Sebuah Berita

78.3K 5.1K 256
                                    

Diana membuka matanya lalu melihat ke samping, ia tidak menemukan Vano. Dengan rasa malas Diana bangun dan membersihkan diri, hari ini ia akan berbelanja sepuasnya.

Setengah jam kemudian, Diana sudah selesai bersiap lalu keluar untuk sarapan. Ketika di meja makan semua orang sudah berkumpul, kecuali Vano. 

"Diana, Vano menitip pesan jika dia harus kembali hari ini karena ada hal mendesak di kantor." ucap Bara.

"Hal mendesak apa?" tanya Diana dengan curiga.

"Aku tidak tau, mungkin kau bisa menanyakannya langsung kepada Vano."

"Baiklah." balas Diana lalu mulai sarapan dengan tenang. Ia tidak mau memusingkan hal itu, mungkin saja memang ada hal mendesak yang terjadi di kantor.

Sesuai dengan apa yang mereka rencanakan, hari ini mereka akan berbelanja. Namun tidak hanya dengan Marisa tapi juga dengan Rosa beserta Rimmi ibu Bara karena mereka berdua yang tiba-tiba mengatakan ingin ikut.

Di pusat perbelanjaan mereka semua langsung berpencar untuk mencari barang-barang yang diinginkan. Diana memilih untuk mencari heels lebih dulu, ada heels yang menjadi incarannya dan ia harus mendapatkan itu.

"Pilihan yang bagus, girl!" ucap Rimmi sambil melihat heels yang dipegang Diana.

"Ah terima kasih tante."

"Jangan panggil tante panggil aja mami, oke?"

"Oke mami."

"Apa kau punya stok lingerie?"

Diana terdiam dan mencoba mengingatnya, sepertinya ada beberapa lingerie yang disiapkan Vano namun ia tidak mau memakainya. "Ada beberapa mami."

"Hanya beberapa?! kau seharusnya punya banyak. Ayo sekarang kita beli, kau tau pria pasti sangat suka ketika wanitanya memakai lingerie."

"Tapi mami-" tolak Diana namun Rimmi tidak mendengarkannya.

Di tempat lingerie itu dipajang ternyata ada Rosa yang sedang memilih dengan wajah senang. Astaga! itu berarti mereka pernah melakukannya. Tapi bukankah itu sudah lumrah di pergaulan mereka yang bebas? Ah Diana malas memikirkan itu.

"Wah Rosa ternyata kau sudah lebih dulu disini."

"Iya mami, aku membutuhkan lingerie baru."

Rimmi mengangguk. "Pasti punyamu banyak yang rusak karena dirobek, aku pun seperti itu."

Sedangkan Diana hanya diam membatu, pembicaraan apa itu yang mereka bicarakan. Seakan hal yang mudah untuk dikatakan.

"Diana pilihlah beberapa yang kau suka." perintah Rimmi yang diangguki Diana dengan canggung.

"Mami aku juga mau!" seru Marisa yang baru saja datang.

"Baiklah, kau juga pilih lah beberapa."

Marisa langsung memeluk Rimmi. "Ah makasih mami."

Lalu Diana melotot melihat lingerie yang dipilih Marisa, sangat-sangat terbuka. Bahkan sepertinya lingerie itu tidak akan bisa menutupi aset milik Marisa yang besar. Ntah untuk apa lingerie itu, dipakai untuk Kevin juga tidak mungkin. Bisa-bisa ada perang dunia ketiga nanti.

Tepat pada jam makan siang, mereka semua telah selesai berbelanja dan kini sedang makan siang di salah satu restoran. Diana membuka ponselnya, ia baru ingat jika sedari pagi ia belum membuka ponselnya. 

Terlihat ada pesan dari Vano sekitar satu jam yang lalu yang berisi bahwa pria itu meminta maaf karena tidak sempat pamit karena ada hal mendesak yang harus diurus. Kemudian ada pesan dari ayahnya dan Chika, tumben sekali mereka berdua mengiriminya pesan. Pasti ada hal yang penting.

Transmigrasi Istri Tak DianggapWhere stories live. Discover now