi candu buat aku." bisik Ilara.

Liaro menunduk, dia mendusel dibahu Ilara kemudian bahunya bergetar, entahlah, dia mencintai Ilara.

Dia tak mau kalau Ilara jadi milik orang, Liaro tak mau itu terjadi.

Hal itu membuat tangisan Liaro mengeras, dan membuat senyum miring tercetak diwajah Ilara.

Dia mengelus punggung Liaro lembut "Menangislah, terus menangis sayang." bisiknya yang bagai sebuah perintah ditelinga Liaro.

Yah, Liaro akan mematuhi apapun yang Ilara katakan, itu menjadi perintah baginya.

📌Bersambung📌

Protective Ilara [End]Where stories live. Discover now