🍷 Empat Puluh Dua

266 45 0
                                    



"Gimana? Nemu?"

Younghoon yang baru saja sampai di apartemen Chan jadi menggeleng kecil begitu Hyunjae mengajukan pertanyaan itu padanya. Detik berikutnya, saudara sepupu Chan itu lalu mengambil tempat duduk di samping Chan, berhadapan dengan Sangyeon dan Jihyo.

"Gak ada, njir. Kayaknya emang sengaja disembunyiin."

"Jadi gimana?" Pertanyaan itu datang dari Sangyeon dan semua mata langsung tertuju pada Juyeon. Sedang lelaki Lee satu itu sibuk sebentar dengan laptopnya sebelum menjawab pertanyaan temannya. "Kita hanya butuh strategi yang lebih matang buat nangkap tuh orang. Karna kalo kita asal maju aja kayak kemarin, bisa lebih bahaya lagi."

"Lo punya rencana?"

"Masih gue susun. Untuk sementara, kita cari tahu dulu kenapa Chan juga jadi targetnya dia. Karna dari semua penyelidikan sampe saat ini, kita cuma nemu hubungannya sama Jihyo Minho."

"Nah iya lo bener juga. Dia yang bunuh orang tuanya Ji sama Minho, kerja sama sama perusahaan mereka. Kita gak tahu, tapi dia kayaknya emang punya masalah pribadi sama keluarga kalian. Dari semua fakta itu, gak ada satupun yang merujuk ke Chan atau keluarganya. Hanya istrinya yang pernah punya hubungan sama bokap Chan, tapi setelah semua pernikahan itu, mereka gak berhubungan lagi."

"Udah seharusnya kan kita nyelidikin ini lebih lanjut?"

"Bener."

"Gimana, Chan, menurut lo?"

Satu pertanyaan diajukan Hyunjae dan semua mata langsung terarah pada si pemilik apartemen--yang tanpa mereka sadari sejak tadi hanya diam dan tidak bergabung dalam obrolan penting mereka. Lelaki Bang itu hanya duduk tenang dan terlihat seperti sedang memikirkan banyak hal.

"Chan?" Younghoon yang duduk tepat di sampingnya, berinisiatif menepuk pundak sepupunya itu. Dan di luar dugaan mereka, lelaki Bang itu hanya mengerjap sekali sebelum menoleh dan menatap Younghoon.

"Gimana?"

"Apa?"

Younghoon bertanya, tapi bukan jawaban yang mereka dapatkan. Nyatanya, Chan malah mengajukan pertanyaan lain--yang membuat mereka semakin bertanya-tanya. Ada apa dengannya?

"Chan, lo oke?"

Pertanyaan datang dari Jihyo dan lelaki Bang itu langsung melempar tatapannya pada sang sahabat. Ada raut khawatir di wajah Jihyo, yang seketika saja membuat sahabatnya itu jadi tersenyum kecil dan mengangguk.

"Gue gak apa-apa, kok."

"Beneran?" Lelaki Bang itu mengangguk begitu saja, terlihat sangat menyakinkan.

Diam sesaat, Jihyo lalu melirik orang-orang yang ada di ruangan itu sebelum mengajukan pertanyaan lain--lebih kepada Chan lagi.

"Btw, adek gue mana?"

Semua mata kembali mengarah pada Chan dan Hyunjae langsung mengajukan pertanyaan lain setelahnya.

"Lah iya. Chan, gak lo jemput?"

Diam selama beberapa saat, Chan lalu menggeleng begitu saja. "Dia di rumah kalian, Ji."

"Terus lo gak jemput dia?" Hyunjae kembali mengajukan pertanyaan yang sama. "Kata lo tadi setelah nganterin dia ke sana kan mau jemput dia lagi buat tinggal sini."

Lanjutan ucapan Hyunjae disetujui semua yang tadi sempat mendengar apa yang lelaki Bang itu katakan. Tapi, Chan lagi-lagi hanya menggeleng.

"Tapi, Chan, adek gue mau tinggal sama lo sampe waktu yang gak bisa ditentuin. Lo denger sendiri kan kalo dia bilang dia mau sama lo sampe dia mau pulang?"

"Kayaknya dia udah mau pulang deh, Ji." Menjawab ucapan Jihyo dengan santai, lelaki Bang itu lalu beranjak dari duduknya. "Gue cape, gue masuk duluan ya."

Lalu, tanpa menunggu jawaban dari semua yang ada di ruangan itu, Chan segera berlalu pergi dan masuk ke kamarnya. Kelakuannya tentu saja mengundang tanda tanya di kepala semua orang itu. Masih sama, ada apa dengannya?

"Kenapa dia?" Pertanyaan itu dari Sangyeon.

"Berantem ya sama Minho?" Kalau yang ini dari Younghoon yang langsung saja Hyunjae hadiahi dengan lemparan tisu bekas.

"Mana bisa, anjing?"

"Adek gue lagi amnesia. Modenya kalem, soft banget, gak mungkin berantem."

"Tapi kenapa dah? Sumpah gue penasaran. Chan jadi aneh banget soalnya."

"Yang, coba telpon Minho."

Sangyeon berucap memberi saran, membuat semuanya mengangguk begitu saja. Jihyo sendiri langsung meraih ponselnya untuk menelpon sang adik.

"Kenapa nelpon?"

Jihyo tidak tahu apa yang terjadi, tapi begitu pertanyaan itu ia dengar setelah Minho mengangkat telponnya, ia merasa ada sesuatu yang sudah terjadi. Setelah amnesia, Minho tidak pernah mengajukan pertanyaan dengan nada seperti itu.

"Kamu di mana? Mau dijemput ke apartemennya Chan gak?"

Tidak langsung ada jawaban dari ujung sana dan Jihyo mulai merasakan khawatir yang menyerang dirinya.

"Gak, gue di rumah aja."

"Yakin?"

"Iya."

"Ya udah."

"Ada lagi?"

"Ehm, No, kamu sama Chan kenapa?"

Tak langsung ada jawaban lagi, rasa khawatir Jihyo semakin menjadi.

"Kenapa? Lo khawatir?"

"Ya, ka..."

"Gak usah khawatir. Gue udah ingat semuanya."

"Hah?"

"Lo juga gak usah repot-repot pulang malam ini. Balik aja ke apartemen lo."

•oblitus•


















Thank you...

o b l i t u s •• banginho/minchanOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz