🍷 Lima Puluh Sembilan

292 44 0
                                    

Apartemen Chan malam ini kosong. Juyeon dan Hyunjae yang selama beberapa waktu belakangan menginap di situ sudah pulang. Younghoon, Sangyeon dan Jihyo juga sudah pulang. Minho tadinya masih di situ bersama pemilik apartemen, tapi belum sampai sejam, ia sudah merengek pada Chan ingin pulang. Berakhir lelaki Bang itu mengantarnya pulang dan jadi tinggal dengannya di rumah.

Chan sendiri tidak tahu apa motivasi Minho untuk menahannya di rumah keluarga itu, tinggal bersama si manis, kakak dan sepupunya. Yang jelas, ia sudah merasa cukup lebih baik bersama Minho dan sudah hampir dua minggu ia tinggal di situ.

Oh ya, dua minggu belakangan ini, Minho sudah memperbaiki semua yang salah dengan ketiga sahabatnya yang lain—juga Hongjoong. Mereka semua jelas kaget tentang bagaimana sebenarnya orang tua Hongjoong. Ternyata, di balik kebaikan yang selama ini para orang tua itu berikan, ada niat buruk yang mereka sembunyikan. Tapi, setidaknya mereka bersyukur, Hongjoong masih bisa menggunakan hati dan pikirannya dengan baik.

Hasil akhirnya, hubungan si manis dengan keempatnya membaik. Tentang Hongjoong, Minho berusaha melupakan apa yang sudah terjadi. Lagi pula, lelaki itu tidak sepenuhnya bersalah. Ia hanya melakukannya karena paksaan. Dan ia tidak mau menjadi orang berhati kotor yang selamanya akan hidup dalam kebencian karena hal itu. Dari pada hal itu, ia lebih memilih untuk memperbaiki semuanya.

Sekarang, satu per satu masalah mulai pergi. Tidak banyak lagi yang membuat mereka hidup dalam ketakutan dan rasa waspada. Hanya saja, masih ada beberapa hal yang tertinggal. Hubungan Chan dengan ayahnya belum membaik. Lelaki Bang itu sendiri tidak tahu bagaimana memperbaikinya. Ia diusir tanpa pengakuan, lalu apa yang bisa ia lakukan untuk itu?

“Chan?”

Chan sedang di ruang tengah, duduk santai di sana sambil menunggu Minho yang katanya pergi ke dapur untuk mengambil es krim miliknya. Lalu, saat Jihyo datang dan memanggilnya, Minho juga masuk ke ruangan itu dengan tangan kanan membawa es krim dan tangan kiri membawa sepiring buah-buahan.

“Udah pulang, kak?”

Tapi, pertanyaan itu diberikan Minho. Si manis sudah meletakan piring buahnya di atas meja dan kini duduk di samping Chan sebelum menyelipkan tubuhnya di antara lengan dan tubuh lelaki Bang itu.

Jihyo sendiri hanya mengangguk, sebelum berjalan mendekati mereka dan memberikan sebuah amplop putih pada Chan. “Titipan dari Younghoon.”

“Apaan?”

“Gak tahu.” Menjawab sambil  mengendik, Jihyo lalu melirik ke arah amplop yang sudah berpindah ke tangan Chan. “Dari rumah sakit kayaknya. Tuh ada logonya.”

Mengerutkan keningnya karena bingung, Chan masih menatap lama amplop di tangannya itu. Ada apa sampai Younghoon memberikan benda dari rumah sakit padanya? Seingatnya ia tidak sedang sakit atau pernah meminta sesuatu yang berbau rumah sakit pada sepupunya itu.

“Buka aja sih, kak. Jangan kayak orang bego!”

“Mulut lo ya.”

“Kenapa?”

“Gue cium ya nanti.”

“Kenapa harus nanti? Sekarang aja nih.”

Minho sudah mendongak, menatap Chan dengan bibir dimajukan—minta dicium. Dan Chan juga sudah merunduk, hendak menyambut bibir mungil si manis. Tapi, gerakan Jihyo yang menabok kepala keduanya membuat mereka kompak menoleh dan menatapnya tidak senang.

“Heh, masih ada gue di sini ya, jing! Lo berdua kalo mau cium sampe nganu di kamar aja sana!”

Berucap kesal, Jihyo sukses membuat Minho menatapnya penuh drama. “Kak, kok kakak tega ngasih aku ke kak Chan kayak gitu? Kalo aku diapa-apain gimana?”

“Kamunya juga udah nyerahin diri ke dia, jadi gak usah nyalahin kakak.” Menjawab acuh, Jihyo kembali menabok kepala Minho. “Stres gue liat kelakuan lo berdua. Kayaknya gue harus ketemu sama bokap lo deh, Chan, buat bilang sama dia kalo berdua harus dinikahin, secepatnya. Bisa-bisa nih bocah stres tekdung duluan dan gue punya ponakan...”

“Kak?”

Jihyo belum menyelesaikan ucapannya saat Hyunjin tiba-tiba datang ke ruangan itu. Raut wajah bocah itu tidak terbaca, membuat ketiga kakak itu jadi menatapnya bingung.

“Kenapa, Hwang?”

“Ada papanya bang Chan di depan. Katanya mau ketemu sama bang Chan.”

“Ih, kok datang aja sih om?” Kali ini, Chan belum menjawab ucapan Hyunjin, tapi Minho yang lebih dulu memberikan reaksi tidak senang. “Aku kan belum ciuman sama kak Chan.” Lanjutnya lagi dan kembali membuatnya mendapat tabokan dari Jihyo.

“Cium mulu yang lo pikirin. Gue kurung juga lo lama-lama kalo kayak gini terus.”

“Kok lo jahat sih?”

“Habisnya kelakuan lo makin ngadi-ngadi sih. Masih bagus tuh lo balik lagi kayak sebelum lo amnesia tuh. Gak apa-apa ngeselin minta ampun, yang penting lo gak sinting kayak gini.”

“Heh, jangan dong, Ji! Gue yang susah nanti.”

Minho merengut tidak senang dan ucapan tadi datang dari Chan. Kedua orang itu kini sudah duduk dengan tangan saling memeluk, membuat Jihyo menatap mereka dengan tatapan super tajam.

“OM! CEPET NIKAHIN MEREKA BERDUA. AKU UDAH CAPE LIAT ORANG BERBUAT MAKSIAT DI SINI! YANG ADA OM PUNYA CUCU DULUAN KALO KAYAK GINI CARANYA.”

"GUE COWOK, KAK JIHYO IIHH!!!"

•oblitus•













Thank you...

o b l i t u s •• banginho/minchanOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz