🍷 Sembilan Belas

360 53 0
                                    

Younghoon menghentikan mobil yang dikendarainya di depan sebuah rumah super mewah--tidak kalah dari rumah milik ayah Chan. Sementara sepupunya itu nampak menatap sekeliling selama beberapa saat sebelum memberi kode agar mereka keluar dari mobil untuk melihat di luar.

Kembali menatap ke sekelilingnya, keduanya dengan kompak berhenti di depan mobil--memilih duduk di situ sambil memperhatikan rumah besar itu.

"Ini rumahnya Hongjoong?"

Younghoon bertanya lebih dulu, membuat Chan menoleh ke arahnya sambil mengangguk kecil.

"Dulu," jawab si Bang itu kemudian.

"Maksud lo dulu?"

"Dulu emang rumahnya ini," jawab Chan begitu saja, "Tapi udah pindah setelah Hongjoong lulus kuliah."

"Jadi, yang lo maksud dengan rumah Hongjoong di foto tadi?"

"Gak tahu pasti yang mana, tapi rumahnya yang baru juga bentukannya kayak gini."

"Sama persis?"

"Sama persis," menjawab santai, tangan kanan Chan lalu bergerak menunjuk pintu gerbang besar di depannya, "Bahkan tanpa lo kasih tahu atau bukain pintu ini, gue tahu kalo ada taman mawar yang ngelilingin kolam ikan, dua puluh meter dari gerbang ini. Sama persis kayak yang di rumah baru Hongjoong sekarang."

"Kok lo tahu banget sih? Lo ngintilin si Minho berapa kali sampe bisa tahu kayak gini?"

"Menurut lo?"

Lalu, pertanyaan lanjutan yang Chan berikan sukses membuat Younghoon mendengus begitu saja.

"Anjing, Chan, bucin banget sialan."

Tapi, Chan terlihat tidak peduli. Ia hanya mengendik kecil sambil melirik sekelilingnya.

"Gue khawatir sama dia. Sejak orang tuanya meninggal, gue gak bisa tenang kalo belum liat dia. Banyak banget yang ngincer dia."

"Ngincer dalam arti apa nih maksud lo?" Younghoon bertanya kemudian, terlihat tidak mengerti dengan ucapan Chan barusan.

"Buat dihabisin," sahut Chan begitu saja, "Mereka banyak banget. Mungkin otaknya satu orang yang ini. Semuanya pengen banget lenyapin dia. Sama Jihyo juga. Tapi, karna Ji dari pas kuliah udah keluar rumah, keberadaannya tuh susah dicari tahu. Jadi inceran utama mereka tuh jadi Minho doang."

"Motifnya apa sih?"

Chan mengendik karena ia juga tidak tahu. Lagi pula, ini terlalu sulit untuk menebak motif pelaku penyebab kecelakaan Minho.

"Karna bisnis ya, Chan?"

Lalu, saat Younghoon mencoba menebak, Chan lantas jadi menatapnya saja.

"Bisnis apaan? Orang tuanya Minho bukan pengusaha besar yang sukses banget sampe punya perusahaan di mana-mana. Dan dilihat dari rumah ini aja ya, nih orang jelas jauh lebih kaya dari orang tuanya Minho. Mau apa coba dia dari mereka?"

Jawaban Chan membuat Younghoon mengangguk begitu saja, "Masalah masa lalu ya? Terus jadi dendam gitu."

"Bisa jadi," sahut Chan sambil mengendik, "Gak ada yang tahu kan. Mau dicari tahu juga gak bisa, orang tuanya Minho udah meninggal. Kecuali kita nanya langsung sama nih orang."

"Nanya sama Minho atau Ji juga gak ada gunanya. Gue liat-liat, mereka tipe anak yang gak dikasih tahu masalah keluarga sama orang tuanya."

"Nah itu lo tahu," menjawab acuh, Chan kembali menatap ke sekeliling sebelum kembali menatap Younghoon, "Btw Hoon, nih rumah siapa?"

"Ya orang itu," jawab Younghoon begitu saja.

"Yang tinggal?"

"Gak ada. Tapi kata orang sekitar sini, yang punya rumah sering ke sini dua bulan sekali."

"Siapa namanya?"

"Gak tahu."

"Terus maksud lo pada pas bilang kalo identitas orang itu yang kita tahu, gak sama kayak yang orang sekitar sini tahu?"

"Ya kan kemarin gue sama Hyunjae nanya, bener gak yang punya rumah ini, orang itu. Dijawab bukan, tapi mereka gak ngasih informasi yang jelas siapa yang punya. Mereka cuma bilang kalo rumah ini punya anaknya tuan Kwon. Gak tahu juga Kwon ini siapa. Tapi, dari data yang berhasil Juyeon curi, kepemilikan rumah ini pake nama yang kita tahu itu."

Penjelasan Younghoon membuat Chan mengangguk kecil, sedang otaknya sibuk bekerja mengumpulkan dan menyambung semua informasi itu. Ini lumayan rumit dan lumayan sulit untuk menghubungkan semuanya termasuk juga dengan motif orang tersebut menargetkan Lee bersaudara juga dirinya untuk dihabisi. Sebenarnya, apa kesalahan mereka sehingga diincar sedemikian rupa?

"Susah ya?"

Chan bergumam begitu saja dan dijawab Younghoon dengan anggukan cepat, "Nih orang beneran psiko sih kalo gue bilang. Dia bisa ngelakuin semua ini sampe kita aja bingung, gimana nyari tahu semua ini."

Tidak menjawab ucapan Younghoon, Chan hanya mengangguk saja sambil kembali menatap ke gerbang besar di depan sana. Ke duanya lalu diam selama beberapa saat sebelum ponsel dalam saku jaket Chan bergetar menandakan adanya pesan yang masuk. Lelaki itu lalu meraih benda itu dan melihat apa pesan itu.

"Kenapa?" tanya Younghoon setelah Chan memasukan kembali ponselnya ke dalam saku jaketnya.

"Jihyo, minta tolong gue nemenin Minho ke rumah sakit besak. Dia sama Hyunjin gak bisa."

"Ngapain ke rumah sakit?"

"Terapi."

Younghoon mengangguk saja setelah jawaban Chan sampai ke telinganya. Hingga ia menyadari sesuatu dan jadi menatap sepupunya itu.

"Chan, Minho terapi artinya dia bakal ingat lagi dong. Gimana kalo dia benci lagi sama lo?"

•oblitus•



















Thank you...

o b l i t u s •• banginho/minchanWhere stories live. Discover now