🍷 Dua Puluh Satu

358 49 0
                                    


"Gimana?"

"Enak, aku suka."

Chan tersenyum ketika Minho terlihat senang setelah mencoba minuman yang tadi dibelinya untuk si manis. Mereka sudah keluar dari cafe dan kini sedang berjalan menuju taman. Minho terlihat gembira ketika melangkah melewati jalanan itu. Ia bahkan tidak diam dan terus mengedarkan pandangannya ke sekeliling.

"Kenapa?"

Si manis menoleh cepat ketika Chan mengajukan pertanyaan itu. Lalu, saat tatapan mereka sudah bertemu, ia menggeleng begitu saja.

"Kayak aku pernah lewat sini deh, kak."

"Kan emang sering. Seminggu dua kali, pasti lo gak asing dong."





"Sialan, kenapa gue harus ketemu sama lo di sini?"

"Emang lo pikir gue mau ketemu sama lo?"

"Pergi, gak?!"

"Dih, lo kata nih tempat punya lo? Sori-sori aja ya bocah, ini tempat umum. TEMPAT UMUM!"

"PERGI GAK....!"





"No, kenapa?"

Minho menggeleng kuat sambil menatap Chan yang baru saja menepuk pundaknya. Ia diam lama sebelum kembali menggeleng--kali ini lebih pelan--untuk menjawab pertanyaan yang lebih tua.

"Gak apa-apa. Cuma barusan ada bayangan aku ketemu sama orang di sini."

Si manis menjawab kemudian sambil mengalihkan tatapannya ke sembarang arah.

"Siapa?"

"Gak tahu. Mukanya gak keliatan jelas," jawab Minho begitu saja--sambil menggeleng lagi, "Tapi, aku kayak kesel banget sama dia. Gak suka banget liat dia."

"Lo ngusir dia?"

Kali ini, si manis mengangguk, "Tapi, namanya gak tahu."

Jika tadi Minho yang mengangguk, kali ini Chan yang melakukannya. Lelaki Bang itu lalu mengulurkan tangannya yang bebas--karena tangan yang satu ia gunakan untuk membawa barang yang Minho beli di cafe tadi--untuk meraih tangan si manis.

"Kalo gak tahu dan gak jelas, gak usah terlalu dipikirin."

"Tapi, kak, aku ngerasa kayak aku beneran pernah ngelakuin itu, ketemu sama orang itu di sini dan ngusir dia."

"Kalo itu bagian dari memori lo, pelan-pelan aja ingatnya. Kan gue udah bilang sama lo, pelan-pelan aja, nanti lo sakit. Gue gak mau liat lo sakit."

Diam selama beberapa saat, Minho akhirnya mengangguk kecil.

"Iya, kak," jawab si manis kemudian.

"Ya udah yuk, sekarang kita ke tempat lo sering nyantai sambil liatin anak kecil main."












•oblitus•












Hyunjae mendengus keras lalu menarik kursi di depan Changmin untuk ia duduki. Si Lee satu itu terlihar tidak senang untuk datang dan menemui Changmin di cafe itu. Jelas saja, tadi ia bersama Juyeon dan Younghoon hampir memecahkan satu teka-teki tapi si Ji itu malah menelponnya dan meminta bertemu. Ia jelas menolak, tapi karena Juyeon yang menyuruhnya untuk pergi saja maka dengan perasaan kesal luar biasa, ia pergi menemui salah satu sahabat Minho itu.

"Mau apa lo?"

Pertanyaan itu ia ajukan begitu saja ketika Changmin baru akan membuka mulut untuk memintanya memesan sesuatu.

"Gak mau minum dulu, kak?"

"Gak," dijawab cepat oleh si Lee itu, "Gue lagi sibuk banget. Ini aja gue ke sini karna dipaksa. Jadi, to the point aja."

Diam selama beberapa detik, Changmin akhirnya menatap Hyunjae dengan tatapan seriusnya.

"Gue mau nanya soal keadaan Minho sama lo, kak."

"Minho?"

"Iya."

"Kenapa nanya gue?" tapi bukannya menjawab pertanyaan Changmin, Hyunjae malah mengajukan pertanyaan lain lagi, "Gue rasa, gue sama Minho gak ada relasi apapun yang buat lo harus datang buat nanyain keadaan dia sama gue. Tanya langsung ke orangnya lebih benar, tapi kalo dia gak bisa ya tanya Jihyo."

"Tapi, kak, lo kan tahu kalo gue sama temen-temen gue, gak deket sama kakaknya Minho. Dan alasan gue nanya sama lo karna lo temen deket kakaknya Minho. Gue juga gak bisa nanya ke pacarnya karna gue emang gak kenal."

"Kalo soal temen deket, Chan lebih dekat tuh sama Jihyo. Harusnya lo nanya ke dia, bukan ke gue."

Lalu, apa yang Hyunjae katakan sukses membuat Changmin mendengus kecil sambil melempar tatapan ke sembarang arah. Si Ji itu sepertinya tidak senang dengan apa yang baru saja Hyunjae katakan. Hingga pada detik kesekian, ia kembali menatap Hyunjae--kali ini dengan tatapan malasnya.

"Kak, lo tahu apa masalah kita. Bisa gak lo gak usah ribet kayak gini?"

Tidak langsung menjawab, Hyunjae memilih mengangguk lebih dulu, "Kasih gue alasan kenapa gue harus ngasih tahu keadaan Minho sama lo."

"Karna gue sahabatnya."

"Sahabat?" tanya Hyunjae tak percaya, "Yakin lo? Gue denger dari Jihyo, lo sama temen-temen lo gak pernah jengukin Minho selama dia di rumah sakit sampe keluar. Kalian cuma ke sana pagi, yang malamnya Minho kecelakaan buat ngusir Chan terus pergi gitu aja."

"Kita sibuk, ada kerjaan."

"Then, orang lain gak ada kerjaan," Hyunjae masih menyahut santai sebelum kembali menatap Changmin malas, "Gue gak akan kasih tahu."

"Oke, gue gak akan maksa. Tapi kali ini, gue mohon. Bukan gue, ada orang yang pengen tahu keadaan Minho sekarang. Dia khawatir."

"Siapa?"

•oblitus•

















Thank you...

o b l i t u s •• banginho/minchanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang