🍷 Sebelas

411 56 1
                                    


"Kalo gue cium lo, lo gak akan bisa lepas dari gue."

Minho masih di tempatnya, tidak bergerak sama sekali bahkan ketika orang di depannya itu sudah menempelkan ujung hidung mereka. Ia masih pada posisi yang sama dengan otak yang terus bekerja tapi tidak ada pergerakan yang ia lakukan. Hingga hampir semenit berlalu dan sebuah senyum menyeringai muncul menghiasi wajah orang itu.

"Gue hitung sampe tiga, tapi kalo lo tetap di sini, lo beneran gak akan bisa lepas. Dan emang gue gak akan bisa lepasin lo," jeda sesaat, orang itu kini jadi menempelkan keningnya di atas kening Minho.

"Satu..."

Tidak ada jawaban dan tangan kanannya naik menangkup sebelah pipi Minho.

"Dua..."

Sekarang giliran tangan kirinya yang bergerak untuk pipi Minho yang lain.

"Ti..."

Cup...

"...ga."

Orang itu terlihat sedikit kaget saat ia belum menyelesaikan kata yang harus ia ucapkan, tapi Minho sudah lebih dulu memberi sebuah ciuman kilat di bibirnya. Sementara Minho kembali mempekerjakan otaknya dengan keras tentang apa yang baru saja ia lakukan.

Sebenarnya, ia kenapa?

Apa sebelum kecelakaan ia juga seperti ini?

Ia tidak kenal juga dengan orang ini, tapi kenapa ia begitu berani menawarkan dirinya dan bahkan tetap diam ketika diberi kesempatan untuk pergi?

Apa ada sesuatu di antara mereka?

"Oke..."

Terlalu sibuk dengan pemikirannya, Minho jadi tersentak kaget saat orang di depannya itu menggumamkan 'oke' dengan pelan, lalu tanpa aba-aba menempelkan bibirnya di atas bibir Minho. Tanpa aba-aba juga, ia langsung mengecup, menjilat dan melumat sebelum memberi gigitan-gigitan kecil agar Minho membuka mulutnya untuk ia mendapat akses lebih.

Minho?

Astaga, tolong dia.

Ia pusing sekali saat ini. Tiba-tiba juga ia merasa mual dan kakinya seperti tidak kuat menumpuh tubuhnya sendiri. Merasa tidak kuat untuk berdiri sendiri, kedua tangannya bergerak lebih dulu untuk meraih lengan orang itu, mencari tumpuan di sana. Dan seakan paham apa yang terjadi padanya, tangan kanan orang itu berpindah untuk melingkari pinggangnya dan menariknya mendekat--sambil menahannya--hingga tidak ada jarak lagi yang memisahkan tubuh mereka.

Setelah puas dengan bibir Minho, orang itu lalu melepas ciumannya, menatap Minho yang kini masih lemas. Lalu, tanpa aba-aba, ia meraih tangan si manis sebelum menariknya pergi dari sana.

Minho yang masih pusing hanya bisa kaget dengan kaki yang ikut bergerak mengikuti ke mana orang itu pergi.

Mereka berjalan keluar tempat itu, hingga akhirnya berhenti di depan sebuah mobil. Lalu, tanpa jeda waktu yang berarti, orang itu langsung membuka pintu mobil sebelum mendorong Minho masuk ke sana.











•oblitus•











Chan mendengus kecil setelah menutup pintu mobilnya--setelah memasukan Minho ke sana tentunya. Ia sedikit pusing karena pengaruh alkohol, tapi ia masih bisa memikirkan beberapa hal saat ini. Sebenarnya, ia masih bingung tentang ini dan ingin sekali mencari tahunya. Tapi, Minho yang begitu penurut padanya malam ini benar-benar tidak boleh ia lewatkan. Kapan lagi ia bisa mencium si manis tanpa tatapan kebencian, cacian dan makian?

Mengukir senyum miring, lelaki Bang itu lalu berjalan memutari mobilnya sebelum ikut masuk. Ia menatap Minho sebentar, bocah itu sepertinya belum sadar sepenuhnya setelah ciuman tadi. Jadi, yang ia lakukan setelah itu adalah memasang sabuk pengaman si manis dan dirinya sendiri sebelum membawa mobilnya keluar area itu untuk kembali ke apartemennya.

Sampai di apartemennya, Minho sudah terlihat lebih baik ketika Chan bergerak melepas sabuk pengamannya.

"Kita di mana?" tanya si manis kemudian.

"Apartemen gue."

"Mau ngapain?"

"Main itulah," jawab Chan santai, "Tadi lo sendiri yang nawarin diri buat gue."

Minho terlihat melotot kaget, "Kamu gak bercanda?"

"Lo mau nolak?" tapi Chan bertanya balik dengan malas, "Maaf-maaf aja ya, tapi tadi gue udah ngasih lo kesempatan buat pergi. Lo-nya aja yang tetap mau sama gue."

Lalu, tanpa menunggu jawaban pemilik marga Lee itu, Chan turun lebih dulu dari mobilnya. Ia lalu membukakan pintu mobil untuk Minho, menarik si manis keluar dari sana sebelum membawa yang lebih muda ke apartemennya.

Memasuki apartemennya, Chan dapat melihat masih ada Hyunjae dan Juyeon di sana--bersama Younghoon. Ke tiganya jelas kaget saat melihat Minho yang datang bersama dengannya.

"Minho, lo ngapain sama dia?"

"Diem, Je!"

Lalu, tanpa peduli dengan apa saja yang ke tiga orang itu katakan, ia tetap menarik Minho ke kamarnya, masuk ke sana dan mengunci pintu kamar. Setelah masuk ke kamarnya dan mengunci pintu, tanpa menunggu, si Bang itu melepas jaket dan kaos yang dikenakannya begitu saja--membuat Minho yang melihatnya tidak dapat menahan diri untuk melotot kaget.

"Kamu ngapain?"

"Buka baju lo!"

"Hah?"

Minho bertanya waspada, tapi lelaki Bang itu malah mengatakan kalimat lain yang membuat si manis makin kaget. Dua detik kemudian, ia melangkah maju hingga berdiri di depan Minho lagi.

"Atau mau gue yang bukain?"

•oblitus•























Thank you...

o b l i t u s •• banginho/minchanWhere stories live. Discover now