27. Musim Semi

55 19 0
                                    

Mulmed : Park Hae-in


__________________________________

27. Musim Semi

Jeongjingak yang dingin dan sepi ditinggalkan para penyihir berlibur, kembali hangat dan ramai saat musim semi tiba. Para penyihir berada di aula, perpustakaan atau tempat lain di Jeongjingak untuk memperdalam ilmu sihir mereka.

Guru berbakat seperti Seo Yul kapan saja siap mengajari muridnya mempelajari teknik sihir satu per satu sampai menguasai teknik tertinggi juga berbahaya, Hwansu.

Materi pembelajaran tak sepadat tahun pertama saat pertama kali mempelajari ilmu sihir. Para penyihir tahu apa yang harus dilakukan untuk menjadi penyihir sejati.

"Akhirnya aku bisa melihat Jeongjingak yang ramai seperti dulu," kata Seo Yul berdiri di lorong lantai dua menatap halaman Jeongjingak yang terisi penyihir berjalan kesana-kemari atau berbincang sambil duduk di gazebo.

"Kau pasti merindukan masa-masa menjadi murid penyihir di Jeongjingak," kata Park Dang-gu.

"Tapi kita kekurangan satu orang."

"Eoh. Uk pasti sangat sibuk di Cheonbugwan. Banyak jasad pemindah jiwa yang ditemukan. Tidak hanya Songrim saja yang mengurus jasad itu. Cheonbugwan turut ikut mengurus jasad."

Di halaman Jeongjingak terdapat jalan dari susunan paving mengarah ke tangga jalan yang panjang meninggi menuju bangunan aula.

Jang Hyeon berjalan menyusuri tangga itu dari sisi tangga ke sisi yang lain. Ia bisa melihat dua penyihir wanita berjalan ke arahnya. Dua penyihir wanita itu sama sepertinya mengenakan hanbok penyihir, rambut panjang mereka terikat di belakang memakai pita.

Jang Bitna datang dari arah berlawanan dan berpapasan dengan orabeoni nya. "Orabeoni akan pergi kemana?"

"Tidak perlu tahu urusanku," kata Jang Hyeon menatap Jang Bitna dan Park Da-in bergiliran dengan sorot mata tajam akibat memakai penghitam di kelopak mata bawah.

"Hyeon menjadi pria yang dingin. Padahal musim dingin sudah berlalu," kata Park Da-in.

"Dia terlihat seperti orabeoni yang sesungguhnya." Jang Bitna kembali berjalan. "Orabeoni yang tidak terlalu peduli pada adik perempuannya."

"Syukuri saja kau punya saudara. Tidak sepertiku yang menjadi anak tunggal," kata Park Da-in sambil berjalan.

"Kau pasti kesepian. Da-in~ah, jangan khawatir. Ada aku, teman baikmu."

"Tentu saja. Aku dengar Hyeon menyukai seseorang."

"Siapa?!"

"Aku tidak tahu."

Seorang wanita mengenakan hanbok wanita berwarna cerah seperti bunga sakura. Surai hitamnya memanjang tergerai bebas. Di atas kepalanya terdapat bando tersusun atas mutiara putih yang menambah kecantikan visualnya.

Menuruni tangga setelah melewati pintu, wanita itu menatap ke bawah untuk memperhatikan langkahnya. Pewarna kelopak mata seperti warna bunga sakura tak lebih mencolok dari eyeliner khas berupa garis hitam yang terbentuk di sudut luar mata tertarik ke arah atas luar menuju atas dalam menemui garis kelopak mata.

Kembali menyusuri jalanan paving, ia membawa kotak makan susun dengan hati-hati menaiki tangga jalan. Tentu kedatangannya menarik perhatian para penyihir yang sedang lewat, terutama penyihir pria.

"Siapa agasshi cantik itu?"

"Gadis cantik yang berkunjung ke Songrim pasti dari Jinyowon."

Alchemy of Souls : NightmareWhere stories live. Discover now