Hukuman yang Sebenarnya 21+

197K 8.2K 663
                                    

Diana mengambil gambar sambil tersenyum, ia sangat senang hari ini. Setelah ini mungkin ia akan mencari hotel terdekat sebab hari sudah mulai gelap. Ingin kembali ke hotel tempat mereka menginap, namun ia yakin Vano akan menghukumnya. 

Tapi tunggu dulu, bukankah ini aneh? sudah hampir sepuluh jam ia pergi meninggalkan hotel tempat mereka menginap, namun kenapa Vano belum juga menemukannya? Apa pria itu tidak sekuat yang terlihat? Atau jangan-jangan pria itu membuangnya disini?

Tapi tidak masalah, akan lebih bagus jika pria itu benar-benar membuangnya. Lagipula banyak yang mengantri untuk menjadi pasangannya, seperti tadi saja ada seorang turis yang meminta nomor ponselnya dan bertanya apakah ia single. Tentu saja Diana menjawab single dan memberikan nomor ponselnya agar bisa memperlihatkannya kepada Vano supaya pria itu tau bahwa dirinya ini sangat memesona.

Diana berjalan ke arah barat, tadi sepintas ia melihat jika disana ada hotel saat melewatinya. Menggosok bahunya, entah mengapa ia merasa kedinginan. Saat melihat ke belakang, Diana dibuat sedikit kebingungan karena hanya terlihat beberapa orang saja. Padahal seingatnya tadi tidak sesepi ini, mungkin mereka sudah kembali ke rumah atau ke hotel.

Diana berjalan dengan cepat, perasaannya mulai tidak enak, seperti ada yang mengikutinya. Diana berhenti lalu menoleh ke belakang, di sana ia melihat seorang pria namun pria itu memakai topi yang mana membuatnya tidak bisa melihat dengan jelas wajah pria itu.  Di saat ia tidak membawa ponsel kenapa ia malah mengalami kejadian ini, sungguh sangat sial. 

Diana mulai berlari dengan kecepatan penuh karena hanya ini yang dapat ia lakukan. Mau melawan, ia sadar diri jika ia hanya seorang wanita. Seandainya saja dulu ia mengikuti kelas beladiri, mungkin ia tidak akan lari seperti ini.

Sudah ia duga jika pria yang memakai topi itu mengikutinya, buktinya pria itu juga ikut berlari mengejarnya. Namun jika dipikir-pikir lagi, Diana tampak familiar dengan postur tubuh pria bertopi itu. Seperti laki-laki dingin bermulut pedas yang ia kenal. Ya betul seperti Vano, tapi tidak mungkin pria itu mengejarnya dengan cara seperti pencuri. Jika ingin menyuruhnya pulang, pria itu pasti langsung datang ke hadapannya atau paling tidak menyuruh bodyguard miliknya datang.

Sial! kenapa langkah kaki pria itu sangat cepat, jika seperti ini ia pasti akan tertangkap. "Hai bro, how are you today?" tanya Diana sambil tersenyum. Tinggal ini satu-satunya cara yang ia punya, yaitu mengobrol dengan baik-baik. 

"Haha bro, don't be silent. Would you like a cup of coffee?"

Diana meneguk ludahnya, saat pria bertopi itu malah berjalan mendekatinya. Ingin berlari lagi, namun ia sudah tidak sanggup. Sedari tadi pagi ia sudah berjalan mengelilingi tempat wisata, ditambah barusan ia juga sudah berlari. Bisa-bisa ia akan pingsan jika dipaksa berlari lagi.

"Stop, you want money? I will give it, but you have to let me go. Okay?"

"No honey, I don't need your money. all i need is your body." balas pria itu dengan nada rendah.

Diana seketika melotot setelah melihat pria itu membuka topinya, ternyata pria bertopi yang ia kira pencuri adalah Vano. 

"Crazy! What are you doing?!" pekik Diana. Ia sudah sangat takut tadi, rupanya malah pria itu yang menakutinya.

"What am I doing? Of course to pick you up, honey."

Diana mundur beberapa langkah, firasatnya mengatakan jika situasi ini lebih berbahaya dari situasi dikejar pencuri tadi. Vano menatapnya dengan tatapan santai, namun ia dapat melihat ada emosi di dalamnya. 

"Haha.. kau tidak perlu menjemputku, aku bisa pulang sendiri. Ini juga aku ingin pulang rencananya."

"Benarkah?"

Transmigrasi Istri Tak DianggapWhere stories live. Discover now