📌IlaGas-25📌

80.7K 6.3K 272
                                    

Baru 5 hari cerita ini berjalan, sudah masuk 25 chapter aja ah, keren kalian hahahahha.

Oke, mari kita crazy up lagi hari ini, asal target cepat kalian penuhi.

250 vote dan 150 komen kuy.
...........................................................

"Pasti lo kan yang udah buat Yasya jatuh!"

"Bukan gue, tadi Aya—"

"Halah bacot! Lo jahat banget sumpah, gak nyangka gue Yasya pernah pacaran sama cowok kaya lo!"

"Gue gak lakuin itu! Tadi Aya—"

"Gak nyangka gue Gas, lo sejahat itu sama Ara."

[25-Accident]

Hari ini hari sabtu, dan sesuai janji Clesya akan membawa Ilara beserta teman-temannya pergi berlibur ke Raja Ampat.

Semua berbahagia kecuali Ragas, wajahnya suram sejak mereka naik ke dalam pesawat, terlebih saat melihat mantan yang begitu cantik.

Benar saja, Ilara dan yang lain mengenakan kemeja berwarna jingga dan celana selutut hitam.

Begitu serasi, sementara Ragas hanya mengenakan hodie biru dan celana jeans panjang.

"Yasya, temenin ke kamar mandi."

"Ayo."

Ragas melirik kearah Ilara yang berjalan beriringan bersama Adeo, menuju ke arah kamar mandi.

Rasanya ingin sekali Ragas beranjak dan menyusul Ilara tapi rasanya dia terlalu tak tau malu, mana mungkin dia melakukan itu setelah apa yang dia perbuat.

Akra duduk disebelah Ragas, dia mengamati pandangan Ragas yang terus tertuju pada Ilara, senyum miring Akra berikan.

"Lo tau gak Gas?"

"Hm? Tau apa?"

"Johan, Alkio, Handi, Egal dan Eja mutusin untuk terus bareng sama Ilara, lo paham maksud gue kan? Mereka gak mau pisah dari Ilara, bahkan rencana nya mereka mau masuk Kampus yang sama kaya Ilara."

Ragas terhenyak, apa sudah sejauh itu perasaan teman-temannya pada Ilara?

"Lo juga termasuk kan?" tebak Ragas kepada Akra.

Akra tertawa pelan, tak menjawab tapi keterdiaman Akra sudah menjawab semuanya.

Ragas menghela napas pelan, kemudian bersandar dan memejamkan matanya, memilih untuk tak perduli apa yang Akra ucapkan tadi.

Jika Ragas terus memikirkannya, dia bisa gila saat ini juga.

Ragas bahkan sudah mulai berpikir, apa sebaiknya dia ke psikiater ya? Pasalnya suara Ilara terus terdengar ditelinganya.

Selalu bicara dikepalanya, memanggil namanya dan terus mengusiknya.

Ragas bisa stress, ah tidak, Ragas justru sudah sangat stress tapi masih tertolong sama ekspresi wajahnya yang datar.

Selama liburan nanti, Ragas mau meminta maaf pada Ilara dan berusaha mendekatinya.

Ragas akui kini dia merasa seperti orang gila, tak tau harus apa, tak tau harus melalukan apa dan bagaimana.

Protective Ilara [End]Where stories live. Discover now