Pemotretan

154K 8.5K 20
                                    


Happy reading!

...

Diana dan Mila saat ini sedang berdiri dipinggir pantai sambil bergaya menghadap kamera. Sudah dua jam mereka melakukan pemotretan, dan akan selesai sebentar lagi.

Audy menatap takjub ke arah Diana yang melakukan pemotretan seperti sudah berpengalaman. Audy merasa sangat puas dengan hasil pemotretan kali ini.

"Sudah selesai, kalian bisa beristirahat sekarang." ucap Audy sambil memandang Diana dan Mila bergantian.

"Terima kasih Audy." balas Mila.

Setelah kepergian Audy, Diana segera berganti pakaian karena ia harus cepat-cepat kembali ke hotel sebab takut bertemu Megan.

"Di, kau langsung kembali ke hotel? Tidak mau berkeliling di sini?"

Diana menggeleng. "kau lihat gerombolan wanita di sana, aku takut bertemu dengan Megan jika lebih lama disini."

"Baiklah, jika ada apa-apa kau bisa menghubungi ku."

"Iya, aku pergi dulu."

***

Vano memandang pria paruh baya didepannya, pria itu bernama Nicholas yang saat ini sedang menjelaskan tentang keuntungan dari kerjasama yang ditawarkan perusahaan miliknya.

"Sekian penjelasan dari saya, tuan Vano bisa bertanya jika ada yang ingin ditanyakan."

Vano menggeleng, ia cukup puas dengan apa yang ditawarkan pria itu. "Sekretaris saya yang akan mengirim kontrak kerjasamanya."

Pria paruh baya itu tersenyum lebar. "Baik, terima kasih atas kepercayaan anda. Jika tuan ada waktu, saya ingin mengajak tuan makan malam dirumah saya. Istri dan anak saya pasti akan senang menyambut kedatangan anda."

"Terima kasih tawarannya, tapi saya tidak bisa datang." jawab Vano datar. Ia paling malas untuk melakukan hal-hal yang hanya membuang waktunya.

Nicholas tetap tersenyum. "Ah, tidak apa-apa tuan. Saya tau anda pasti sangat sibuk."

"Hm." dehem Vano lalu keluar dari ruangan kerja pria paruh baya itu.

Banyak pasang mata yang menatap minat ke arahnya. Namun Vano tetap dengan wajah datar andalannya. Kali ini ia tidak pergi bersama Jessika melainkan dengan Samuel sekretaris keduanya. 

"Apa jadwal saya setelah ini?"

"Meeting dengan Tuan Satria di restoran miliknya." jawab Samuel yang diangguki Vano.

Didalam mobil Vano membuka tablet miliknya, ia lupa jika seminggu lagi ia harus menghadiri sebuah pesta yang diadakan di Singapura.

"Apakah saya harus datang ke pesta itu Sam?" tanya Vano tanpa mengalihkan perhatiannya dari tablet yang sedang ia pegang.

Samuel berdehem. "Harus tuan, sebab pesta itu diadakan oleh salah satu investor terbesar di perusahaan kita. Dan akan lebih bagus lagi jika anda membawa nyonya Diana."

"Membawanya ke pesta itu?"

"Iya tuan."

"Baiklah."

Samuel langsung melihat tuannya itu melalui kaca dashboard mobil, apakah benar yang menjawab tadi itu barusan tuannya? biasanya tuannya itu akan sangat enggan membawa nyonya Diana dan lebih memilih ditemani olehnya atau Jessika.

Tapi Samuel senang, ia harap hubungan tuan dan nyonya-nya itu semakin erat. Jujur ia muak melihat sikap Jessika selama ini yang masih saja menyukai tuannya itu padahal dia sendiri tau jika tuannya sudah menikah.

Transmigrasi Istri Tak DianggapWhere stories live. Discover now