Obat Tidur

110K 6.3K 153
                                    

"Oh shitt! apa yang dilakukan wanita itu," umpat Vano saat melihat foto-foto Diana yang sedang berpose dengan pakaian yang sangat minim.

"Apa saya harus meminta agensi nyonya untuk menghapus foto-foto itu tuan?"

"Iya, suruh mereka untuk menghapus foto itu. Jika mereka tidak mau maka paksa dengan cara apapun."

"Baik tuan," balas Samuel.

Vano memijat pangkal hidungnya, ia sudah cukup pusing dengan masalah kantor kini ditambah dengan Diana. Mengapa wanita itu tidak berpikir terlebih dahulu sebelum melakukan sesuatu. 

"Permisi tuan, ini kopinya." 

"Aku tidak pernah menyuruhmu untuk membuat kopi," ucap Vano dengan datar.

Jessika tersenyum tipis. "Pak Adi, Ob yang membuat kopi ini meminta saya untuk mengantarkannya kepada anda karena beliau mendadak sakit tadi."

"Baiklah, kau bisa pergi."

"Ah saya juga ingin meminta anda memeriksa berkas ini."

"Letakkan disitu."

"Baik tuan." Setelah itu Jessika keluar sambil tersenyum lebar, sebentar lagi semuanya akan kembali seperti semula. 

Vano meminum kopi hitam itu sambil memeriksa berkas, namun belum sampai lima menit ia merasa sangat mengantuk. "Sial, apa yang telah dimasukkan wanita itu ke dalam kopinya!" umpat Vano di dalam hati.

"Apa anda baik-baik saja tuan?" tanya Jessika yang tiba-tiba saja sudah berada didalam ruangan Vano.

"Berhentilah berpura-pura dan katakan kepadaku apa yang sebenarnya kau masukkan ke dalam kopi itu bitch!"

"Hanya obat tidur dengan dosis tinggi tuan, saya pikir anda butuh istirahat." balas Jessika sambil membuka blazer miliknya.

"Pergi bitch sebelum kau menyesal!"

"Tenang saja tuan, saya akan pergi. Namun setelah kita melakukan ini."

Belum sempat membalas ucapan Jessika, Vano sudah lebih dulu tak sadarkan diri. 

***

Sedangkan di butik, Diana dan Mila tampak sedang mengobrol serius.

"Di kau yakin Vano tidak akan marah karena foto-foto itu?" tanya Mila.

Diana mengangkat bahunya acuh. "Biarkan saja, mungkin memang akan bagus jika pria itu marah. Aku sudah lama tidak membuatnya kesal."

"Selama kalian bersama, apa kau tidak ada tertarik sedikitpun dengan Vano?"

Diana menatap Mila. "Tidak ada."

"Aku tidak yakin kau tidak tertarik sedikitpun dengan Vano. Kau tau, pria itu bahkan nyaris sempurna. Ku yakin wanita diluaran sana banyak yang ingin menjadi pasangannya."

"Ck, aku tidak peduli."

"Kita lihat saja nanti, jika sampai kau mencintai pria itu maka kau harus membelikanku sebuah mobil."

"Hmm."

Mencintai Vano? Tidak mungkin. Ia akan pastikan sampai balas dendamnya selesai, ia tidak akan pernah mencintai atau tertarik kepada pria itu.

"Permisi."

Diana dan Mila seketika menoleh dan mereka melihat seorang pria tampan yang kini sedang berdiri di hadapan mereka.

"Iya tuan, ada yang bisa kami bantu?" tanya Mila dengan senyum lebarnya.

"Ah saya ingin mencari sebuah dress untuk ibu saya, namun saya tidak tau dress apa yang cocok dijadikan sebagai hadiah."

Transmigrasi Istri Tak DianggapTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang