Pernyataan Cinta

102K 5.6K 865
                                    

"Dari mana kau tau aku disini? apa kau mengikutiku?"

"Tidak," jawab Vano sambil berjalan dan duduk tepat di samping Diana.

"Kalau tidak mengikutiku? mengapa kau bisa disini Vano Dirgantara?!" tanya Diana dengan malas.

Vano mengambil gelas dari tangan Diana dan meminumnya sampai habis. "Aku hanya datang ke tempat yang seharusnya. Lagipula kita suami istri, jadi kita harus bersama." jawab Vano sambil tersenyum miring.

Diana berdecak. Harus bersama katanya? tidak kah pria itu ingat jika sedari tadi dialah yang meninggalkannya sendiri.

"Bukannya kau asik bernostalgia dengan teman-teman mu? mengapa kau malah menggangguku disini. Lebih baik sekarang kau kembali ke pesta itu."

Vano menggeleng. "Disana hanya membuatku muak karena mereka semua sibuk berlomba-lomba menjadi penjilat."

"Kalau kau muak dengan mereka lampiaskan saja kepada mereka, jangan malah menggangguku. Ck, padahal aku sudah membayangkan jika malam ini akan menjadi malam yang indah."

"Kau memilih kamar yang paling mahal disini."

"Aku hanya memilih asal, lagipula uang segitu pasti tidak ada artinya untuk mu."

"Tidak ada yang gratis di dunia ini, honey." 

Diana mengabaikan Vano dan memilih untuk menegak alkohol langsung dari botolnya. Ia berpikir bagaimana Vano bisa di sini, dan sepertinya pria itu yang lebih dulu sampai. 

Apa Samuel yang memberitahu pria itu? tapi ia sudah menghapus riwayat pemesan hotel di ponselnya dan tidak mungkin juga Samuel mengkhianatinya. Ia tau jika Samuel adalah pria yang menempati janji.

"Kau melacak ku?"

"Huh?"

"Katakan dengan jujur, apa kau melacak ku? dimana kau letakkan alat pelacaknya?" 

"Kenapa hanya diam? Apa di kalung yang tadi pagi kau berikan?"

Vano menghela nafas lalu menatap Diana. "Hanya kali ini aku melakukannya."

"Kenapa kau melakukannya?" balas Diana sambil melepaskan kalung berlian yang dipakainya dan melemparkannya ke sembarang arah.

"Karena aku tau hal ini akan terjadi, kau pergi tanpa sepengetahuanku."

"Ck, jangan pernah kau meletakkan alat pelacak lagi!"

"Hm."

Setelah itu tidak ada pembicaraan diantara mereka, selama tiga puluh menit mereka hanya minum sambil menatap pemandangan kota.

"Kau sudah mabuk," ucap Vano namun Diana hanya menggeleng.

"Aku belum mabuk, hanya sedikit pusing."

"Diana."

"IYAAA?" jawab Diana dengan berteriak. 

Vano menghela nafas lalu mengambil alkohol yang berada di tangan wanita itu.

"JANGAN!! KENAPA KAU SELALU JAHAT?" teriak Diana sambil memukul Vano.

"Aku tidak pernah jahat," jawab Vano bingung. Orang-orang selalu mengatakan jika ia jahat, tidak kah mereka tau bahwa dirinya ini sebenarnya adalah malaikat. 

Diana terkekeh. "Kau laki-laki terjahat yang pernah ada! kau tidak suka melihatku dengan laki-laki lain tapi kau sendiri bersama wanita lain! Mengapa kau begitu egois?"

Vano membeku, apakah Jessika yang telah memberitahukan Diana? Pasti jalang itu mengatakan yang tidak-tidak. Tapi mengapa Diana hanya diam saja? Sial! ia harus segera menemukan jalang sialan itu. 

Transmigrasi Istri Tak DianggapWhere stories live. Discover now