🍷 Dua Belas

414 59 0
                                    

"Kok bisa hilang sih, Jin?"

Jihyo bertanya dengan nada tak percaya bercampur frustasi. Tatapannya bahkan tidak dapat menyembunyikan betapa ia juga khawatir saat ini. Tadi, ia masih di kantor untuk mengerjakan beberapa hal dan Hyunjin tiba-tiba menelponnya dengan laporan Minho hilang.

Bagaimana bisa?

Seingatnya, kedua adiknya itu diam saja di rumah seharian ini. Lalu, bagaimana bisa Minho hilang? Dan yang lebih membuatnya banyak berpikir adalah...

Bagaimana Minho bisa hilang di club? Bagaimana adiknya itu bisa sampai ke sana?

"Gue juga gak tahu, kak," jawab Hyunjin sama frustasinya, "Seingat gue, kak Minho masih jalan di belakang gue pas masuk ruangan ini. Gue sama sekali gak tahu dia ke mana atau ketemu sama siapa."

"Lo juga kenapa sih pake acara bawa dia ke sini?" lagi, Jihyo bertanya, "Kan gue udah bilang jangan bawa dia ke sini."

"Tapi kak Minho yang mau ikut, kak. Gue juga inget pesen bang Chan buat gak ninggalin dia sendiri di rumah. Makanya gue bawa."

"Terus ini sekarang gimana, Jin? Kalo dia lagi baik-baik aja gue gak akan masalah dia mau ngilang ke mana aja."

"Ya sama, kak. Kita coba cari lagi...."

"Bentar!"

Hyunjin belum menyelesaikan ucapannya, tapi Jihyo memotongnya dengan satu kata. Kakak Minho itu lalu meraih ponselnya dan melihat apa yang terjadi di sana. Ada sebuah pesan datang dari Hyunjae.

"Yang?"

Lalu, saat ia masih sibuk dengan mencerna isi pesan itu, Sangyeon yang tadi ia mintai tolong untuk memeriksa CCTV kembali dengan raut wajah yang tak bisa ia jelaskan.

"Gimana?" tanyanya ketika Sangyeon sampai di depannya, "Ada?"

Dijawab kekasihnya itu dengan anggukan kecil, "Gak usah khawatir, Minho sama Chan."

"Gak bisa!" tapi Jihyo jawab dengan penolakan keras, "Chan belum tahu kalo Minho amnesia. Kita harus ke apartemen Chan sekarang."

"Emang mereka beneran ke apartemen Chan?"

"Hyunjae barusan ngechat, katanya Chan bawa Minho ke sana."








•oblitus•













Minho ngos-ngosan, lalu memukul kuat dada Chan agar lelaki itu berhenti menyerang bibirnya. Ini agak menyesakan dan ia butuh lebih banyak oksigen. Tolong katakan pada Chan untuk menghentikan ini sebentar! Karena ya, sudah hampir setengah jam sejak ia tidak melakukan apa yang Chan minta--untuk melepas bajunya--dan tidak menjawab pertanyaan lelaki itu, ia diserang dengan ciuman ganas yang entah kapan akan berakhir. Ia bahkan kini sudah berbaring di atas ranjang besar milik Chan dan lelaki itu yang menindihnya--dan terus menciumnya.

Sementara Chan yang mendapat pukulan di dadanya perlahan melepas ciumannya. Matanya lalu bergerak menatap Minho yang masih sibuk menghirup oksigen sebanyak-banyaknya. Wajah indah bocah itu merah padam dengan bibir yang basah dan membengkak. Area sekitat bibir si manis juga basah karena apa yang ia lakukan. Tapi demi apapun, pemandangan Minho dalam keadaan seperti ini benar-benar indah di mata Chan.

Mengulurkan tangan kanannya, Chan lalu meraih helaian rambut si manis yang nampak berantakannya. Dirapikannya rambut itu sebelum mendaratkan sebuah ciuman lembut di kening si manis sebelum merunduk lagi dan menatap Minho--yang juga sudah menatapnya juga.

"Kamu... gak akan ngapa-ngapain aku, kan?"

Pertanyaan itu lalu lolos begitu saja dari bibir si manis, terdengar sangat lirih, membuat helaan napas beratnya keluar begitu saja. Detik berikutnya, ia berpindah posisi ke samping Minho. Berbaring di sana dengan nyaman sebelum bergerak menarik si manis masuk ke dalam pelukannya. Satu kecupan lagi ia berikan pada kening Minho sebelum menepuk pelan puncak kepala yang lebih muda.

"Tidur. Udah malam."

"Tapi aku mau pulang."

"Besok aja baru gue pulangin lo."

"Gak mau, nanti kak Ji khawatir."

"Gak. Ji gak akan khawatir kalo tahu lo ada sama gue."

Minho tidak langsung menjawab ucapan Chan. Ia lebih memilih mendongak kecil, menatap Chan yang kini sudah memejamkan matanya dan terlihat tidur dengan tenang.

Ia masih bingung, sebenarnya siapa orang ini?

Kenapa juga ia mau-mau saja melakukan semua hal ini dengannya? Mulai dari berciuman hingga bertukar saliva dan bahkan mereka kini tidur di atas satu ranjang yang sama dengan keadaan berpelukan. Astaga, lelaki itu bahkan tidak pakai baju sekarang. Yang di depannya benar-benar dada bidang telanjang--yang sialnya begitu nyaman ketika pipinya menempel di sana.

"Gue bilang tidur, No. Udah malam."

"Tapi aku mau pulang."

"Besok pagi gue pulangin lo. Gak usah khawatir."

"Mana bisa gak khawatir, aku takut tahu."

"Takut apa?"

"Takut kamu apa-apain aku."

Jawaban Minho itu terdengar sangat lirih, membuat Chan membuka matanya. Dua detik kemudian, lelaki itu merunduk dan langsung menatap manik indah Minho yang juga menatapnya dengan tatapan takut. Beberapa saat kemudian, ia menghela napas berat sebelum kembali membawa kepala Minho untuk bersandar nyaman di dadanya.

"Tidur. Sebrengsek-brengseknya gue, gue gak akan bisa ngelakuin itu ke lo. Karna gue sayang banget sama lo."

"Hah?"

•oblitus•


















Thank you...

o b l i t u s •• banginho/minchanWhere stories live. Discover now