🍷 Lima Puluh Satu

294 44 2
                                    


Chan memarkirkan mobil Younghoon—yang dipakainya—di depan sebuah cafe yang tidak jauh dari rumahnya. Ia lalu menoleh ke jok di sampingnya, di mana Minho duduk dengan tenang di sana—sibuk dengan ponselnya sendiri.

“Dah sampai nih, No.”

Si manis terlihat tersentak kecil sebelum mengalihkan tatapannya dari ponsel. Hal pertama yang ia pilih untuk ia lihat adalah keadaan di luar sebelum menoleh dan menatap Chan.

“Lo ikut kan, kak?” tanyanya kemudian.

Tapi, Chan menggeleng pelan sebagai jawaban. “Gak, gue di sini aja.”

“Kok gitu?”

“Kan Hongjoong maunya ketemu sama lo.” Menyahut santai, Chan lalu menggerakan tangannya untuk melepas sabuk pengaman Minho. “Dah santai aja, gue di sini kok. Gue awasin lo.”

“Beneran ya?”

“Iya. Lagian, mana bisa sih gue ninggalin lo sendirian di sini sama Hongjoong.”

Walau sedikit tidak rela, Minho akhirnya mengangguk saja. “Ya udah, gue ke dalam ya, kak.”

Lalu, saat Chan sudah mengangguk, pemilik marga Lee itu membuka pintu mobil dan keluar dari sana. Ia sempat menatap Chan lagi—melalui jendela yang terbuka—sebelum melangkah untuk masuk ke cafe itu.

Saat sampai di dalam, sudah ada Hongjoong yang duduk menunggunya di salah satu meja. Membuatnya segera melangkah ke arah meja itu dan langsung duduk tanpa menunggu dipersilahkan.

“Jadi, lo mau ngomong apa sama gue?” Dan tanpa basa-basi pertanyaan itu ia ajukan setelah duduk. Entalah, Minho hanya merasa malas untuk bicara dengan Hongjoong saat ini.

“Gak mau pesen sesuatu dulu?”

Hongjoong mengajukan pertanyaan lain dan Minho langsung menggeleng. “Gak.”

Diam sesaat, Minho tidak tahu apa yang Hongjoong pikirkan saat ini. Ia juga malas menebaknya karena merasa itu hanya membuang-buang waktu. Hingga hampir dua menit berlalu, barulah lelaki itu kembali membuka suaranya.

“No, gue minta maaf.... untuk semuanya.” Ada jeda, Minho masih tetap pada posisinya, menunggu lelaki itu untuk melanjutkan ucapannya. “Untuk semua yang terjadi di masa lalu, untuk orang tua lo, untuk kecelakaan lo, untuk semuanya, gue minta maaf. Gue sadar gue punya pilihan, tapi gue terlalu takut buat ambil pilihan yang lain.”

Hongjoong lalu diam lagi. Kali ini dengan jeda waktu yang lebih lama—sehingga Minho jadi malas.

“Itu doang?” tanya si manis kemudian. “Joong, soal permintaan maaf lo, gue bisa maafin lo. Gimanapun gue tetap sayang sama lo sebagai orang yang udah bareng sama gue dari kecil. Tapi gue tanya, kenapa lo ngelakuin semua itu? Kenapa lo ada di sana?”

“No, gue....”

“Gue udah bilang sama lo, lo gak usah nemuin gue sampe lo mau ngomong alasan lo. Jadi, kalo lo gak ngomongin itu, gue pulang sekarang.”’

Minho benar tentang ucapannya. Karena ia memang langsung beranjak dari duduknya. Tapi, belum juga kakinya melangkah menjauh, Hongjoong lebih dulu menahan tangannya—membuat ia menoleh dan menatap sahabatnya itu malas. “Gue ngomong. Duduk ya?”

Mendengus malas, Minho akhirnya duduk lagi. “Cepet. Gue ada urusan.”

“Oke.” Menyahut cepat, Hongjoong lalu menghela napas pelan sebelum mulai mengatakan apa yang Minho inginkan untuk ia katakan. “Untuk semua yang gue bilang tentang Bang Chan dan kakak lo, gue kepengaruh. Gue emang sengaja ngelakuin itu karna gue kepengaruh sama omongan mama. Dia tahu gue suka sama lo, tapi lo suka sama Bang Chan. Jadi mama pengaruhin gue buat ngomong yang jelek-jelek tentang Bang Chan ke lo, biar lo benci sama dia—termasuk pake nama kakak lo juga.”

“Kenapa sampe nyokap lo ikut-ikutan?”

“Dia benci sama Bang Chan.”

“Hah?”

“Gue juga gak tahu alasannya, tapi dia benci banget sama Chan. Dulu, tiap kali ke rumah lo, terus ada Chan di sana sama kakak lo, gue bisa liat gimana bencinya dia liat Chan.”

“Tapi, kak Chan gak kenal sama nyokap lo.”

“Ya itu dia. Gue juga heran sendiri. Apa yang buat mama sebenci itu sama Chan? Padahal gue sendiri juga yakin Chan gak kenal sama mama.” Jeda sesaat, Hongjoong menatap ke arah luar cafe sebelum kembali menatap Minho. “Tapi dua hari yang lalu, sebelum gue ketemu sama lo, gue gak sengaja denger sesuatu.”

“Apa?”

“Mama bilang... kalo Chan itu alasan kenapa dia gak jadi nikah sama pacarnya dulu.”

“Hah? Jadi... Eunji itu, emang Eunji nyokap lo?”

“Lo tahu itu?”

“Gak sengaja.” Menjawab cepat, Minho kembali menatap Hongjoong dengan tatapan lebih serius. “Terus lo gimana setelah tahu itu? Lo marah terus benci sama kak Chan gara-gara masalah itu?”

“Buat apa? Gue emang marah karna mama masih mikirian masa lalunya. Tapi, seengaknya karna ada Chan, mama gak jadi nikah sama pacarnya dan gue ada. Karna kalo Chan gak ada dulu, bisa aja gue juga gak ada.”

Jeda sesaat, kali ini Minho yang tidak langsung menjawab ucapan Hongjoong. Ia kembali menatap ke luar cafe sebelum kembali menatap Hongjoong.

“Terus, kenapa lo ada di sana?”

•oblitus•



















Thank you...

o b l i t u s •• banginho/minchanМесто, где живут истории. Откройте их для себя