[19 : Tragedi]

94 10 4
                                    

Happy Reading
.
.
.
.
.
.

31 Desember, selalu mejadi hari yang dihindari oleh Renji. Seperti saat ini, pemuda itu asik dalam kegiatan melukisnya bahkan ia acuh saat langit yang tadinya cerah berubah menjadi gelap tanda bahwa hari sudah mulai malam. Sedari pagi ia sudah berada distudio lukisannya yang entah kenapa kali ini setiap hasil lukisannya selalu tak sesuai harapan sehingga ia terus saja mengulang lukisannya itu.

"Aish sialan!" Maki Renji melemparkan kuas lukisnya sembarang arah, dilihatnya lukisan abstrak itu dalam diam sebelum pergi begitu saja dari ruangan itu.

Pemuda itu kini tengah menatap langit malam yang bisa dia pastikan akan dihiasi oleh letusan kembang api cepat atau lambat, Renji hanya menatap kosong langit sesekali menatap ke bawah dimana jalan raya yang dipenuhi oleh kendaraan serta trotoar yang dipenuhi oleh pejalan kaki. Menghisap rokok ditangannya dan meniup asapnya keluar dengan santai, ia sempat milirik jam ditangannya yang menunjukkan pukul 8 malam yang artinya masih ada waktu sekitar 4 jam sebelum pergantian tahun.

Waktu terus berjalan, dan entah sudah berapa banyak rokok dihisap oleh Renji yang jelas sedari selesai dengan lukisannya Renji sudah berada dibalkon kamarnya dengan menikmati batang nikotin itu, bahkan suhu tubuhnya sudah mulai dingin karna terlalu lama berada diluar dan hanya mengenaksn kaos tipis saja.

Bahkan pemuda itu hanya memandang lurus kedepan dengan pandangan kosong tanda bahwa ia sudah terhanyut akan pemikirannya sendiri, ia teringat satu hal yang menjadi alasan dirinya membenci hari ini.

Flashback on

"Bunda liat gambar Renji bagus kan?" Ujar Renji kecil pada sang ibu yang tengah merapikan pakaiannya.

"Bagus sayang, anak bunda pintar banget ya" Balas sang bunda lembut sambil membelai rambut halus sang putra.

"Hehe iya donk Anaknya bunda gitu loh" Saut Renji bangga.

Sang bunda hanya tersenyum melihat tingkah menggemaskan putranya, tapi hanya berlangsung sebentar saja. Wajah bahagia itu berubah menjadi wajah sendu yang ia coba sembunyikan.

"Sayangnya bunda kemarilah" Panggil sang ibu, Renji kecil yang mendengar panggilan dari ibunya pun menurut dan mendekati sang ibu.

"Renji sudah besar kan? Sudah pintar juga" Ujar Bunda Renji dengan lembut, digenggamnya tangan mungil sang anak.

I'm Not HimWhere stories live. Discover now