Pesta

153K 9.6K 227
                                    


Diana melihat dirinya di depan cermin, gaun yang diberikan Vano tampak sangat pas di tubuhnya. Lalu tak lama Diana terkekeh ketika mengingat Jessika yang menyuruhnya untuk tidak pergi ke pesta ini, ah sangat menyenangkan saat melihat bagaimana wajah kesal Jessika saat ia menolak perintah wanita itu.

Sudut bibir Diana semakin naik melihat black card yang diberikan Vano kepadanya melalui Samuel. Asisten sekaligus sekretaris pria itu bilang jika ia bisa menggunakan kartu itu sebagai ganti uang yang selama ini tidak pernah diterimanya.

Mengambil tasnya, Diana berjalan keluar dengan anggun. Semenjak mereka tiba di Singapura, mereka tidak pernah sekamar, karena pria itu yang menginginkannya. Di depan kamarnya ia langsung bertemu dengan Vano. "Apakah kau menungguku?"

"Tidak, aku baru saja datang."

"Oh baiklah."

Vano mengumpat di dalam hati, gaun apa yang dicari Samuel untuk Diana. Mengapa gaun itu terlalu terbuka? ia tidak suka dengan belahan dada istrinya yang terlihat, oh jangan lupa dengan bahu mulusnya juga. 

Vano makin mengeraskan rahangnya saat Diana berbalik menutup pintu, astaga punggung mulus wanita itu juga terlihat. Apakah Samuel gila? habis ini ia harus memberikan asistennya itu pelajaran.

Walaupun wanita-wanita di pesta itu menggunakan pakaian terbuka, namun ia tidak suka jika Diana memakainya juga. Setelah ini, ia harus benar-benar menjaga wanita itu dari lelaki brengsek di pesta nanti.

"Apakah ada masalah?" tanya Diana saat melihat pria itu yang tampak kesal.

"Tidak."

Mereka berjalan berdampingan keluar dari hotel, kali ini Vano membiarkan Diana merangkul lengannya. 

***

Mereka telah sampai di salah satu gedung mewah yang ada di kota ini, bangunan itu kini diisi oleh orang-orang dengan pakaian mewah. Diana dan Vano turun dari mobil mereka dan melangkah memasuki gedung tersebut dengan Diana yang kembali memegang lengan Vano.

Setiap langkah yang mereka lakukan mendapat pandangan dari beberapa tamu. Siapa yang tidak mengenal Vano Dirgantara? Pria tampan yang memiliki perusahaan besar dengan banyak cabang di berbagai negara, dan pria yang ditakuti di dalam dunia bisnis sehingga membuat mereka segan untuk bermain-main dengan pria itu.

Mereka juga bertanya-tanya siapa wanita disamping pria itu, apakah istrinya? bukankah sekretaris pria itu yang merupakan istrinya? setidaknya itulah berita yang mereka tahu.

Diana tersenyum dan berjalan dengan tegak, ia harus menampilkan kesan wanita berkelas. apakah habis ini ia akan menjadi topik berita? ah, sepertinya iya.

Diana terperangah melihat pesta ini, benar-benar mewah. Sepertinya ini pesta termewah yang pernah ia hadiri. "Apakah kita akan menyapa kolegamu?" tanya Diana saat mereka menuju ke segerombolan pria berjas.

"Hm, i hope you don't embarrass me."

"Ck, yang ada kau yang akan bersyukur memiliki istri sepertiku."

Vano menjabat tangan beberapa pria yang diikuti Diana. Pria-pria itu saling bertanya kabar dan bisnis, sampai dimana ada seorang pria bertanya siapa Diana.

"Oh, Mr. Vano i'm very curious about who the woman beside you."

"She is my wife."

"Really? i didn't expect this beautiful woman to be your wife."

"No wonder Mr. Vano never published his wife." sahut pria lainnya.

Vano yang tadinya hanya diam saja kini menatap tajam pria-pria yang kini dengan terang-terangan menatap istrinya. "Can you keep your eyes on?" balas Vano dingin.

Transmigrasi Istri Tak DianggapWhere stories live. Discover now