Xander

146K 8K 52
                                    

Diana terbangun karena merasa haus, ia melihat ke samping dan ternyata kosong. Apa Vano masih bekerja?

Setelah minum ia ingin melanjutkan tidurnya, namun bayangan di balkon mengurungkan niatnya. Membuka pintu balkon Diana melihat Vano yang sedang merokok.

"Apa kau sudah sering melakukannya?"

Vano melirik Diana yang kini sudah berada disampingnya. "Merokok maksudmu?"

"Ya." jawab Diana sambil mengangguk.

"Kenapa kau ingin tau?"

"Tidak ada, hanya penasaran bagaimana rasanya."

"Ingin mencoba?" balas Vano sambil menghembuskan asap rokok ke wajah Diana yang seketika membuat istrinya itu terbatuk-batuk.

"Apa yang kau lakukan brengsek!" marah Diana.

Bukannya merasa bersalah, Vano malah terkekeh. "Kau terlihat lucu."

Diana menggeram marah. "Lucu kata mu?"

Vano mengangguk. "Hm, kau seperti kelinci kecil."

Tanpa banyak kata, Diana menginjak kaki Vano sekuat mungkin. "Aku bukanlah seekor kelinci, melainkan singa yang siap memakanmu hidup-hidup!" Setelah mengatakan itu, Diana memilih masuk ke dalam.

Vano menutup wajahnya lalu kembali terkekeh kecil. Ah, bagaimana mungkin istrinya bisa semegemaskan itu.

***

Pagi hari telah tiba, pertengkaran kecil mereka semalam seperti sudah tidak berarti apa-apa lagi. Buktinya sekarang Diana sedang menyiapkan pakaian untuk Vano ke kantor, karena pria itu yang memintanya sebab mereka yang bangun lebih lama dari biasanya.

Vano yang selesai mandi langsung memakai pakaian yang dipilihkan Diana. Untungnya apa yang dipilihkan istrinya itu, sesuai dengan seleranya.

Suara dering ponsel berbunyi, Vano langsung mengangkatnya yang ternyata dari Jessika. "Ada apa?"

"....."

"Baiklah, sebentar lagi saya sampai ke kantor."

Menutup sambungan telepon, Vano segera mengambil tas kerjanya dan langsung berangkat tanpa pamit kepada Diana karena wanita itu berada di dalam kamar mandi.

Lima belas menit kemudian Diana keluar dengan bathrobe miliknya dan sudah tidak menemukan Vano didalam kamar yang berarti pria itu sudah berangkat ke kantor. Tanpa berlama lagi Diana bersiap karena hari ini adalah hari pertama ia bertemu dengan ayah Diana yang otomatis juga menjadi ayahnya.

Diana memilih dress berwarna abu-abu yang panjangnya dibawah lutut untuk pertemuan kali ini. Memoles sedikit wajahnya dengan make up lalu turun ke bawah untuk sarapan.

Saat ini Diana mengendarai salah satu koleksi mobil dari milik Vano, pria itu sendiri yang memperbolehkannya. Jadi jangan salahkan jika ia akan menggunakannya sesuka hati.

Ia sangat penasaran dengan rupa ayah dari Diana, apakah pria paruh baya itu seperti Bima yang terlihat seperti sugar daddy? atau seperti orang tua pada umumnya yang memiliki banyak rambut berwarna putih.

Akhirnya Diana sampai di depan sebuah restoran tempat pertemuan mereka. Setelah memarkirkan mobilnya, Diana melangkah masuk dengan perasaan berdebar.

Mengedarkan pandangan, Diana melihat ada seorang pria yang melambaikan tangannya. Dengan yakin Diana menghampiri pria itu.

Saat semakin dekat, Diana semakin jelas melihat rupa pria yang ia yakini sebagai ayah Diana. Astaga! Ada sugar daddy!

Pria paruh baya itu langsung berdiri dan memeluk Diana dengan erat. "Ayah sangat menyayangimu, maafkan ayah yang selama ini tidak memiliki waktu untukmu."

Transmigrasi Istri Tak DianggapTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang