Apa kau takut?

151K 8.6K 276
                                    


Diana membulatkan matanya saat melihat Vano sedang mencekik seorang wanita.

Sedangkan Vano langsung melepaskan tangannya ketika melihat Diana masuk. "Kau dipecat!"

"Uhukk.. tuan maafkan saya. Tolong jangan pecat saya." ucap wanita bernama Karin, ia adalah pegawai baru yang baru masuk dua hari lalu. Ia pikir, ia bisa menggoda Vano. Namun pria itu malah mencekiknya.

"Keluar!"

"Maafkan saya tuan, saya tidak akan mengulanginya lagi." balas Karin sambil bersujud didepan Vano.

Vano menggeram marah, dengan segera pria itu menelepon Samuel.

Tak lama Samuel datang dengan beberapa security. "Bawa wanita ini, aku tidak mau melihat wajahnya diperusahaan." perintah Vano.

"Baik tuan." Lalu Karin diseret keluar dan dipastikan bahwa wanita itu tidak akan bisa kembali bekerja di Dirgantara Corp.

Diana yang melihat semua kekacauan itu hanya bisa menahan nafas. Ia pikir suaminya itu hanya kaku, dingin, dan tidak berperasaan. Tapi ternyata pria itu juga sangat kejam, masih diingatnya bagaimana pria itu dengan santai mencekik leher seorang wanita. Entah apa yang diperbuat wanita itu hingga bisa membuat Vano berbuat demikian.

Diana berjalan ke arah sofa dan meletakkan kemeja yang ia bawa ke atas meja. "Ini kemeja yang kau minta."

Vano melirik Diana sekilas lalu  membuka kemejanya yang terkena tumpahan kopi.

Diana menatap tubuh atas Vano yang kini sudah tidak memakai apa-apa. Ingin rasanya ia memegang perut kotak-kotak pria itu.

"Elap air liurmu." ucap Vano yang tanpa sadar diikuti Diana.

"Tidak ada!" rengut Diana.

Vano mengulurkan tangannya bermaksud meminta kemeja yang dibawa Diana.

Walaupun malas Diana tetap memberikan kemeja yang dibawanya. "Kenapa kemeja mu bisa terkena kopi?"

"Ada Ob yang tidak sengaja menumpahkan kopi."

Diana berdiri lalu membantu memasangkan kancing kemeja pria itu. Sedangkan Vano, ia hanya diam sambil menatap lekat Diana.

Setelah selesai Diana merapikan kemeja itu lalu memandang Vano penasaran. "Apa Ob itu juga bernasib sama dengan wanita tadi?"

Vano mendengus lalu menyentil kening Diana. "Apa kau pikir aku sekejam itu?!"

Diana mengangguk tanpa ragu. "Kau kan memang kejam."

"Aku tidak kejam kepada semua orang, buktinya kau tidak pernah merasakannya kan?"

Kau memang tidak sampai mencekik ku, tapi kau membuat ku seperti wanita yang tidak punya harga diri karena tidak dianggap suaminya sendiri. Batin Diana
mencebik.

"Jadi Ob itu tidak kau pecat?"

"Hm, hanya diberi peringatan jika sekali lagi melakukan hal itu maka ia akan dipecat." balas Vano sambil memakai jasnya.

Diana mengangguk mengerti. "Lalu apa kesalahan yang diperbuat wanita tadi sampai kau mencekik bahkan juga memecatnya?"

"Bitch tadi dengan beraninya menggodaku. Dan sebenarnya aku ingin membuatnya benar-benar tidak bernafas, tapi kau menggagalkannya." balas Vano dengan nada yang terdengar lesu yang membuat Diana merinding.

Diana tertawa canggung lalu memundurkan langkahnya saat Vano berjalan mendekat. "Berhenti!"

Vano memasang wajah pura-pura bingung. "Kenapa? Apa kau takut?"

Transmigrasi Istri Tak DianggapTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang