Digoda

109K 6.6K 559
                                    

"Bisa jelaskan ini."

Diana yang baru saja hendak tidur mengurungkan niatnya dan menatap foto-foto yang dikeluarkan Vano. Ternyata foto saat ia pemotretan menggunakan dress minim.

"Itu foto."

Vano menghela nafas sambil berusaha untuk tidak menembak kepala Diana dengan pistol miliknya. "Maksudnya bisa kau jelaskan mengapa pakaian yang kau kenakan sangat seksi, kenapa tidak sekalian kau lepas semuanya."

"Ah sepertinya bukan ide yang buruk, terima kasih atas sarannya. Kau tau, sebenarnya aku banyak tawaran menjadi model bikini," bisik Diana.

"Maka sebelum itu akan ku patahkan kedua kakimu."

"Ouh! Aku takut," ucap Diana sambil pura-pura memasang raut ketakutan.

"Apa kau sengaja memancing kemarahanku?" balas Vano datar.

"Tidak, kau saja yang terlalu terbawa perasaan. Intinya aku lelah, ingin tidur."

"Mengapa kau menjadi model? Dan ku dengar kau juga membuka butik. Apa yang sebenarnya kau rencanakan?"

Diana hanya diam, ia malas menjawab pertanyaan pria itu. Bukankah sudah jelas jika ia ingin menjadi janda kaya raya nantinya jika mereka berpisah.

"Aku tau kau belum tidur."

"Karena aku suka uang, jadi jangan tanya-tanya lagi."

"Bukankah uang yang ku beri sudah lebih dari cukup? bahkan berlebih."

"Hanya sampai aku jadi istrimu kau bisa memberikan ku uang, setelah berpisah aku harus mencari sendiri. Apa kau tidak ingat saat hari pernikahan kita? Kau berkata setelah dua tahun kita harus bercerai dengan alasan jika aku mandul." sindir Diana.

Untung saja semua ingatan Diana yang dulu ia dapatkan. Jika tidak, mungkin ia tidak akan bisa menyindir pria itu.

"Sudah ku katakan tidak ada perceraian, mengapa kau sangat ingin berpisah?"

"Apa kau tidak ingin punya anak yang akan menjadi penerus mu?"

"Apa kau hamil?" bingung Vano sedangkan Diana malah tertawa.

"Aku tidak hamil, dan mungkin tidak akan hamil. Buktinya sampai sekarang aku belum hamil juga, sepertinya apa yang kau katakan waktu itu menjadi kenyataan."

Secara diam-diam Diana menarik sudut bibirnya ketika melihat Vano yang hanya diam saja.

"Itu karena kita kurang usaha."

"APAA?!" balas Diana terkejut. 

Vano terkekeh. "Tidak ada lagi alasan untuk bercerai. Kalau begitu bagaimana kalau sekarang kita usaha untuk membuat putri yang manis saja? Mungkin dengan begitu kau bisa cepat hamil"

"Buat saja anak sendiri!!"

Sekarang Diana harus menjaga diri dari pesona Vano karena ia mulai menyadari jika sepertinya ia mulai sedikit menyukai pria itu. Catat! Hanya sedikit!! Bisa jadi ia lemah karena roti sobek yang dimiliki Vano. Ck, dirinya benar-benar murahan. Hanya karena roti sobek ia bisa jatuh cinta.

Vano melepaskan kaos putih yang dipakainya dan menatap Diana. "Apa kau yakin menolak ini?" ucap Vano sambil mengarahkan tangan Diana ke perut kotak-kotak miliknya.

Diana meneguk ludahnya ketika merasakan betapa kerasnya perut Vano. Namun beberapa detik kemudian ia tersadar dan segera menarik tangannya.

"Apa kau malu? Padahal waktu itu ada yang mendesah dengan keras sambil memegang perut ini. Seingatku seperti ini 'Vano ahh! Terus lebih cepat'."

Transmigrasi Istri Tak DianggapTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang