[13 : Lukisan]

106 14 2
                                    

Happy Reading
Maaf banyak typo
.
.
.
.
.
.
.
.

"Ada apa ayah memanggilku?" Tanya seorang pemuda yang saat ini tengah berdiri dihadapan sang ayah yang tengah duduk dimeja kerjanya.

"Shin Ajhuma bilang kau tidak pulang semalam" Jawab pria paruh baya yang dipanggil ayah oleh pemuda itu.
Pemuda itu hanya diam menunggu sang ayah menyelesaikan ucapannya.

"Kau pergi kemana Jisung?" Lanjut pria itu menatap Jisung yang berstatus sebagai anaknya.

"Sejak kapan ayah peduli? Bahkan ayah tidak pulang 1 minggu ini" Jawab Jisung menatap lekat manik sang ayah, sedangkan ayahnya Jisung hanya bisa menghela nafasnya lelah.

"Kau tau ayah banyak kerjaan" Balas sang ayah menatap pemuda itu dengan lembut, ia tau anaknya itu butuh perhatiannya.

"Aku tau, jadi ada apa?" Balas sekaligus tanya Jisung, ia cukup tau bahwa sang ayah sibuk dengan urusan bisnisnya dan juga sibuk melarikan diri dari kenyataan.

"Kakek dan nenek mu akan berkunjung besok, jadi ayah minta jaga sikapmu nanti" Jawab Tuan Jung, ia tak akan mengajak anaknya itu berbasi basi jika sang anak sendiri yang tak ingin.

"Hanya itu?" Tanya Jisung lagi, ia yakin bukan hanya itu yang ingin disampaikan sang ayah.

"Sore ini pergilah ke Rj Gallery bersama sekretaris Jeon, akan ada pertemuan penting disana dan ayah ingin kamu datang mewakili perusahaan" Sambung Tuan Jung menatap anaknya serius.

Jisung terdiam mendengar titah sang ayah. Rj Gallery tempat yang sangat dihindari oleh Jisung -ayahnya juga-, tempat yang mampu membuat semua emosi bergejolak dihatinya. Saat Jisung ingin menyuarakan perotes sang ayah justru memotong ucapannya.

"Jangan menolak, paman mu juga akan hadir" Ucapan sang ayah mampu memotong perkataannya serta membuatnya tediam kembali.

"Paman Wong?" Hanya satu pertanyaan itu yang mampu keluar dari mulut Jisung, pertanyaan yang menuai anggukan dari sang ayah.

Jisung langsung mengerti, pasti karena kehadiran sang pamanlah yang membuat ayahnya itu memintanya untuk ikut keacara itu. Jadi mau tak mau Jisung akan menuruti perintah sang ayah.

Tuan Jung tersenyum saat melihat Jisung menerima permintaannya, memang harusnya ia lah yang pergi kesana, hanya saja ia belum cukup sanggup untuk menginjakan kaki digedung itu.

"Sudahkan? Aku pulang" Ucapan Jisung menyadarkan Tuan Jung dari lamunannya, bahkan ia belum sempat membalas putranya itu sudah menghilang dibalik pintu ruangannya.











"AAAAA!! RENJI-YA BAGAIMANA KEADAANMU?" Suara nyaring dari sebrang sana mampu membuat Renji menjauhkam handphone itu supaya telinganya tak mrngalami tuli mendadak.

"Anjing Haechan lo ngagetin!!!" Suara teriakan lain yang tak kalah nyarinya pun terdengar, oke Renji bersyukur ia tak menaruh handphone itu di telinganya jika tidak, sudah dipastikan telinganya berdengung.

"Brisik woy!" Suara lain lagi lagi terdengar. Renji menatap datar layar ponsel yang memperlihatkan ke 3 sahabatnya yang sedang berdebat, ah dan sepupunya yang hanya menyimak.

"Liat, baru dua hari lo tinggal mereka bertiga udah kek monyet lepas" Sarkas sepupunya YangYang, pemuda china itu mengambil alih ponsel yang ada ditangan Haechan kala pemuda Seo itu masih asik berdebat dengan kedua sahabatnya yang lain.

I'm Not HimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang