04. Lencana

154 45 21
                                    

04. Lencana

Butuh waktu lebih dari sepuluh tahun untuk bisa membuat energi air, tapi ada yang bisa langsung merasakannya. Biasanya orang seperti itu disebut jenius. Namun, orang-orang jenius itu terlalu sembrono, konyol, dan terkadang bisa berbahaya untuk dilihat dunia.

Orang jenius itu adalah Seo Jun.

Seo Jun mengumpulkan energi air dengan tangan kanannya. Awalnya hanya energi berupa serabut biru yang akhirnya berkumpul menjadi bulatan energi air yang makin besar. Seo Jun menatap bunga di halaman Jeongjingak yang nampak layu. Seo Jun arahkan energi air di tangannya ke bunga itu. Tetesan-tetesan energi air membuat bunga itu kembali segar.

Saat berlagak memamerkan auranya, dua penyihir pria dan wanita berjalan seraya memperhatikan tingkahnya. Seo Jun diam setelah menyadari dua penyihir itu sempat memperhatikannya tapi terus berjalan tak bereaksi apapun padanya. Menyapa pun tidak.

Banyak penyihir genius sehingga tidak heran jika keturunan keluarga Seo, Seo Jun, menuruni kejeniusan sang abeoji, seperti Jang Hyeon dan Jang Bitna yang barusan lewat sama seperti Seo Jun. Meski cara memperoleh ilmu sihir itu dengan cara yang berbeda.

"Aku bertaruh sepuluh emas batangan, jika kau tidak jatuh cinta padanya, ambil emas itu. Jika gagal, sebaliknya." Jang Hyeon menyaksikan Jang Bitna menatap Seo Jun lebih dari satu kali saat lewat tadi.

"Sebentar, orabeoni punya emas dari abeoji tapi darimana aku mendapatkan benda itu?"

Jang Hyeon berhenti lalu menatap Jang Bitna. "Jadi, kau sudah mulai menyukainya, begitu?"

"Ya?" Otak Jang Bitna berhenti bekerja sejenak membuatnya tampak bingung. "Bukan begitu."

"Kelihatannya kau paham dengan ucapanku tadi, artinya benar."

"Apanya yang benar?!"

"Jika kau marah artinya memang benar."

"Bukan begitu."

"Arraseo."

*Arraseo, baiklah

"Orabeoni!"

"Kau sudah dewasa jadi itu adalah perkara umum."

Jang Bitna berhenti bicara. Cara terbaik agar orabeoni-nya berhenti meledek adalah dengan cara diam.

"Ternyata kau suka bercanda, orabeoni."

Jang Hyeon tertegun. "Hwan, Bitna pernah bercerita padamu kalau orabeoni-nya tidak suka bercanda apalagi meledek. Jangan bertingkah berlebihan."

"Tapi orabeoni sudah tahu aku punya kekasih, tidak perlu bertaruh emas batangan," ujar Jang Bitna.

"Benar, kau punya kekasih. Kau masih menyukainya meski mulai sekarang akan sulit bertemu?"

"Tentu aku masih menyukainya meski sempat kesal karena malam itu Choi Hwan ingkar janji karena tidak jadi menemuiku."

"Maaf, Bitna. Malam itu aku malah melakukan pemindahan jiwa ke tubuh orabeoni mu. Tapi aku tidak ingkar janji untuk menemuimu."

"Hyeon, Bitna, kalian akan pergi kemana?" tanya Park Dang-gu yang baru saja keluar dari ruangan pemimpin Songrim.

"Aku baru saja akan menemuimu, seonsaengnim," jelas Bitna.

"Ada perlu apa?"

"Bolehkah aku keluar Songrim untuk datang ke Cheonbugwa? Aku ingin bertemu seseorang karena tidak sempat berpamitan," jelas Jang Bitna.

"Dia pasti ingin bertemu dengan Choi Hwan di Cheonbugwan. Ini semua karena salahku. Jang Uk berusaha mengobati Choi Hwan di ruang rahasia keluarganya. Bitna pasti tidak tahu," batin Park Dang-gu.

Alchemy of Souls : NightmareWhere stories live. Discover now