🍷 Empat Puluh Empat

269 44 1
                                    


⚠mention death (mutilation)

"Ji, serius ya. Gue udah gak tahan lagi sama semua ini."

Hyunjae yang baru saja datang ke apartemen Chan jadi berucap menahan emosi begitu menangkap eksistensi Jihyo di tempat itu. Hanya ada mereka berdua. Juyeon, Sangyeon, Younghoon dan Chan pergi entah ke mana. Jihyo di situ karena Sangyeon yang meninggalkannya di sana sebelum pergi bersama tiga lelaki lain itu. Sementara Hyunjae--tadi ia pulang ke rumahnya--tapi kembali lagi ke situ setelah ditelpon Younghoon bahwa Jihyo sendirian di apartemen Chan.

"Apa sih lo? Baru datang kayak orang gak waras aja."

"Gue bukan baru kayak gini ya, anjir! Tapi udah dari empat hari yang lalu."

"Hah?"

"Tanyain sama adek lo, dia ngapain sampe Chan jadi kayak gini?"

Kerutan heran terbentuk di kening Jihyo. Wajahnya juga mengeruh seiring dengan tatapannya yang berubah tajam saat menatap Hyunjae.

"Kok malah jadi adek gue sih? Empat hari ini mereka gak ketemu ya, sat."

"Justru itu, bego!" Hyunjae menjawab tidak senang, lalu mendudukan dirinya di samping Jihyo. "Lo sadar gak sih? Belakangan ini Chan gak kayak biasanya. Dia lebih banyak diam dan ngelamun, gak fokus kayak biasanya."

"Ya terus kenapa harus nanya sama Minho? Kan mereka gak ketemu juga belakangan ini."

"Sebelum dia jadi kayak gitu, dia ketemu sama adek lo ya, jingan!"

Ucapan Hyunjae setelah itu membuat Jihyo diam. Dalam diamnya, ia juga mempertanyakan hal yang sama. Memang Chan agak aneh belakangan ini. Sangat tidak bersemangat dan tidak fokus. Ia juga sering murung. Hanya saja ketika ditanya, tidak ada jawaban berarti yang lelaki Bang itu berikan.

"Gak bisa nanya gue, Je. Minho mana mau ketemu sama gue."

"Sumpah ya adek lo, Ji. Mending dia amnesia selamanya aja deh. Sebenci itu dia sama lo sama Chan sampe gak mau ketemu sama kalian. Padahal lo ini kakaknya loh, KAKAKNYA!"

Diam sesaat, Jihyo sibuk sendiri dengan pemikirannya sebelum kembali menatap Hyunjae. "Tapi gue rasa, Chan kayak gitu bukan karna Minho udah ingat semuanya lagi deh."

"Hah?"

"Gue yakin hati adek gue gak sekotor itu. Dia pasti ingat juga apa yang udah Chan lakuin buat dia selama dia amnesia. Jadi pasti bukan ada hal yang salah di antara mereka."

"Terus apa kalo bukan masalah sama Minho?"

"Pasti ada kejadian lain. Dan gue yakin itu gak ada hubungannya sama adek gue."










•oblitus•










"Kalo gitu, kenapa lo ada di sana?"

Pertanyaan itu Minho ajukan kemudian dan sukses membuat kening Hongjoong berkerut dalam. Di sana? Tempat apa yang dimaksud Minho?

"Di sana?"

"Iya. Kenapa lo ada di sana?"

"Di sana mana, No?"

Jeda sesaat, Minho berusaha menahan sesak yang tiba-tiba menyerangnya. Apalagi apa yang akan ia tanyakan ini berhubungan dengan sebuah luka besar yang baru saja didapatkannya.

"Kenapa lo ada di sana? Di tempat orang tua gue dibunuh."

"Kok jadi dibunuh? Bukannya orang tua lo meninggal karna kecelakaan?"

"Gak usah pura-pura gak tahu apa-apa di depan gue, Joong! Gue liat lo ada di sana. Lo sama orang itu. Lo liat sendiri gimana dia bunuh dan mutilasi orang tua gue."

"Lo ngomong apa sih, No? Gue gak ngerti apa yang lo omongin."

"Oh, masih gak mau jujur sama gue. Oke. Emang seharusnya gue kenal sama lo. Lo udah ngehancurin hidup gue."

Setelah mengatakan kalimat-kalimat itu, Minho beranjak dari duduknya. Ia berniat pergi, merasa percuma bertanya pada Hongjoong. Lelaki itu bilang ia sayang, tapi lihat apa yang ia berikan. Minho terlanjur terluka. Oh tidak, ia sudah hancur.

"No, jangan pergi dulu! Minho!"

Minho sudah akan melangkah pergi, tapi Hongjoong dengan cepat berdiri dan menahannya. Membuat si manis jadi menoleh dan menatapnya tajam.

"APA?" Pertanyaan itu penuh emosi sekali dan Minho tidak peduli dengan pengunjung lain di cafe itu. "Lo mau ngebodohin gue gimana lagi?"

Jeda sesaat, tatapan Minho perlahan berubah menjadi tatapan penuh luka.

"Waktu itu lo gak ada, Joong. Gue lagi hancur karna ditinggal gitu aja sama mereka. Lo bilang lo sayang sama gue, tapi lo ngilang, lo gak ada sama sekali buat gue. Lo bilang lo ada urusan keluarga, ke luar negri jadi gak bisa nemuin gue. Padahal apa? Lo bahkan yang paling tahu kalo jenazah orang tua hancur bukan karna kecelakaan itu."

Diam sesaat, Hongjoong juga berusaha menahan semua rasa tidak menyenangkan yang menyerangnya. Tangannya juga bergerak hendak meraih tangan Minho, tapi si manis langsung menghindar begitu saja. Membuatnya hanya diam dan kembali menatap si manis.

"Lo tahu dari mana kalo gue..."

"Gak penting gue tahu dari mana. Yang penting gue liat lo di sana. Lo gak bisa bohongin gue lagi, Joong. Gue tahu itu lo."

"No, gue..."

Hongjoong tidak melanjutkan ucapannya. Ia diam begitu saja membuat kedua manik Minho memanas. Tapi, si manis berusaha agar tidak menangis di depan lelaki itu.

"Kenapa, Joong? Lo bilang sayang, tapi lo bikin gue benci sama orang yang paling peduli sama gue... dan lo diam-diam ngehancurin gue. Sakit tahu, Joong. Gue salah apa sama lo?"

•oblitus•




















Thank you...

o b l i t u s •• banginho/minchanWhere stories live. Discover now