Club

164K 8.8K 125
                                    

Bagas menatap lekat Diana, entah perasaannya saja atau tidak tapi wanita didepannya ini mengingatkannya kepada Daisy.

"Maaf." ucap Diana sambil melepaskan tangannya.

"Bagas kau ya, jangan cari-cari kesempatan!" decak Mila.

"Boleh gabung? Kebetulan aku belum makan siang." tanya Bagas, namun dengan seenaknya langsung duduk padahal belum mendapatkan izin.

"Sabar, orang sabar pasti kaya tujuh turunan." gumam Mila.

Lalu akhirnya pun mereka makan bertiga dengan diiringi sedikit perdebatan dari Bagas dan Mila.

Sementara di restoran yang sama, Vano juga sedang melakukan meeting bersama klien. Ia tidak sendiri, ada Jessica yang menemani.

"Semoga kerja sama kita sukses tuan." ucap klien yang bernama Mario sambil menjabat tangan Vano.

"Hm." dehem Vano dan membalas jabatan tangan itu. Namun dengan arah pandang ke sudut restoran, tepat dimana istrinya yang sedang tersenyum dengan pria lain.

Sial mengapa ia merasa tidak suka melihat itu. Dan siapa sebenarnya pria jelek yang bersama istrinya?

Jessica melihat arah pandang Vano dan tersenyum miring saat mengetahui siapa yang sedang dilihat Vano.

"Itu Diana bukan tuan? Tapi mengapa dia bersama seorang pria?" tanya Jessica sambil memasang wajah syok. Ia pun hanya mengatakan seorang pria tanpa mengatakan jika disana juga ada seorang wanita yang ia tidak tau siapa sebab wanita itu membelakangi mereka.

Seakan-akan Jessica sengaja memanasi Vano.

Vano tidak menanggapi ucapan Jessica, namun tatapan pria itu semakin tajam. Vano berdiri lalu segera meninggalkan restoran itu. Bahkan pria itu meninggalkan Jessica yang kini sedang menggerutu.

"Kok malah ditinggal sih! Tapi gak papa, pasti sekarang Vano sedang emosi karena dengan beraninya Diana berselingkuh."

Vano tidak kembali ke kantor maupun mansion. Pria itu memilih pergi ke apartemen miliknya yang berada tidak jauh dari kantornya.

Dulu ia lebih suka tinggal di apartemen, karena jika dirumah ia pasti akan dipaksa untuk bertemu dengan anak teman mamanya. Ya, mamanya memang sering menjodohkannya dengan anak teman-teman sosialitanya. Hal itulah yang membuat Vano memutuskan untuk pindah ke apartemen.

Membuka pintu, Vano menatap ke sekeliling. Apartemen tersebut tampak bersih dan rapi karena setiap tiga kali seminggu ada pekerja yang akan membersihkan.

Vano melepaskan dasi yang sedari tadi mencekik lehernya dan membuangnya ke sembarang arah. Lalu ia membuka jas beserta kemejanya sehingga kini ia hanya memakai celana bahan berwarna hitam tanpa atasan.

Vano menatap tubuhnya didepan cermin, ia merasa tubuhnya masih bagus tapi mengapa Diana malah bersama pria lain.

Jika dilihat-lihat ia ini nyaris sempurna. Tampan, kaya, dan punya badan kekar. Pria yang bersama istrinya tadi saja masih kalah jauh darinya.

Ck, mengapa ia jadi memikirkan ini. Lebih baik dirinya membersihkan diri.

***

Bagas sudah pergi sepuluh menit yang lalu. Kini tersisa Diana dan Mila yang masih mengobrol.

"Di, Bagas kayaknya tertarik dengan mu."

"Aku juga merasa seperti itu. Dulu katanya cinta mati sama Daisy, eh ketemu yang baru langsung berpaling." cibir Diana. Ingat dirinya ini bukan cemburu, ia hanya sedikit kesal sebab sepertinya Bagas akan melupakan seorang Daisy.

"Heh, kau sama Daisy kan satu jiwa. Mungkin karena itu yang membuat dia tertarik sama mu."

"Bisa jadi. Tapi lebih baik sekarang kita cari beberapa barang yang bakalan dibutuhkan disana nanti. Ntar keburu sore."

Transmigrasi Istri Tak DianggapWhere stories live. Discover now