Menjadi Model

184K 9K 62
                                    

Happy Reading!

Vote dan komennya ya.

***

Dengan langkah riang Diana dan Mila memasuki sebuah toko brand terkenal, mereka mengabaikan orang-orang yang menatap ke arah mereka karena Mila merupakan salah satu model terkenal.

"Ada yang bisa saya bantu?" tanya pelayan toko ramah, kapan lagi kan ia bisa bertemu langsung dengan model terkenal.

"Saya mau cari dress yang terbaru mbak, dan oh iya kaos atau baju santainya juga." ucap Mila.

"Baik mari ikuti saya."

Mila dan Diana mengikuti pelayan toko tersebut dan memandang binar dress-dress yang tampak sangat cantik dan elegan.

"Gila! Bisa kalap ini." gumam Mila.

"Saya mau dress yang warna hitam itu mbak, dan yang warna merah itu juga." ucap Diana.

"Baik, akan segera saya bungkus."

Diana dan Mila membeli beberapa dress dan kaos keluaran terbaru. Total belanjaan mereka hampir mencapai tiga ratus juta, namun mereka hanya bodo amat yang penting happy. Toh juga itu duit hasil kerja keras mereka selama bekerja menjadi model.

Setelah menghabiskan dua jam berbelanja, kini mereka memutuskan untuk makan siang direstoran yang berada di mall itu.

"Udah lama kita gak senang-senang kayak gini." ucap Diana yang disetujui oleh Mila.

"Hm, kita harus senang-senang terus!!"

"Pasti."

***

Diana sampai di mansion Dirgantara pada pukul dua siang setelah berpisah dengan Mila. Dengan menenteng belanjaannya, Diana masuk dan sialnya disana Desi menatap tajam dirinya. Huh, bisakah ia menikmati hari ini dengan tenang?

"Dari mana kau, dan kenapa belanja sebanyak ini. Kau mau habisin uang anak saya!?" cecar Desi.

"Saya belanja banyak gini juga pakai uang saya sendiri." jawab Diana jujur. Karena memang selama menikah dengan Vano, ia tidak memberi Diana nafkah. Sungguh kejam, bukan?

"Ck, uang dari mana kamu kalau bukan dari anak saya."

"Terserah anda, yang jelas anak anda tidak pernah menafkahi saya." balas Diana ketus lalu segera pergi menuju kamarnya, menghiraukan segala umpatan yang diucapkan Desi kepada dirinya.

***

Jam menunjukkan waktu makan malam, Diana dengan piyama berwarna merah maroon tampak melangkah menuju meja makan.

Disana hanya terdapat Bima, Desi dan Megan. Sedangkan Vano sepertinya pulang telat. Diana duduk dengan tenang dan mengambil makanan untuk dirinya, mengabaikan tatapan tajam dari Desi.

"Gak punya sopan-santun, ada orang yang lebih tua tapi tidak disapa. Apakah begini cara orang tuamu mengajari tata krama!"

Diana menghela nafas lalu menatap balik Desi. "Tapi mah, saya punya prinsip. Hargai mereka, jika mereka pun menghargaimu."

"Kamu-"

"Udah mah, gak baik berbicara saat makan." sela Bima yang membuat Desi terdiam.

Diana mengulum senyum melihat bagaimana tatapan kesal Desi kepada dirinya, mulai sekarang ia akan membuat Desi selalu emosi. Biar darah tinggi! Astaga jahat sekali kamu Diana.

Selesai makan malam, Diana tidak kembali ke kamar. Ia duduk di sofa ruang keluarga sambil menonton tv, selagi menunggu kepulangan Vano.

"Ck, udah kayak istri idaman aja aku." batin Diana sambil menggelengkan kepalanya.

Transmigrasi Istri Tak DianggapTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang