🍷 Empat Puluh Satu

275 46 9
                                    



Membuka matanya perlahan, hal pertama yang Minho lihat adalah langit-langit kamarnya. Ia tidak salah, ini benar-benar di kamarnya.

Diam selama beberapa saat, pemilik marga Lee itu lalu menatap ke sekelilingnya. Tidak ada siapa-siapa selain dirinya di kamar itu, membuatnya berpikir apa yang sudah terjadi padanya. Lalu, saat ingatan tentang apa yang telah terjadi itu muncul di kepalanya, ia tidak dapat menahan dirinya untuk menutup wajahnya sambil meringis--sebelum beralih memukul kepalanya sendiri.

"Sialan, gue ngapain aja selama ini?"

Mengajukan pertanyaan pada dirinya sendiri, ia lalu mengubah posisi tidurnya menjadi tengkurap--untuk menyembunyikan wajahnya di bantal--lalu memukul kepalanya berkali-kali.

"Anjing, No, lo hilang ingatan tapi kenapa jadi polos goblok gitu sih, bangsat?"

"Si bangsat itu mikir apa pas gue cium dia duluan?"

"Kenapa juga gue mau tidur sama dia? Mana minta dikelonin lagi."

"Mana gue pernah ngajak dia pacaran lagi. AAAAKKKKHHHHH MAU MATI AJA! MALU GUE, SAT!"

"Kak, lo gak apa-apa?"

Minho jadi tersentak kecil saat suara Hyunjin terdengar. Lalu, saat ia menoleh ke pintu, bocah itu ada di sana dan sedang menatapnya khawatir.

"Kok lo ada di rumah? Gak kerja?"

"Kan lo di rumah, makanya gue disuruh pulang sama bang Chan. Kalo lo di apartemen dia noh baru gue kerja."

"Ngapain dia nyuruh lo balik?"

"Lo gak amnesia lagi kan, kak? Ya gue balik buat jagaian lo. Udah dari lo keluar rumah sakit kan dia selalu nyuruh buat gak ninggalin lo sendirian."

"Hah?"

Minho diam selama beberapa saat, lalu teringat lagi apa yang selalu dikatakan lelaki Bang itu tiap mereka bersama. Lalu, saat ia menyadari sesuatu, ia jadi menatap Hyunjin lagi.

"Terus, dia ke mana?"

"Bang Chan maksud lo?"

Mengangguk ragu, Minho lalu menggumamkan 'iya' beberapa saat setelahnya.

"Pergi. Katanya ada yang harus diurusin." Hyunjin menjawab begitu saja. Bocah itu lalu diam selama beberapa saat sebelum berucap lagi dengan nada yang sedikit tidak yakin. "Terus dia juga bilang, lo gak usah khawatir. Dia gak akan nemuin lo sampe lo sendiri yang minta dia buat datang."

Hyunjin selesai dengan ucapannya dan Minho diam saja. Pemilik marga Lee itu terlihat seperti orang bodoh. Ia tidak tahu harus memberikan reaksi macam apa untuk kalimat-kalimat yang baru saja ia dengar.

"Ehm, kak?" Hingga saat suara Hyunjin terdengar lagi, ia jadi menatap bocah itu. "Kalian kenapa? Kok bang Chan sampe bilang kalo dia gak akan nemuin lo sampe lo sendiri yang minta dia buat datang?"

Pertanyaan lain Hyunjin ajukan dan Minho masih sama seperti sebelumnya. Ia tidak tahu harus menjawab dengan apa. Karena pikirnya, Hyunjin seharusnya bisa paham kenapa Chan tiba-tiba berucap demikian.

"Gak apa-apa, kok."

"Tapi..."

"Hape gue mana, Hwang?"

"Hape? Hwang?" Diam sesaat, Hyunjin lalu menatap Minho dengan tatapan melototnya. "Kak, lo udah ingat?"

Hyunjin tentunya terkejut, selama ini Minho selalu memanggilnya dengan sebutan 'Hwang'. Hanya karena amnesia itu, si kakak tidak ingat dan jadi memanggilnya dengan namanya saja.  Lalu, saat Minho kembali memanggilnya dengan panggilan 'Hwang' ia tentu mengira jika sang kakak pasti sudah mengingatnya.

Mengangguk lagi, Minho lalu kembali mengajukan pertanyaan yang sama. "Hape gue mana?"

"Ada di luar. Bentar, gue ambilin dulu."

Hyunjin segera meleset keluar dari kamarnya. Sedang Minho memilih untuk beranjak dari posisinya dan jadi duduk di pinggir ranjang. Ia diam saja di situ hingga Hyunjin kembali ke kamarnya dengan membawa ponselnya. Lalu, saat sang adik memberikan ponsel itu padanya, ia jadi mengatakan sesuatu yang membuat rasa tak paham muncul di kepala sang adik.

"Kasih kontak Hongjoong ke gue."

"Hongjoong?"

"Hape baru kan ini? Gak ada kontak Hongjoong. Lo punya kontak Hongjoong kan? Kasih ke gue sekarang."

"Lo mau apa, kak, sama kak Hongjoong?"

"Gue ada urusan sama dia."

Hyunjin terlihat ragu untuk memberikan apa yang Minho minta. Tapi, ia tidak mungkin menolak. Karena akan ada masalah lain lagi jika ia menolak. Dan seharusnya ia paham saat ini, Minho sudah tidak amnesia lagi. Artinya, kakaknya itu akan pergi pada Hongjoong, bukan lagi pada Chan.

Hyunjin akhirnya meraih ponselnya dari saku celananya. Bocah itu lalu sibuk selama beberapa saat dengan benda itu sebelum kembali menatap Minho.

"Udah gue kirim, kak."

"Makasih, Hwang."

Menjawab pelan, Minho lalu bergerak cepat membuka pesan Hyunjin yang berisi kontak Hongjoong. Lalu, tanpa menunggu apapun, ia langsung mendial kontak itu. Dan tak butuh waktu lama hingga Hongjoong menjawab telponnya.

"Hallo?"

"Hallo."

"Ini siapa, ya?"

"Minho."

"Minho? No, akhirnya lo..."

"Ayo ketemu." Hongjoong belum menyelesaikan ucapannya, tapi Minho sudah memotongnya dengan satu kalimat bernada datar.

"Ketemu?"

"Ayo ketemu. Ada yang mau gue tanyain sama lo."

•oblitus•



















Thank you...

o b l i t u s •• banginho/minchanWhere stories live. Discover now