🍷 Empat Puluh Lima

295 45 2
                                    


Waktu berlalu cukup lama dan Hongjoong masih pada posisi yang sama. Minho tidak tahu pasti apa yang lelaki itu pikirkan dan ia tidak mau pusing memikirkannya. Mengetahui fakta bahwa lelaki itu ikut andil dalam menciptakan luka terbesar dalam dirinya, Minho merasa sudah tidak seharusnya mereka saling berhubungan. Tapi entah kenapa, ada sebagian kecil dari dirinya yang memintanya untuk menunggu lelaki itu bicara. Paling tidak, ia harus tahu alasan sebenarnya kenapa Hongjoong melakukan semua itu padanya.

Diamnya Hongjoong membuat si manis mendengus begitu saja. Tangannya lalu bergerak--melepas tangan Hongjoong yang sejak tadi menggenggam lengannya. Detik berikutnya ia mulai mundur selangkah demi selangkah.

"Jangan temuin gue sampe lo mau bilang apa alasannya."

Kali ini Minho benar-benar berbalik dan pergi. Tidak peduli lagi jika Hongjoong akan memanggilnya. Hatinya sakit dan ia butuh waktu untuk mengatasi rasa sakit itu.

Keluar dari cafe, Minho hendak langsung menuju halte untuk naik bus dan pulang. Ia tidak ingin menelpon Hyunjin untuk menjemputnya karena tidak ingin bocah itu banyak bertanya atau sekedar melihat tatapan terlukanya.

Tapi, belum juga ia berjalan lebih jadi dari cafe, cekalan pada tangannya membuatnya berdecak kesal. Ia pikir itu Hongjoong sehingga mau ia abaikan begitu saja. Tapi begitu maniknya melihat siapa yang mencekal tangannya--yang kini sudah berpindah di hadapannya, ia jadi diam begitu saja di tempatnya.

"Sori, sori... Gue tahu lo gak mau punya urusan atau ngomong sama gue karna gue pacar kakak lo. Tapi, No, kali ini aja. Bentar doang, gue janji gak akan lama."

Sangyeon--orang itu--berucap cepat saat Minho melempar tatapan tidak senang ke arahnya. Ia juga perlahan melepaskan tangan Minho yang ia cekal.

"Mau apa?" tanya si manis kemudian.

Jeda sesaat, Sangyeon kemudian memasang wajah serius--yang lebih serius dari saat ia meminta Minho untuk bicara dengannya.

"Lo ada masalah apa sama Chan?" satu pertanyaan Sangyeon ajukan kemudian dan itu sukses membuat tatapan tidak senang Minho padanya semakin menjadi. "Bukan maksud gue buat ikut campur urusan kalian. Tapi gue sama temen-temen gue--bahkan kakak lo--kita udah gak tahan liat dia kayak sekarang. Dia beda dari biasanya, kayak orang kebanyakan beban tapi gak mau cerita. Oke, kita semua tahu kalo lo udah ingat lagi dan hubungan kalian emang gak sebaik itu. Tapi dia gak sama kayak sebelum lo kecelakaan."

Sangyeon selesai dengan ucapannya dan Minho nampak berpikir sebentar. Setelahnya, pemilik marga Lee itu mengajukan sebuah pertanyaan.

"Kenapa lo nanya sama gue?"

"Karna yang terakhir dia temuin sebelum dia jadi kayak gini tuh elo."

"Dari mana lo tahu kalo dia ketemu sama gue?"

"Dia sendiri yang bilang."

Jawaban Sangyeon setelah itu membuat Minho diam lagi. Kali ini si manis berpikir lebih keras--memikirkan apa saja yang terjadi di pertemuan terakhirnya dengan Chan hari itu. Lalu ketika ia mengingat semuanya, ia jadi menggeleng kecil sebelum melempar tatapannya pada pacar sang kakak.

"Gak ada masalah apa-apa di antara kita. Terakhir ketemu juga semuanya baik-baik aja. Dia cuma meluk gue habis berantem sama bokapnya. Habis itu udah gak ada lagi." Minho diam sesaat lagi. Sedang Sangyeon juga diam, sepertinya lelaki itu juga ikut memikirkan apa yang ia pikirkan sekarang.

"Tapi, kenapa lo gak mikir kalo dia jadi kayak gitu karna berantem sama bokapnya?"

Satu pertanyaan Minho ajukan dan Sangyeon langsung menatapnya. "Dia udah sering berantem sama bokapnya. Lo yang lebih lama kenal dia pasti lebih tahu. Dia gak pernah kayak gitu setiap kali berantem sama bokapnya."

Jawaban yang Sangyeon berikan membuat Minho mengangguk kecil--paham sekali tentang hal itu. Mengenal Chan sejak kecil, pertengkaran lelaki Bang itu dengan ayahnya tentu bukan hal baru. Dan setiap selesai bertengkar, Chan akan kembali menjadi seperti semula. Tidak ada murung atau sejenisnya--seakan ia benar-benar tak memikirkan dan menyesal akan pertengkaran itu.

Di antara kesibukannya memikirkan itu, pertengkaran Chan dan sang ayah hari itu kembali terlintas di kepalanya. Ia melihat semua yang terjadi hari itu, termasuk Chan yang berani maju untuk menonjok sang ayah. Lelaki itu berani menonjok ayahnya karena pria itu menyebut ibu Chan dengan sebutan 'jalang'. Dan sebelum kata jalang itu disebut...

Kembali menatap Sangyeon yang masih sibuk dengan pikirannya sendiri, pemilik marga Lee itu lalu mengajukan pertanyaan yang membuat kekasih kakaknya itu menatapnya heran.

"Kak? Kak Chan di mana sekarang?"

"Lo gak salah mang..."

"Kak Chan di mana sekarang?"

"Lo mau ngapain?"

"Gue mau ketemu..."

•oblitus•



















Thank you...

o b l i t u s •• banginho/minchanWhere stories live. Discover now