🍷 Tiga Puluh Tujuh

282 45 2
                                    


Selama menunggu Minho yang bertemu teman-temannya, Chan pergi menemui Younghoon. Sepupunya itu sedang mengurus sebuah pekerjaan di suatu tempat yang tak jauh dari cafe di mana Minho bertemu dengan teman-temannya. Dan selama itu, tidak banyak hal yang mereka bahas. Younghoon yang sibuk dengan pekerjaannya membuat mereka hanya membahas beberapa hal kecil tentang ingatan Minho.

Lalu, saat keduanya kembali diam, ponsel mereka bergetar kompak--membuat keduanya saling melirik. Sudah dapat dipastikan jika itu dari Juyeon atau Hyunjae. Dan tentunya, itu adalah sesuatu yang penting.

Younghoon melepas pekerjaannya untuk meraih ponselnya, gerakan serupa juga dilakukan Chan. Keduanya melihat apa yang terjadi di sana sebelum Younghoon melempar tatapan pada Chan.

"Lo tinggalin Minho di mana tadi?"

"Di cafe depan kantornya Seonghwa."

"Ke sana buru! Jangan sampe Minho ketemu sama mereka." respon cepat Younghoon membuat Chan tidak berpikir dua kali untuk melakukan itu. Ia bahkan tidak mengatakan apapun dan langsung pergi begitu saja.

Berusaha dengan cepat, Chan akhirnya tiba di cafe tempat Minho bertemu dengan teman-temannya. Tapi, ia sama sekali tidak menemukan si manis di sana. Meraih ponselnya untuk menghubungi Minho, nomor bocah itu malah tidak aktif.










•oblitus•











"Ikut ya? Hongjoong ada di kafetaria kantor."

Minho jadi menghentikan langkahnya begitu ucapan Seonghwa sampai ke telinganya. Mereka saat ini sudah berada di depan kantor Seonghwa. Tadi, ia tiba-tiba saja diajak pergi dari cafe, tapi tidak tahu akan ke mana. Dan saat mereka sudah sampai di situ, ia tidak yakin untuk tetap ikut dengan mereka.

Menatap kedua temannya itu beberapa saat lagi, pemilik marga Lee itu lalu menggeleng kecil.

"Gak, gue mau pulang aja."

"Tapi, No, Hongjoong pasti seneng kalo ketemu sama lo."

Changmin berucap kemudian, dijawab Minho dengan gelengan yang sama, "Tapi gue gak."

Jawaban Minho setelah itu membuat kedua temannya itu diam. Jika Seonghwa nampak bisa menerima jawaban Minho--karena keadaannya--lain lagi dengan Changmin yang jelas tidak terima. Ya, si Ji itu tidak terima, tapi ia juga tidak bisa melakukan apa-apa karena ujungnya Minho juga pasti tidak akan senang bertemu dengannya.

"Ya udah kalo gitu. Pulangnya sama Bang Chan?"

Minho mengangguk cepat ketika Seonghwa mengajukan pertanyaan itu.

"Kita tungguin sampe dia datang?"

Kali ini si manis menggeleng, "Gak usah. Kalian masuk aja."

"Gak apa-apa?"

"Gak apa-apa."

"Ya udah kalo gitu. Kita masuk ya. Lo hati-hati."

Minho mengangguk dengan senyuman yang menghiasi wajahnya, "Kalian juga hati-hati."

Seonghwa dan Changmin segera pergi setelah Minho mengatakan kalimat tadi. Sementara pemilik marga Lee itu beralih meraih ponselnya. Ia harus menghubungi Chan untuk menjemputnya sekarang. Tapi, belum juga tangannya mengeluarkan benda persegi itu dari saku jaketnya, sebuah sentuhan di pundaknya membuat ia menoleh. Keningnya lantas berkerut saat melihat siapa di sana.

"Gue kira gue salah, ternyata emang bener lo."

Orang itu berucap lebih dulu, tapi Minho masih pada posisi yang sama sebelum mengajukan pertanyaan lain.

"Kok lo di sini? Kata Seonghwa lo lagi di kafetaria kantor."

Apa yang Minho katakan itu sukses membuat Hongjoong--orang itu--menatapnya dengan kening yang berkerut.

"Seonghwa? Lo ketemu sama Seonghwa?"

"Sama Changmin juga," jawab Minho sambil mengangguk dua kali--membuat Hongjoong tersenyum begitu saja.

"Gue tahu, lo tuh sebenarnya bohong doang. Lo gak beneran amnesia. Lo lagi ngerencanain apa sih, No? Lo kalo mau ngehancurin Bang Chan, ajak-ajak gue dong."

"Lo ngomong apa sih?"

"Lo gak beneran amnesia kan...."

Hongjoong terus berucap--yang tentunya sama sekali tidak Minho pahami. Membuat si manis bermarga Lee itu jadi malas mendengarnya. Jadinya, pemilik marga Lee itu memilih mengalihkan tatapannya ke arah lain. Dan entah sial atau apa, saat itu juga maniknya malah menangkap eksistensi seseorang yang membuat berbagai perasaan tidak menyenangkan menyerang dirinya. Hingga tanpa disadarinya, kakinya melangkah begitu saja untuk pergi menghampiri orang itu--mengabaikan Hongjoong dan semua omong kosongnya.

Tapi saat ia belum tiba di hadapan orang itu, sebuah tarikan kuat pada lengannya membuat ia menoleh kesal.

"Apaan sih?"

"Lo mau ngapain?"

"Kak Chan?"

Ya, yang menarik Minho itu Chan dan si manis nampak tidak tahu harus menjawab pertanyaan yang lelaki Bang itu ajukan dengan apa.

"Lo mau ngapain?"

"Aku... mau, ketemu sama..."

"Gak boleh."

"Tapi kak..."

"Gak usah aneh-aneh. Gue bilang gak boleh ya gak boleh."

"Tapi kak, aku..."

"Gak bisa, Lee Minho. Lo bakal gue pertemuin sama dia, tapi gak sekarang. Gak boleh sekarang, yang ada lo dalam bahaya. Gue gak mau lo kenapa-napa."

"Kak..."

"Nurut sama gue!" Chan berucap cepat saat Minho akan berucap lagi, "Bisa kan?"

"Gak usah ngarep dia nurut sama lo. Minho ada cuma buat ngehancurin hidup lo."

•oblitus•




















Thank you...

o b l i t u s •• banginho/minchanWhere stories live. Discover now