🍷 Tiga Puluh

317 52 0
                                    



"Gak apa-apa kan kalo kita gak jadi ke mana-mana."

"Iya, kak. Gak apa-apa. Keadaan emang gak memungkinkan kan?"

"Ke apartemen gue dulu mau?"

Pertanyaan itu Chan ajukan kemudian, tapi tidak langsung mendapat jawaban dari Minho. Karena pemilik marga Lee itu kini sedang menatap yang lebih tua dengan tatapan berpikir. Chan sendiri tidak tahu apa yang si manis itu pikirkan, tapi ia sendiri jadi teringat ketika ia membawa Minho ke apartemennya, ia hampir menerkam bocah itu semalaman.

"Ada Jihyo sama yang lainnya kok di sana. Gue gak akan apa-apain lo."

Lalu, saat Minho tidak juga memberikan jawabannya, ia jadi berucap lebih dulu yang membuat si manis mendengus kecil.

"Aku belum jawab loh, kak."

"Hah?"

"Aku belum jawab loh, kak, apa aku mau ikut ke apartemen kakak atau enggak sama alasannya. Tapi, kenapa kakak udah mikir kalo aku gak mau karna takut kakak bakal apa-apain aku?" ucap si manis cepat. Pemilik marga Lee itu lalu memainkan jarinya dengan mulut yang kembali bergerak mengucapkan sesuatu sebelum membuang tatapannya keluar jendela mobil, "Lagian kan malam itu kakak gak apa-apain aku. Akunya cuma dicium aja."

Jika tadi pertanyaannya yang tidak langsung dijawab Minho, sekarang ia-lah yang tidak langsung menjawab ucapan si manis. Si Bang itu masih sibuk dengan jalanan karena sebentar lagi mereka akan sampai. Dan ketika mereka sudah sampai, ia menghentikan mobilnya dan jadi menatap si manis yang masih diam pada posisi yang sama.

"Kok lo jadi ngomong kayak gitu sih?"

Chan mengajukan pertanyaan, yang sukses saja membuat si manis menatapnya.

"Ngomong gimana?"

"Lagian kan malam itu kakak gak apa-apain aku. Akunya cuma dicium aja. Kedengarannya kayak lo pengen gue apa-apain."

"Heh, sembarangan kalo ngomong!"

Jawaban Chan sukses mengundang reaksi tak terima dari Minho. Si manis itu bahkan langsung melotot tidak senang pada yang lebih tua--membuatnya terlihat semakin menggemaskan, tentu saja.

"Ya habisnya kalimat lo menjurus sih," Chan menyahut begitu saja--berniat menggoda yang lebih muda, "Gue yang dengernya jadi kepikiran. Lo kayak gak rela gitu gak gue apa-apain malam itu. Lo pengen banget ya gue apa-apain malam itu?"

"Gak!"

"Masa sih?"

"Dibilangin gak juga."

"Gak percaya tuh."

"Ya udah kalo gak percaya. Aku gak peduli. Lagian siapa sih yang mau diapa-apain pas baru ketemu?"

"Elo."

Chan menjawab santai, sukses membuat Minho kembali menatapnya dengan mata yang semakin melotot. Tapi, si manis Lee itu tidak mengatakan apa-apa, ia hanya diam entah dengan pemikiran tentang apa.

"Elo yang mau," membuat Chan berucap lagi setelah itu, "Lo bahkan dengan santainya nawarin diri ke gue biar gue gak main sama banyak cewek."

Diam selama bebarapa saat lagi, hingga Minho akhirnya memberikan reaksi untuk semua yang Chan katakan tadi.

"Aku murahan ya di mata kakak?"

"Siapa yang bil..."

"Aku tanya," tapi saat Chan belum selesai memberikan jawaban untuk pertanyaan yang sebelumnya ia ajukan, Minho sudah memotongnya dengan kalimat lain, "Aku murahan ya di mata kakak?"

"Enggaklah. Lo terlalu berharga buat gue."

"Tapi apa yang aku lakuin malam itu beneran kayak orang murahan. Aku jadi mikir, gimana kalo bukan kakak yang aku samperin malam itu? Aku masih baik-baik aja kayak sekarang? Atau aku malah..."

Jika tadi ucapannya yang dipotong, kali ini Chan yang memotong ucapan Minho. Tapi, bukan dengan kalimat lain yang keluar dari mulutnya, melainkan dengan tangannya yang terulur untuk menggenggam tangan si manis.

"Gak akan gue biarin," lelaki Bang itu berucap setelah Minho menatap genggaman tangan mereka, "Kalo bukan gue yang lo samperin malam itu, gue gak akan biarin siapapun macam-macam sama lo. Gue akan cari lo sampe dapat. Lagian, gue yakin kok, malam itu lo gak asal nyamperin gue. Walaupun lo gak inget apa-apa, gue percaya ada hal yang bikin lo datang ke gue."

Diam lagi selama beberapa saat, lelaki Bang itu lalu mengelus pelan tangan yang lebih muda sebelum melepas sabuk pengamannya.

"Udah ya, gak usah pikirin apa yang terjadi malam itu. Yang jelas, gue bakal selalu jagain lo. Mending sekarang kita turun yuk."

Minho belum menjawab, ia memilih menatap keluar jendela sebelum kembali menatap Chan dengan tatapan polosnya.

"Kita udah sampe di apartemen kakak?"

"Belum."

"Terus kita sekarang di mana?"

"Di hotel."

"Mau ngapain?"

"Mau main," menjawab santai, Chan lalu mendekatkan wajahnya dengan Minho, "Kan tadi lo ngomong kayak gak rela gitu gue gak apa-apain lo, jadi gue bakal ngelakuin itu sekarang. Karna di apartemen gue ada temen-temen gue, jadi kita di sini aja ya."

"Kak, gak serius kan?"

"Enggak dong, sayang."

Diam sesaat, Minho kembali menatap keluar sebelum kembali menatap Chan--yang wajahnya masih di depan wajah Minho dengan jarak yang lumayan dekat. Detik berikutnya, tangan Minho terangkat untuk menampar pipi lelaki Bang itu....

"Anjing, No, sakit."

...lalu memberikan sebuah ciuman di sana. Setelah melepas ciumannya, ia menatap Chan yang sempat meringis sambil mengumpat tadi dengan tatapan tajamnya.

"Gak usah ngibulin aku ya, aku tahu kita udah sampe di apartemen kakak."

•oblitus•
















Happy New Year, kalian...💕

Thank you...

o b l i t u s •• banginho/minchanWhere stories live. Discover now