🍷 Dua Puluh Dua

344 49 1
                                    

Younghoon dan Juyeon saling menatap setelah melihat apa yang ada di layar ponsel Hyunjae. Detik berikutnya, ke duanya mendongak, menatap Hyunjae yang tadi setelah ia tiba langsung meletakan ponsel itu ke atas meja dan meminta mereka untuk membaca isinya.

"Ini buat apa?" Juyeon yang lebih dulu mengajukan pertanyaan saat Hyunjae sudah menarik kursi untuk duduk di depannya dan Younghoon. Saat ini, mereka bertiga sedang ada di ruang makan--yang menyatu dengan dapur--di apartemen Chan.

"Cari tahu dia siapa."

Lalu, jawaban yang Hyunjae berikan sukses membuat Juyeon mendengus. Younghoon bahkan hampir melemparnya dengan gelas kosong yang ada di atas meja.

"Je, gak usah ngadi-ngadi deh. Kita ngurusin masalahnya Chan aja belum kelar-kelar, lo mau buat kita ngurus masalah siapa lagi?"

Juyeon yang lebih dulu berucap setelah itu. Lelaki itu kemudian mendengus lagi, menatap laptopnya sebelum menyuruh Younghoon untuk mencocokan beberapa hal dengan yang ada di map di atas meja.

"Justru karna ini masih masalah Chan," Hyunjae menjawab cepat, menatap Juyeon sesaat sebelum menatap Younghoon, "Lo ingat kan, Hoon, orang-orang sekitar rumah yang dipake tuh psiko tahunya itu rumah siapa?"

Younghoon memasang wajah berpikir selama beberapa detik sebelum mengangguk ragu, "Rumahnya anak tuan Kwon."

Hyunjae menjentikan jarinya lalu dengan santai menunjuk kembali layar ponselnya.

"Sat, lo dapat nama ini dari mana?"

"Changmin."

"Changmin?"

Hyunjae mengangguk pasti, kemudian kembali menatap layar ponselnya sesaat sebelum kembali menatap dua orang di depannya itu.

"Tuh orang katanya khawatir sama keadaan Minho. Dia minta Changmin buat nanyain keadaan Minho ke gue."

"Jadi, tadi Changmin mau ketemu sama lo buat nanyain keadaan Minho?" ketika Hyunjae mengangguk sebagai jawaban, Younghoon yang menjadi penanya nampak berdecak tidak percaya, "Kenapa gak sama Jihyo atau Chan aja sih? Kan mereka yang lebih tahu."

Hyunjae mengendik tak peduli, membuat Younghoon juga hanya mendengus sebelum kembali sibuk lagi dengan kegiatannya. Lain lagi dengan Juyeon yang nampak memikirkan satu hal sebelum ia membuka mulutnya untuk mengatakan sesuatu.

"Gimana kalo kita selidikan aja temen-temennya Minho? Dibanding sama nih orang, gue lebih curiga temen-temennya Minho ada hubungannya sama semua ini."








•oblitus•










"Udah kamu pilih?"

Chan tidak dapat menahan diri untuk mendengus kesal ketika ia baru saja tiba--bahkan belum duduk--tapi sang papa sudah mengajukan pertanyaan itu padanya. Rasa kesalnya yang sudah hilang karena baru saja menghabiskan waktu bersama Minho mulai naik lagi dan ia tidak yakin bisa menahannya jika pria di depannya ini terus memaksanya untuk sesuatu yang tidak berguna.

"Gak ada," menjawab pertanyaan sang papa dengan malas, lelaki Bang itu lantas mendudukan dirinya di sofa ruang tengah dengan malas.

"Apanya yang gak ada?"

Pria Bang yang tengah sibuk membaca beberapa hal dari tabletnya itu lantas mendongak, menatap sang putra dengan tatapan datarnya.

"Gak ada yang harus aku pilih," jawab Chan masih acuh, "Aku udah bilang ini sama papa berkali-kali, aku gak mau nikah sama orang pilihan papa."

"Terus kamu mau apa? Nikah sama bocah gak jelas di rumah sebelah? Dia bahkan benci sama kamu, apa yang kamu harapin dari dia?"

Mendengus lagi, tanpa menjawab apa yang sang papa katakan, Chan lantas beranjak dari duduknya. Percuma ia berada di situ lebih lama, sang papa akan terus menuntutnya untuk menikah dengan salah satu orang kenalan papanya. Ia muak, dan perasaan kesalnya semakin menjadi ketika papanya membawa-bawa Minho dalam bahasan itu dan menyebut si manis dengan kata-kata menyebalkan. Chan tidak suka, lebih baik ia pergi dari pada berakhir dengan membuat pria itu babak belur.

"Bang Chan," tapi belum juga tiga meter ia menjauh dari posisinya tadi, suara sang papa kembali terdengar, "Berapa kali saya bilang sama kamu? Jadi anak yang tahu diri," Chan tidak menoleh, ia hanya diam dan menunggu apa yang akan pria itu katakan setelahnya.

"Saya udah besarin kamu, saya udah...."

Sudah tahu kalimat apa lagi yang akan keluar setelah itu, Chan memilih untuk melanjutkan langkahnya. Masa bodoh dengan apa yang akan pria itu lakukan setelah itu. Ia hanya terlalu malas mendengar yang nantinya akan semakin merusak suasana hatinya.

Keluar dari rumahnya dengan emosi yang sama, Chan kembali membating pintu gerbang besi ketika ia keluar dari halaman rumah--seperti yang biasa ia lakukan. Emosinya benar-benar akan meledak, ia berjanji tidak akan memenuhi panggilan papanya--apapun tujuan pria itu memanggilnya.

Hendak melangkah ke arah mobilnya yang diparkir di pinggir jalan, lelaki Bang itu tanpa sengaja menangkap eksistensi Minho dan Hyunjin yang berdiri di depan gerbang rumah mereka--dengan Hyunjin yang nampak menatap khawatir ke arah si manis Lee. Dengan segera, kakinya ia bawa untuk melangkah mendekati keduanya.

"No, lo kena...?"

"Kak Chan..."

•oblitus•

















Thank you...

o b l i t u s •• banginho/minchanWhere stories live. Discover now