🍷 Delapan Belas

365 55 3
                                    


Minho masih merengut dengan bibir yang mencebik tidak senang ketika Jihyo masuk ke ruang makan di mana ia dan Chan berada tadi. Matanya bahkan masih menyiratkan kekesalan saat ia menatap piring berisi kue yang ada di atas meja.

"Loh No, kamu kenapa?"

Tersentak kecil saat pertanyaan Jihyo menyapanya, pemilik marga Lee itu lantas mendongak dan menatap heran sang kakak.

"Kak Ji kapan sampenya?"

"Barusan." Jihyo lalu menarik kursi di depan Minho dan duduk di sana, "Kamu lagi mikirin apa sih sampe kakak datang aja kamu gak sadar?"

Lalu, jawaban beserta lanjutan pertanyaan yang Jihyo berikan padanya, sukses membuat Minho kembali merengut dengan bibir yang kembali mencebik ke bawah.

"Aku lagi kesel."

"Kenapa?"

"Masa kak Chan habis terima telpon langsung ninggalin aku."

Minho semakin mencebik dan Jihyo yang melihatnya hanya mampu mengerjap saja. Terlalu lama tidak melihat Minho bertingkah seperti ini membuatnya masih sedikit bingung harus menanggapi seperti apa.

"Kak, kok diem?"

"Hah?"

Lalu, saat Minho mengajukan pertanyaan lain padanya, Jihyo jadi kaget sendiri.

"Kakak kok diem? Gak mau jawab sesuatu gitu?"

Tersenyum sekilas, Jihyo lalu melirik apa yang ada di atas meja sebelum kembali menatap Minho, "Chan tadi beneran ke sini?"

Dijawab anggukan cepat oleh sang adik, "Iya, tadi."

"Sianying, bucin banget."

"Kenapa, kak?"

"Enggak," jawab Jihyo begitu saja, "Tadi pas kakak nelpon dia bilang kalo kamu nyariin dia, katanya dia lagi sibuk, gak bisa ke sini. Tahunya dia beneran ke sini."

"Jadi, kak Chan lagi sibuk?"

Jika tadi Minho yang mengangguk, sekarang Jihyo yang melakukannya--walau jelas bukan gerakan cepat seperti yang Minho lakukan, "Emang dia gak bilang?"

"Gak tuh."

"Terus, kenapa dia udah pergi?"

"Habis terima telpon." Si manis kemudian memasang wajah berpikirnya selama beberapa saat sebelum kembali menatap Jihyo, "Katanya dari Hyun..."

"Hyunjae?"

"Nah iya itu."

Minho tidak tahu apa yang Jihyo pikirkan setelah ia menjawab pertanyaan kakaknya itu. Karena ia sama sekali tidak dapat memahami ekspresi sang kakak saat ini. Hingga hampir semenit berlalu dan sang kakak kembali menatapnya.

"Oh ya No, besok kamu ke rumah sakit ya, dokter kamu udah ngehubungin kakak soal terapi kamu. Tapi, kakak gak bisa nemenin kamu, nanti kakak minta tolong Sangyeon yang nemenin kamu. Gak apa-apa, kan?"

Minho mengangguk saja, tapi dengan sebuah pertanyaan lain, "Sama kak Chan aja bisa gak, kak?"












•oblitus•












"Gimana?"

Hyunjae dan Younghoon tersentak kaget--hampir saja terjungkal--ketika Chan tiba-tiba datang dan mengagetkan. Lain lagi dengan Juyeon yang hanya tertawa kecil melihat kelakuan mereka.

"Ampun, beb, santai aja dong." Hyunjae menanggapi lebih dulu, "Infonya gak akan lari."

Lalu, apa yang diucapkan si Lee satu itu sukses membuat Chan menatapnya malas, "Gue gak nanya sama lo."

"Bang Chan, jingan ya lo. Gue yang pergi buat dapetin semua info ini. Lo harusnya sujud syukur sama gue."

Chan mencibir, tanpa peduli apa yang Hyunjae katakan, ia malah mendorong si Lee itu--membuatnya hampir jatuh jika tidak menahan lengan Juyeon yang duduk di sisinya.

"Chan, lo kalo cemburu sama Juyeon dan mau pisahin gue dari dia, gak gini caranya, asu!"

"Je, lo kalo bacot gak jelas lagi, gue perkosa lo di sini."

Tapi, bukannya takut dengan apa yang Chan ucapkan, Hyunjae malah tersenyum senang begitu saja, "Ayo, nanti divideoin Juyeon buat dikasih ke Minho. Biar dia auto ingat lo, terus benci lagi sama lo."

"Bangsat lo!"

Mengumpat kesal pada Hyunjae, Chan berpindah untuk meminta Younghoon saja yang bergeser agar ia bisa mengetahui informasi apa yang sudah didapat ke tiga orang itu.

"Jadi, gimana?"

"Ketemu alamatnya," jawab Juyeon begitu saja sambil menunjukan foto sebuah rumah di laptopnya pada Chan.

"Tapi, pas gue sama Hyunjae ke sana," yang ini Younghoon, "Gak ada yang bilang kenal sama dia. Kayaknya, identitas dia yang kita dapat palsu deh."

"Kok palsu?"

"Kalo bukan palsu ya samaran."

"Yang kita tahu tentang dia, bukan yang orang sekitar rumahnya tahu tentang dia. Dia buat identitas lain."

Mengangguk sekilas, Chan kembali menatap foto rumah yang ada di laptop Juyeon selama beberapa saat. Lalu, saat ia semakin memperhatikan foto itu, keningnya lantas berkerut begitu saja.

"Kenapa, Chan?"

"Kayaknya gue kenal sama rumah ini."

"Lo tahu?"

Mengangguk tidak yakin, lelaki Bang itu lalu menatap ke tiga temannya bergantian, "Kayak rumah Hongjoong."

"Hongjoong?" raut tidak percaya terlihat jelas di wajah ke tiga temannya itu, "Maksud lo, Hongjoong temennya Minho itu?"

Chan mengangguk saja sebagai jawaban, "Gue pernah ngintilin Minho ke sana."

"Jing, kelakuan bucin."

Tidak menanggapi ucapan Younghoon, Chan memilih untuk langsung mengajukan pertanyaan lain.

"Alamatnya di mana? Kali aja ini emang bener rumahnya Hongjoong."

•oblitus•




















Thank you...

o b l i t u s •• banginho/minchanWhere stories live. Discover now