🍷 Lima Puluh Enam

285 46 2
                                    

“Pulang sama Jihyo dulu, nanti gue nyusul.”

“Gak mau!”

“No...”

“Mau ikut.”

“Minho, lo gak bisa ikut.”

“Gak mau! Pokoknye gue ikut.”

Selanjutnya, tanpa peduli apa yang akan Chan katakan, Minho bergerak lebih dulu untuk masuk ke mobil lelaki itu. Tadi, ia sudah disuruh untuk pulang lebih dulu ke apartemen Chan bersama Sangyeon dan Jihyo. Tapi, ia menolak dengan keras—mau ikut Chan, yang katanya harus menyelesaikan urusannya.

Chan sendiri hanya bisa menghela napas. Sebenarnya tidak masalah jika Minho ikut dengannya. Hanya saja, ia ingin bocah itu pulang dan istirahat. Terlalu banyak hal mengejutkan yang terjadi hari ini.

Tapi, kalau Minho sudah masuk ke dalam mobilnya, ia bisa apa?

Ikut masuk ke dalam mobil, Chan menemukan Minho yang sudah duduk di jok sebelahnya dengan wajah merengut. Kedua tangannya dilipat di bawah dada dan bibirnya mencebik tidak senang. Hal itu membuat Chan mendengus lagi sebelum bergerak mendekati si manis untuk memasang sabuk pengamannya.

“Gak usah gitu bibirnya. Sengaja biar gue cium apa gimana?” Tanya lelaki Bang itu saat ia memasang sabuk pengamannya. Ia sesekali melirik Minho yang masih pada posisi yang sama. Tapi, bocah itu nampak acuh dan tidak peduli.

“Serah. Yang penting gue ikut sama lo.”

“Ya udah, sini deketan.”

Bagai kerbau yang dicucuk hidungnya, tanpa protes dan ucapan yang lain, Minho kembali melepas sabuk pengamannya dan mendekatkan diri ke arah Chan. Sukses saja membuat lelaki Bang itu melotot dan menyentil kening si manis.

“Anjing, sakit.” Minho meringis kesakitan, mengelus keningnya sambil kembali duduk dengan benar.

“Ya, lo mau ngapain?”

“Katanya lo mau cium.”

Tidak langsung menjawab ucapan Minho, Chan memilih menatap pemilik marga Lee itu selama beberapa saat. Setelahnya, ia menatap ke arah stir mobil lalu Minho lagi, stir mobil lagi dan Minho lagi.

“Kenapa sih?” Minho bertanya lebih dulu saat lelaki Bang itu masih menatapnya dan stir mobil bergantian. Dijawab dengan gelengan cepat oleh Chan. “Gak deh, gak. Jangan, maksudnya.”

“Hah?”

“Jangan sekarang ciumnya.” Chan menjawab cepat sambil menghidupkan mesin mobilnya. “Kalo sekarang ciumnya, yang ada gue gak bisa pergi buat ngelarin masalah ini. Jadi jangan sekarang. Nanti aja pas udah di apartemen.”

“Mau lo ya, kak.”

“Lah kenapa? Lo juga mau, kan?”













•oblitus•












Hyunjae memincingkan matanya saat melihat Sangyeon, Jihyo dan Younghoon masuk ke apartemen Chan. Ia terus menatap setiap pergerakan yang mereka lakukan hingga mereka duduk di sofa yang ada di ruang tengah. Menatap sekilas ke arah pintu yang sudah tertutup, ia yang semula akan ke dapur jadi kembali ke ruang tengah dan bergabung dengan mereka semua dan Juyeon.

“Kok cuma lo bertiga? Chan mana?” Tanya si Lee yang satu itu kemudian.

“Ngikutin Hongjoong.” Jawaban itu diberikan Younghoon. Ia lalu meraih salah satu bungkus kripik—milik Hyunjae—yang ada di atas meja dan memakannya begitu saja.

“Minho?”

“Ya ikut Chan-lah. Jihyo sekarang udah gak ada harganya di mata adeknya.” Kali ini jawaban diberikan Sangyeon.

“Bukan sekarang aja sih, Yeon. Dari dulu.”

“Hoon, mulut lo mau gue amplas?” Pertanyaan yang Jihyo ucapkan setelah itu sukses membuat Younghoon menyengir pada kakak Minho itu, sebelum bergumam meminta maaf.

“Btw, gue masih gak ngerti sama yang barusan. Tadi itu apaan sih?” Hyunjae bertanya lagi dan tiga orang yang baru datang itu hanya mengendik.

“Ya, lo pikir kita ngerti?” Younghoon menjawab lebih dulu. “Gue aja bingung tiba-tiba disuruh ngikutin dia pas di belokan mau ke rumah gue. Sampe di sana malah disuruh masuk terus nembak orang.”

“Chan ngerencanain sesuatu di belakang kita, ya?” Pertanyaan ini dari Jihyo.

Tapi semua yang ada di situ kembali menggeleng tidak paham. “Mana tahu? Pas tadi gue kasih tahu dia kalo lo ngechat soal Hongjoong yang gak bawa Minho ke rumahnya Younghoon juga dia kaget.”

“Lah, ada apa sih?”

“Kayaknya emang ada rencana lain di belakang kita.” Ucapan Juyeon setelah itu sukses membuat semua menatap lelaki itu. “Tapi dia gak sendiri.”

“Maksud lo?”

“Ya kalo dia mau buat rencana yang sampe bikin kita juga bingung kayak tadi, dia gak mungkin sendiri. Dia pasti sama orang lain. Hongjoong atau Minho. Atau mungkin dua-duanya.”

“Tapi kan mereka bertiga?”

“Ya lo semua mikir aja dong. Kalo dia masih gak akur sama Hongjoong, gak mungkin dia tahu kemana Hongjoong bawa Minho. Dia juga gak akan tahu apa yang terjadi di dalam rumah itu sampe nyuruh Younghoon nembak bokapnya Hongjoong. Dan yang paling penting, dia gak mungkin nyuruh semua anak buah kalian dibagi jadi dua tim.”

“Chan sinting. Tapi serius, gue masih belum ngerti.”

•oblitus•




















Thank you...

o b l i t u s •• banginho/minchanWhere stories live. Discover now