Bonus Part 2

126K 4.3K 95
                                    

Pagi harinya Diana sudah melihat ada roti dan segelas susu, sudah dapat dipastikan itu semua perbuatan siapa. Melihat ke ruang tamu tempat seharusnya Vano berada namun pria itu tidak ada di sana. Sebenarnya kemana pria itu pagi-pagi begini?

Sementara seseorang yang sedang dicari-cari Diana kini tampak sibuk menelpon Samuel terkait urusan kantor. Tampaknya Vano harus segera meluluhkan Diana, sebab pekerjannya sudah begitu menumpuk karena ditinggal olehnya.

"Baik Sam, urus sebisanya. Setelah semua urusan di sini selesai, maka aku akan segera kembali."

"Baik tuan, dan semoga anda berhasil." balas Samuel. Ya walaupun dirinya cukup dibuat kesusahan karena harus menggantikan tuannya itu, namun ia tetap mendukung tuannya agar bisa kembali bersama nyonya Diana, lalu dengan segera bisa menyelesaikan pekerjaan yang mulai menumpuk.

Vano memasukkan ponsel miliknya ke dalam saku celana lalu masuk ke dalam untuk melihat apakah Diana sudah bangun atau tidak.

"Kau darimana?" tanya Diana begitu melihat Vano.

"Dari luar, Samuel menelpon."

"Apa pekerjaan mu menempuk? Kenapa tidak kembali saja jika kau sibuk?"

Vano menggeleng dan mengambil duduk di depan Diana. "Aku akan kembali setelah kau memberikan ku kesempatan kedua."

Diana berdecak. "Mungkin sekitar beberapa tahun lagi kau baru bisa kembali."

Vano mengangkat bahunya lalu tersenyum tipis. "Tidak papa, bukankah itu berarti kita akan tinggal bersama di sini?"

"Dalam mimpimu! Kau hanya boleh tinggal di sini sampai besok, setelah itu jika masih ingin di Swiss maka kau bisa menyewa tempat lain."

"Tidak masalah, tapi kau harus ikut denganku."

"Ck, enak aja. Lagipula aku punya rumah sendiri mengapa harus ikut denganmu?!"

"Nah karena itu ijinkan aku tinggal di sini jika kau tidak ingin ikut, bagaimana?"

"Tidak!" balas Diana tegas lalu kembali ke kamar untuk membersihkan diri. Hari ini ia akan bertemu seseorang yang sudah lama tidak mengunjunginya.

Vano akhirnya pergi dari rumah Diana dan mencari sebuah hotel terdekat. Padahal ia pikir Diana akan berbaik hati untuk menampungnya, namun ternyata tidak.

***

"VANOOO!!" teriak Diana begitu Vano mengangkat telponnya.

Sedangkan Vano langsung menjauhkan ponselnya dari telinga dan memeriksa sekali lagi betulkah ini suara dari wanita yang paling dicintainya atau tidak.

"Ada apa?" balas Vano setelah memastikan jika Diana lah yang menelponnya.

"Akuu... KESAL SAMA DIA!! Kenapa dia tidak melupakan ku juga setelah lima tahun?!"

"Kau mabuk?" tebak Vano.

"TIDAK!!"

Vano menghela nafas. "Kau dimana sekarang?"

"Aku di ***"

"Tunggu di sana, aku akan menjemputmu." Setelah mengatakan hal itu Vano langsung mematikan sambungan secara sepihak dan segera bergegas menuju club yang disebutkan Diana.

Vano mengedarkan pandangannya mencari Diana diantara banyaknya manusia, namun yang ia temukan adalah Diana yang tampak sedang minum bersama seorang pria.

"Ayo pulang." ucap Vano datar.

Diana berdiri lalu menghampiri Vano, namun baru beberapa langkah ia hampir saja terjatuh. Tapi untungnya Vano dengan sigap menarik Diana hingga membuat wanita itu berakhir dipelukannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 08 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Transmigrasi Istri Tak DianggapTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang