Pertemuan Keluarga

125K 6.6K 306
                                    


Diana duduk di balkon sambil meminum coklat panas. Sudah beberapa hari ia di Indonesia, namun Vano juga belum pulang. Di tambah kakek Dirgantara yang baru saja menghubunginya untuk datang ke Mansion utama sebab akan ada pertemuan keluarga. Entah apa yang ingin pria tua itu bahas hingga mengundang semua keluarga.

Sebenarnya ia tidak terlalu mempermasalahkan jika Vano pulang lebih lama lagi. Namun saat pertemuan itu, ia pasti akan jadi bahan ejekan. Hah, membayangkannya saja sudah memuakkan.

Bukannya ia takut, tapi ia malas meladeni hal-hal tidak penting seperti itu. Di memori yang ia dapat, ada wanita paruh baya bernama Reni. Wanita itu merupakan adik dari Desi dan sangat membencinya. Di setiap kesempatan pasti wanita itu akan menjelekkannya.

Ingin menelpon Vano untuk bertanya apakah pria itu datang atau tidak, tapi ia malas jika Vano malah mengira ia sangat membutuhkannya. Hah, lebih baik ia hadapi saja mulut-mulut kurang ajar itu sendirian.

Dan untuk butik, Untung saja sejauh ini berjalan lancar meski terkadang ada masalah kecil. Rencananya ia akan menyombongkan butik miliknya jika nanti ia direndahkan.

"Sungguh melelahkan." gumam Diana lalu masuk ke dalam dan bersiap untuk tidur.

***

Keesokannya Diana terkejut ketika membuka mata menemukan Vano yang tidur disebelahnya. Kapan pria itu pulang?

Astaga apakah ia punya penyakit jantung? Mengapa jantungnya berdetak kencang saat melihat pria itu. Ini pasti efek kesalnya, makanya jantungnya berdetak kencang. Menghela nafas, Diana memilih untuk bangun dan membersihkan diri. Mungkin dengan begitu pikirannya menjadi lebih segar.

Sedangkan Vano membuka mata ketika Diana sudah masuk ke kamar mandi. Sebenarnya ia sudah di Indonesia sejak dua hari yang lalu, namun ia memilih untuk ke apartemen karena tidak mau bertemu dengan Diana.

Ia hanya ingin mengetes apakah benar ia jatuh cinta kepada Diana, namun hasilnya adalah ia sama sekali tidak mencintai wanita itu. Mungkin yang ia suka adalah tubuh wanita itu, karena saat di apartemen ia hanya memikirkan pekerjaan.

Kembalinya ia ke Mansion pun karena harus menghadiri pertemuan keluarga, ia juga sadar jika Diana pergi sendiri pasti wanita itu akan dicemooh oleh keluarga Dirgantara yang lain. Oleh sebab itu ia ada disini sekarang.

Sebenarnya jika ia tidak datang juga tidak masalah, namun Diana. Ia yakin jika Diana akan datang, dan ia tidak akan membiarkan wanita itu sendirian. Ia begini karena tidak mau wanita itu sampai merendahkan namanya, karena bagaimanapun Diana adalah istrinya.

Dua puluh menit kemudian Diana keluar dan menemukan Vano tepat di depannya, sepertinya pria itu menunggunya. "Ada apa?"

"Pakai dulu pakaianmu, aku tunggu."

Diana memicingkan matanya. "Sekarang saja."

Vano menghela nafas melihat Diana yang hanya memakai bathrobe lalu berjalan ke arah sofa. "Apa kau pergi ke pertemuan itu?"

"Iya."

Vano menganggukkan kepalanya, seperti dugaannya jika Diana akan pergi ke pertemuan itu. "Baiklah kita akan berangkat bersama."

"Kau kembali karena ingin menghadiri pertemuan itu?" tanya Diana sambil menatap Vano yang berjalan masuk ke kamar mandi.

"Hem." 

"Ah, baiklah."

"Apa kau pikir aku kembali karena kau?"

"Ck, mana mungkin." ucap Diana namun tidak dibalas Vano sebab pria itu harus segera mandi untuk mendinginkan kepalanya, karena ada sesuatu yang tidak bisa dituntaskan.

Transmigrasi Istri Tak DianggapWhere stories live. Discover now